26 November 2007

2. Derajat Orang Yang Berilmu

Ditinjau dari segi derajat, maka sangat jauh bedanya antara orang yang ber’ilmu dengan orang yang tidak ber’ilmu. Tingginya derajat orang ber’ilmu diakui Allah dan Rasul-Nya, serta diakui oleh seluruh manusia yang mempunyai ‘akal. Firman Allah :

قُـلْ هَـلْ يـَسْــتَـوِى الَّـذِيْـنَ يـَعْـلَـمُوْنَ وَالَّـذِيْـنَ لاَ يـَعْـلَـمُوْنَ اِ نَّـمَا يَــتَـذَ كَّـــرُ اُوْلُـوا اْلاَ لْــــبَـابِ

Katakanlah ! Adakah sama orang-orang yang ber’ilmu dengan orang yang tidak ber’ilmu ? Hanya orang-orang yang ber’akal yang bisa menerima pelajaran”.

يَـرْفَعِ الـلّـــهُ الَّذِيْـنَ امَــنُـوْامِنْـكُمْ وَالَّـذِيْنَ اُوْتُـواالْـعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَ الـلّـــــــــهُ بِــمَاتَــعْـمَـلُـوْنَ خَـبِــيْـرً ا

“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang yang ber’ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S.Al-Mujaadalah :11)

Jelaslah bahwa Iman dan ‘Ilmu tidak bisa dipisah-pisah. Para orang Arif berkata :

Iman tanpa ‘ilmu Hampa !".

,,Ilmu tanpa Iman Binasa ! ”

Kedua-duanya termasuk kedalam golongan orang yang Fasiq, sedangkan orang yang fasiq tempatnya adalah Neraka Jahanam tingkat paling bawah. Oleh karena itu imbangilah ‘ilmu dengan Iman. Karena Iman inilah yang akan membersihkan ‘ilmu dari kesesatan. Dan iman ini pulalah yang bisa mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hidup di Akhirat. Kendatipun demikian, melaksanakan keimanan tanpa ‘ilmu, hasilnya akan nihil dan kosong serta hampa.

Perhatikan Hadits :

مَنْ سَـلَـكَ طَـرِ يْـقًا يَـلْــتَـمِـسُ فِــيْـهِ عِلْـــمًا

سَــهَّــلً الـلّـــــهُ بِـهِ طَـرِ يْـقًاإِ لـىَ ا لْـجَــنَّــةِ

"Barang siapa yang merintis jalan mencari ‘ilmu. Maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga". (H.R. Muslim)

Bagaimana bisa demikian ? Kalau ‘ilmu yang dicarinya itu untuk menambah kuatnya Iman kepada Allah SWT. Sebab seringkali kita dapati ‘ilmu seseorang bisa melumpuhkan imannya kepada Allah. Dikarenakan sangat tinggi dan canggihnya ‘ilmu seseorang, maka ia akan menganggap bahwa itu semua adalah hasil dari kerja kerasnya dalam penelitian, berdasarkan ‘ilmu yang ada padanya. Sehingga tanpa disadarinya samarlah Qudrat dan Iradat Allah dalam pandangannya. Jika sudah begini. Maka ia sendiri yang menggali lobang untuk titiannya menuju ke Neraka Jahannam !

Memang derajat orang yang ber’ilmu itu terpuji dan sangat tinggi disisi Allah. Namun kalau ‘ilmu yang dituntut itu benar-benar untuk keridho-an Allah Jalla Wa’azza. Sementara pada Era yang canggih sekarang ini, kita dapati beberapa kelemahan yang bertengger pada kuduk orang yang ber ’ilmu.

Perhatikan Renungan orang-orang Tua dahulu ………

1. Sebelum mendapat ‘ilmu ia datang menghatur sembah, beserta dengan persembahan yang cukup aduhai…….

2. Setelah ia dapat ‘ilmu, maka ia ingin disembah. Disertai Amplop berisi uang yang banyak.

3. Setelah uangnya banyak, ia anggap segala Urusan. Wanita dan Nyawa Manusia, bisa dibeli. Ia lupa siapa yang menciptakan kali yang pertama. Dan ia lupa mau kembali kemana ???.

4. Dengan ‘ilmu ia merasa besar kepala. Sehingga hilang kebesaran Allah Jalla Wa’azza.

5. Dengan ‘ilmu ia merasa sempurna. Sehingga hilang kesempurnaan Allah Ta’ala.

6. Dengan ‘ilmu ia merasa bersih dan suci. Sehingga hilang kesucian Ilaahi Robbi.

Coba perhatikan dengan baik kalimat dibawah ini

1. Tidak dilarang memberi penghormatan kepada Guru. Namun tidak boleh di kultur.

2. Ingatlah !

Bahwa manusia tidak dibolehkan menyembah Manusia, kalaupun boleh hanya sekedar penghormatan yang setimpal selaku manusia. Ingatlah ! Allah itu Ash-Shomad ! (DIA tempat kita memohon) Alam ini adalah Milik-Nya. DIA Yang Maha Mengatur, serta Maha Pemberi Rezeki dan Maha Pemberi keselamatan. Setelah kita memohon kepada Allah. Mengapa keterlaluan mengkultus kepada yang selain Allah ? perbuatan yang begini bisa-bisa menggiring orangnya berbesar kepala, cukuplah sekedarnya saja jika berterima kasih kepada sesama Manusia.

3. Uang bukanlah segalanya, sehingga dianggap uang bisa membeli segala sesuatu yang ada dialam ini. Seperti membeli Iman dan Taqwa. Iman dan Taqwa tidak bisa dibeli dengan uang, atau dengan harta yang banyak. Iman dan Taqwa bisa dicapai hanya dengan penyerahan diri kepada Allah SWT seutuhnya. Melaksanakan segala perintahNya dan meninggalkan laranganNya.


4. Sifat lupa kepada sesuatu, memang tempatnya adalah di fikiran manusia. Tetapi jika ia lupa kepada Allah Tuhan Yang Maha menjadikan dirinya serta diri Ayah dan Ibunya. Ini tidak logis, sebab setiap diri dan Naluri Manu sia itu ada keinginannya untuk menyembah Tuhan. Kalau Tuhan-nya adalah Allah. Maka setiap detik ada rasa ke inginan untuk menyembah Tuhan-nya. Tetapi kalau Tu han-nya bukan Allah. Maka ia akan mencari sesembahan yang lain. Apakah itu Pohon Kayu. Batu. Matahari. Sendang (Air Terjun). Gunung, dan lain-lain. Namun naluri ber-Tuhan, pasti tumbuh dari dalam Hatinya, sebab memang Hati dan Fuad itulah yang akan mengingatkan manusia agar setiap detik wajib mengingat Allah. Lalu bagaimana mungkin ia bisa lupa. Sebab ‘Akalnya setiap saat memberi peringatan untuk ta’at kepada Allah. Hanya saja, telah banyak manusia disa markan iblis (terdinding pandangan ‘Akalnya) terhadap keberadaan Allah pada ‘Akalnya. Disebabkan sudah kelewat tinggi ‘ilmu yang ber-urusan dengan Dunia.

5. Telah banyak kita lihat, bahwa semakin tinggi ‘ilmu seseorang, maka ia akan bertambah sombong. Merasa besar kepala. Ia rasa orang lain takkan mungkin sederajat dengannya, karena ‘ilmu yang ia dapat sangat mahal biayanya, dan cukup lama ia pelajari. Tidak perduli apakah itu ‘ilmu ke Duniaan maupun ‘ilmu ke-Agamaan. Sama saja, padahal kesombongan itu adalah milik Allah SWT.


Barangsiapa yang berani berbuat kesombongan dan kecongkak-an. Maka Allah akan memasukkannya kedalam Neraka Jahannam. Tetapi kebanyakan manusia lupa daratan.

6. Orang ber’ilmu yang disertai dengan sifat Sombong, dan merasa sudah sempurna segala yang ada padanya, lalu tindak tanduknyapun berbeda jauh dari orang lain. Jika pendapatnya tidak digubris oleh orang lain, maka iapun akan blingsatan dan menuduh ke sana kemari. Sebab ia mengira pendapat orang lain itu tidak se-elok pendapat nya. Padahal yang namanya manusia, tidak ada yang sempurna, kecuali Allah.SWT. Berfikirlah …….

7. Ada Manusia yang setelah ia menuntut ‘ilmu Agama dirantau orang, lalu ia menganggap bersih. Dan segala tindak tanduk serta ucapannya harus bisa diterima oleh seluruh Masyarakat. Karena ia merasa telah termasuk pada jajaran orang yang suci. Tidakkah ia ingat. Bahwa kesucian itu adalah kepunyaan Allah. Kesucian manusia adalah relatif, ini hari suci besok sudah ternoda, ini hari bersih, besok sudah hitam legam. Oleh karena itu. Jangan membiasakan diri menyandang Haq Allah.
Dipersilahkan. Bahkan diwajibkan untuk menuntut ‘ilmu. Tetapi bukan untuk membusungkan Dada kepada Masyarakatnya, atau kepada orang lain.

تَـعَـلَّـمُوْاالْـعِلْمَ،فَـإِنْ تَـعَـلُّـمَـهُ قُـرْ بَـةٌ إِلـىَ الـلّــهِ عَـزَّوَجَـلَّ، وَ تَـعْـلِـيْـمَهُ لِـمَنْ لاَ يـَعْـلَـمُـهُ صَدَ قَـةٌ ، وَإِنَّ الْـعِـلْمَ لَـيَـنْـزِلُ بِصَاحِـبِـهِ فِى مَوْضِعِ الشَّـرَفِ وَالـرِّفْـعَـةِ ،وَالْـعِـلْـمُ زَيـْنٌ ِلأَهْـلِـهِ فِى الدُّ نْــيَاوَاْلاخِـرَ ةِ


"Tuntutlah ‘ilmu, sesungguhnya menuntut ‘ilmu adalah (sarana) pendekatan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla. Dan mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ‘ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia. ‘Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi Ahlinya di Dunia dan di Akhirat". (Ar-Robii’)

Keterangan Hadits diatas sangat jelas, bahwa orang yang menuntut ‘ilmu itu, adalah untuk sarana pendekatan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla. Bukan untuk membangga kan diri kepada orang lain. Jika berbuat demikian, maka Neraka-Neraka baginya. Berkata para orang ‘Arif :

Anda boleh pilih. Antara harta dengan ‘ilmu pengetahuan

Harta dapat dimusnahkan,
Tetapi ‘ilmu tidak dapat dicuri.
Orang berharta banyak lawan.
Orang ber’ilmu banyak kawan.
Orang berharta banyak susahnya.
Orang ber’ilmu banyak gembiranya.
Harta akibatnya menyusahkan.
Ilmu pengetahuan akibatnya menyenangkan.
Harta. Kita yang akan menjaganya.
Ilmu pengetahun. Ia yang akan menjaga kita.
Harta. Adalah kekayaan jasmani.
Ilmu. Adalah kekayaan Rohani.
Harta. Jika kita berikan, ia akan berkurang.
Ilmu. Jika kita berikan, ia semakin berkembang.
Harta. Semakin dipakai, semakin usang.
Ilmu. Semakin dipakai, semakin bercahaya.
Harta. Memudahkan orang tergelincir ke Neraka
Ilmu. Memudahkan orang menuju ke syurga.
Harta. Pasti tinggal di Dunia.
Ilmu. Besar kemungkinan dibawa ke Akhirat".

Sangat besar jasa ‘ilmu, jika diperhatikan dengan sebaik-baik renungan. Sehingga Syeikh Ibnu Ruslan berpendapat :

وَكُلُّ مَنْ بِـغَـيْـرِعِـلْمٍ يَـعْمَـلُ أَعْـمَا لُــهُ مَـرْدُوْدَ ةً لاَ تُــقْـبَـلُ

"Barangsiapa yang ber’amal tanpa ‘ilmu. Maka segala ‘amalnya akan tertolak".

Telah kita baca Surah dan Hadits, tidak ketinggalan pendapat orang-orang yang ‘Arif. Semuanya menunjukkan betapa tinggi nilai orang-orang yang Beriman serta Ber’ilmu. Oleh karena itu, cari dan tuntutlah ‘ilmu, selagi Badan masih mau dibawa mendapatkan ‘ilmu. Kalau sudah Tua Renta, semua anggota badan tidak akan mendukung, walaupun semangatnya besar, tetapi tenaganya sudah berkurang. Kendatipun pada suatu ketika pandangan manusia terhadap ‘ilmu atau pemilik ‘ilmu akan samar dan kendur semangatnya untuk memiliki ‘ilmu. Karena kerasnya pengaruh kebendaan yang dipoles sedemikian rupa, sehingga menjadi sangat menawan hati para penggemarnya.

Namun kita yakin, manakala suatu saat turun bahaya seperti Virus dan Faksin. Parasit dan Amuba atau Senjata Kimia, yang ditimbulkan oleh benda-benda Dunia telah menghebat. Maka seluruh manusia tentu akan kembali mencari ‘ilmu yang bermanfa’at, untuk Pengobatan atau Terapi penyakit yang menjangkit diseluruh Dunia tersebut. Dengan memantau faham yang diatas, maka datang wajibnya bagi kita untuk menuntut ‘ilmu, apakah itu ‘ilmu dalam urusan ke-Duniawian, maupun urusan ke-Akhiratan. Sebab kedua-duanya masih kita perlukan dipermukaan Bumi ini. Sebaiknya berbenah diri untuk berjalan ke Akhirat. Bahkan masih sangat banyak yang belum kita ketahui dan belum banyak diteliti oleh Manusia. Seperti keadaan di dalam Batu. Keadaan di dalam Laut. Keadaan di dalam Bumi. Dan keadaan di dalam Udara. Ruang angkasa dan Planet-planet yang begitu banyak tersebar dimana-mana. Oleh karena itu, kita menginginkan ilmu yang berkaitan dengan Dunia dan Akhirat maka kita lebih cenderung kepada ‘ilmu Agama yang kita anut, yaitu Islam.

مَنْ يـُرِدِالـلّــهُ بِـهِ خَـيْـرًايــُفَـقِّـهْـهُ فِى الدِّ يْنِ وَإِنَّـمَاالْـعِلْـمُ بِـا لـتَّـعَلُّمِ

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang. Maka ia diberi pendalaman tentang ‘ilmu Agama. Sesungguhnya memperoleh ‘ilmu itu harus dengan belajar”. (H.R. Al-Bukhori)

Hadits Shohih diatas menuntun agar orang Mukmin itu wajib memperoleh ‘ilmu. Dan untuk memperoleh ‘ilmu harus belajar. Tidak bisa hanya berandai-andai saja. Andai kata. Seumpama. Misalnya…..
Ingatlah ! Islam itu bukan Agama yang menyuruh berkhayal menerawang bintang dilangit. Islam menganjurkan umatnya agar gesit berikhtiar dalam segala masalah, karena dipundak kita terletak Amanah Allah SWT. Firman Allah :


وَاِذَ قَالَ رَ بُّكَ لِـلْـمَـلـئِكَــةِ، اِ نِّـيْ جَاعِلٌ فِى اْلاَرْضِ خَلِـيْـفَــةً قَـالُـوْآ اَ تَـجْـعَـلُ فِـيْـهَامَنْ يـُّـفْـسِدُفِـيْـهَاوَيـَسْـفِـكُ الدِّمَآءَ وَ نَـحْـنُ نُـسَـبِّـحُ بِـحَمْـدِكَ وَنُــقَدِّسُ لَكَ قَالَ اِنّـيْ آ اَعْـلَمُ مَالاَ تَـعْمَلُوْنَ

“Ingatlah ! Waktu Tuhan berkata kepada Malaikat. Bahwa sesungguhnya AKU akan mengangkat seorang Khalifah di muka Bumi. Maka malaikat menjawab : ”Kenapa Engkau angkat seseorang yang akan berbuat kerusakan di Bumi itu, dan (saling) menumpahkan darah ?
Padahal kamilah yang tetap selalu mensucikan dan me muji-MU. Firman Allah ”Sesungguhnya AKU lebih me ngetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqarah : 30)

Dalam ayat ini dapat kita lihat bahwa dialog antara Allah dan malaikat sangat Demokrasi. Maksudnya boleh saja bawahan memberi pendapat kepada atasannya. Namun, manusia jualah yang salah dalam memandang dan menghayati Allah SWT.
Mereka-mereka menyangka bahwa Allah itu adalah suatu oknum yang kejam, yang setiap saat memegang cambuk, untuk menyambuk para makhluq-Nya yang bersalah. Inagatlah !!! Bukankah Allah itu adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta Maha Pengampun, walau seberat apapun dosa seseorang akan diampuni. Terkecuali dosa Syirik. Amanah awal yang diemban oleh Manusia, yaitu menjadi Kholifah Allah. Di muka Bumi. Lalu bagaimana bisa menjadi Kholifah yang sukses, kalaulah ia tidak ber’ilmu ? Pada Surah Al-Baqarah ayat ke 31 Allah menanyakan kepada para Malaikat segala sesuatu nama yang berada disyurga. Namun para Malaikat mengatakan hanya Allah yang tahu. Karena kami tiada ‘ilmu untuk itu. Lalu ditanyakan kepada Nabi Adam.as. Maka langsung dijawab dengan tuntas, sebab Nabi Adam.a.s telah diberi ‘ilmu oleh Allah Jalla Wa’azza. Tanpa diketahui oleh para malaikat. Demikianlah, sehingga Allah tidak menyukai jika Kholifah-Nya gagal dalam mengemban tugas yang diserahkan kepada hamba-Nya. Dan akan membalasnya dengan siksaan yang sangat pedih di Neraka Jahannam.

Demikian pentingnya ‘ilmu. Sehingga Allah mengajar Nabi Adam segala bentuk ‘ilmu. Selanjutnya apakah kita masih mau menjadi orang yang tidak ber’ilmu ? Alangkah ruginya hidup jika tidak mempunyai ‘ilmu untuk Akhirat. Nabi.saw bersabda :
“Barangsiapa yang meng’amalkan ‘ilmu yang sedikit. Maka Allah akan menambah ‘ilmu yang belum diketahui nya” (H.R. Muslim)


تَــنَاصَحُوْافِى الْـعِلْمِ،وَلاَ يـَكْــتُـمْ بــَعْضُـكُمْ بـَعْضًا،فَـإِنَّ خِـيَانَـةً فِى الْـعِلْـمِ أَشَدُّ مِنْ خِـيَانَـةٍ فِى الْـمَالِ

“Saling berlaku jujurlah dalam ‘ilmu. Dan jangan saling merahasiakan. Sesungguhnya berkhianat dalam ‘ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berkhianat dalam harta”. (H.R. Abu Na’im)


إِ نِّـى أَخَافُ عَلىَ أُ مَّـتِيْ أَعْمَالاً ثَــلاَ ثَــةً،زَ لَّـةُ عَالِـمِ، وَحُكْـمُ جَا ئِـرٍوَهَـوً ى مُـتَــبَــعٌ

“Yang aku takuti terhadap umatku, ada tiga perbuatan, yaitu kesalahan seorang ‘Ulama. Hukum yang zalim. Dan Hawa nafsu yang di perturutkan”. (H.R. Asy-Syihaab)


إِنَّ الـلّــهَ لاَيــَـقْـبِضُ الْـعِلْمَ إِ نْـتِـزَاعًايـَـنْـتَـزِعُـهُ مِنَ الــنَّاسِ،وَ لـكِـنْ يَـقْـبِـضُ الْـعِلْمَ بِـقَـبْضِ الْـعُـلَـمَآءِ،حَــتَّى إِذالَـمْ يـَـتْـرُ كْ عَالــمًا، إِتَّـخـذاالـنَّاسِ رُؤَسَاءَ جُـهَّالاَ، فَـسُـئِــلُـوْا فَـأ َفْــتــوْا بِـغَــيْـرِعِلْـمِ، فَـضَــلُّــوْا وَ أَضَلُّـوْا

“Sesungguhnya Allah tidak menarik ‘ilmu dari manusia dengan cara merenggutnya. Tetapi dengan cara mewafat kan para ‘Ulama, sehingga tidak ada lagi tersisa seorang ‘Alim-pun. Dengan demikian manusia-manusia akan me ngangkat pemimpin-pemimpin yang Dungu. Lalu jika ia ditanya, maka ia akan memberi fatwa tanpa ‘ilmu penge tahuan. Mereka sesat dan menyesatkan (orang lain)” (H.R. Muslim)

Wahai saudaraku yang seiman ! wajarlah bagi kita untuk merasa takut, dan merasa kehilangan, dengan Wafatnya satu orang ‘Alim. Kalaulah boleh diganti, biarlah mati 1000 orang jahat, daripada Wafatnya seorang ‘Alim. Perhatikan Hadits diatas, sangat pilu dan hancur Hati kita merenungkan kalimatnya. Kita memohon kepada Allah, semoga masih tingggal dijaman kita ini orang-orang ‘Alim tersebut. Karena pemimpin-pemimpin yang jahat sudah banyak beredar dimuka Bumi. Kita renungkan Surah-surah Al-Qur-aan yang memerintahkan manusia agar ber’ilmu :


اُولـئِـكَ الَّـذِيْنَ هُدَى الـلّـــهُ فَـبِـهُـدَ هُمُ اقْـتَـدِهْطقُـلْ لاَّ اَسْـئَــلُـكُمْ عَـلَــيْـهِ اَجْـرًا اِنْ هُوَ اِلاَّذِكْــرًى لـِلْـعَـلَـمِـيْـنَ

“Merekalah yang diberi petunjuk oleh Allah. Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Hai Muhammad).”Aku tidak meminta upah kepadamu (dalam menyampaikan Al-Qur-aan). Al-Qur-aan itu adalah petunjuk bagi seluruh umat Manusia”. (Q.S. Al-An’aam : 90)


وَهَـذَاكِــتَبٌ اَ نْــزَلْـــنـهُ مُــبَـرَ كٌ مُّـصَـدِّقٌ الَّـذِيْ بـَـيْـنَ يـَـدَ يْـــــهِ وَ لِـتَــنْـذِرَامَّ الْـقُـرى وَمَنْ حَـوْ لَــهَا طوَ الَّـذِيْ يُـؤْمِنُـوْنَ بِاْلاخِرَ ةِ يُـؤْ مِنُـوْنَ بِــهِ وَهُـمْ عَـلى صَـلاَ تِــهِــمْ يـُـحَافِـظُـوْنَ


“Dan inilah Kitab (Al-Qur-aan) yang KAMI turunkan dan diberi berkah. (Al-Qur-aan) membenarkan Kitab-ki tab yang diturunkan Allah sebelumnya, agar kamu bisa memberi peringatan kepada Penduduk Ummul Quroo (Mekah) dan orang-orang sekitarnya. Orang yang beriman kepada hari akhir, niscaya percaya kepada (Al-Qur-aan). Dan mereka selalu memelihara Sholatnya”. (Q.S. Al-An’aam : 92)


وَلَــقَـدْجِـئْــتُــمُوْا نَـافُـرَادى كَــمَاخَـلَـقْـنـكُـمْ اَوَّلَ مَـرَّةٍ وَّ تَـرَكْــتُـمْ مَاخَـوَالْــنكُمْ وَرَآءَظُــهُـوْرِكُـمْ وَمَانَــرى مَـعَكُمْ شُـفَــعَـآءَكُـمُ الَّـذِيْـنَ زَعَمْـتُـمْ اَ نَّــهُمْ فِـيْـكُمْ شُرَ كــؤُاط لَـقَدْ تَــقَـطَّـعَ بَــيْـنَكُـمْ وَضَلَّ عَـنْكُـمْ مَّاكُـنْـتُـمْ تَـزْ عُمُوْنَ

“Dan sesungguhnya kamu datang kepada KAMI sendiri-sendiri, sebagaimana kamu KAMI ciptakan pada kali yang pertama. Dan kamu tinggalkan di belakangmu (di Dunia) nikmat-nikmat yang KAMI berikan kepadamu. Namun tidak KAMI lihat menemuimu (bersama kamu) penolong-penolongmu yang kamu anggap bahwa mereka adalah sekutu Allah. Sesungguhnya telah putus hubungan antara kamu dengan mereka. Dan sia-sialah dugaanmu bahwa (berhala) mereka akan bisa menjadi pembela-pembelamu” (Q.S. Al-An’aam : 94)

Bahwa orang-orang yang mendustakan Allah, serta menyombongkan diri, akan menderita ‘Azab yang sangat berat sekali. Dan kematiannya dalam keadaan menderita. Sewaktu mereka-mereka akan kembali kepada Allah. Tidak ada seorang juapun yang dapat membelanya. Segala nikmat yang telah dikumpulkan di Dunia akan tinggal. Seluruh hubungan akan putus.
Setiap individu akan mempertanggung jawabkan ‘amalannya masing-masing. Perkiraan atau dugaan semula yang mereka anggap akan ada pembela, kiranya ibarat fatamorgana dipadang pasir yang memperdayakan.

Wahai insan ! Demikianlah jika kita mendahulukan fikiran, dan tiada menggubris kebenaran, maka pada akhir nya penyesalan panjang yang akan tampil. Itu semua bisa terjadi, karena kurangnya ‘ilmu. Kalaupun ada orang yang ingin berbagi ‘ilmu, ia malah tersinggung, bahkan bisa-bisa menjadi musuh bebuyutannya. Maka banyak baiknya me nuntut ‘ilmu untuk Akhirat itulah orang yang Ber’akal.


اِنَّ الـلّــــهَ فَالِـقُ الْـحَبِّ وَ الـنَّـوى يَـخْـرُجُ الْـحَـيَّ مِنَ الْـمَـيِّتِ وَ مُخْـرِجَ الْـمَـيِّتِ مِنَ الْحَيّ طذلِكُـمُ الـلّــهُ فَـاَ نى تُــؤْ فَـكُـوْنَ

“Sesungguhnya Allah yang membelah (menumbuhkan) butir dan biji, DIA mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Demikian itulah (Kekuasaan) Allah. Maka mengapa ka mu tidak mengindahkan-Nya ? (Tidak mau menyembah-Nya ?”. (Q. Al-An’aam : 95)


فَـالِـقُ اْلاِصْـبَاحِ وَجَـعَـلَ الَّـــــيْـلِ سَـكَـــنًاوَ الـشَّـمْسَ وَ الْـقَـمَـرَ حُسْــبَانًـا ذ لِكَ تَــقْـدِ يْـرُ الْـعَـزِ يْـزِ الْـعَـلِـيْــمِ

“Allah memberikan sinar Matahari dipagi hari. Dan men jadikan malam untuk beristirahat. Dan dijadikan-Nya Matahari dan Bulan (berputar) pada poros yang tepat. Begitulah ketentuan (ukuran yang ditetapkan) Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS.Al-An’aam: 96)


وَهُوَ الَّـذِيْ جَـعَـلَ لَـكُـمُ الـنُّـجُوْ مَ لـِتَــهْــتَـدُوْا بِــهَا فِيْ ظُـلُـمَـاتِ الْـبَـرِّ وَ الْــبَـحْـرِ قَـدْ فَـصَّــلْــنَااْلا يـتِ لـِـقَـوْ مٍ يَّــعْـلَــمُوْنَ

“Dan DIA lah yang menjadikan Bintang-bintang agar kamu mendapat petunjuk (pedoman) dalam (perjalanan) digelap gulita di daratan maupun di lautan yang gelap. Sesungguhnya KAMI telah menjelaskan tanda-tanda Ke kuasaan KAMI bagi kaum yang ber’akal” (Al-An’aam:97)


وَهُوَ الَّذِيْ اَ نشَـاَكُـمْ مِّنْ نَـفْسٍ وَّ احِدَ ةٍ فَـمُسْـتَــقَـرٌّ وَّ مُسْـتَـوْدَعٌ قَـدْ فَـصَّــلْــنَااْلا يتِ لـِـقَـوْ مٍ يَّــفْــقَــهُـوْنَ

“Dan DIA lah yang menciptakan kamu dari satu diri. Kemudian (diberi-Nya) tempat tinggal (di Dunia) dan tem pat tetap (di Akhirat). Sesungguhnya telah KAMI terang kan tanda-tanda (Kekuasaan KAMI) bagi kaum yang memahami”. (Q.S. Al-An’aam : 98)


وَهُوَ الَّـذِيْ اَ نْــزَلَ مِنَ السَّـمَآءِ مَـآءً، فَـاَخْـرَجْــنَابِــه نَــبَاتَ كُـلِّ شَيْءٍ فَـاَخْـرَجْــنَامِـنْـهُ خَـضِـرًا نُّـخْـرِجُ مِـنْـهُ حَــبًّا مُّـتَـرَ اكِــبًا
وَمِنَ الـنَّـخَـلِ مِنْ طَــلْـعِـهَاقِـنْـوَ انٌ دَ انِــيَــةٌ وَّجَــنّتٍ مِّنْ َاعْـنَابٍ وَ الـزَّ يـْتَــوْنَ وَ الـرُّ مَّـانَ مُشْـتَـبِـهًاوَّغَـيْـرَ مُـتَــشَا ِبـه اُ نـظُـرُوْ آ اِلـى ثَــمَـرِ هِ اِذآ اَ ثْـمَـرَ وَ يَــنْـعِـه اِنَّ فِيْ ذلِكُمْ َلا يـتٍ لِّــقَـوْ مٍ يُّــؤْ مِـنُـوْ نَ

"DIA-lah yang menurunkan air (hujan) dari Langit. Kemudian KAMI menumbuhkan ber-aneka ragam tumbuh-tumbuhan. Kemudian KAMI keluarkan Daun dan Ranting yang menghijau. Lantas KAMI keluarkan dari padanya biji (buah) yang lebat. Dan dari pohon Kurma mengurai mayang-mayang yang menjulai dan kebun-kebun Anggur. Zaitun dan Delima yang serupa dan berlainan bentuknya. Perhatikanlah waktu (tumbuh-tumbuhan) berbuah dan di waktu ranum. Sesungguhnya semua itu adalah bukti-bukti (Kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman”. (Al-An’aam:99)


ذ لِكُـمُ الـلّـــــــــــــــــهُ رَ بُّــكُـمْ لا اِ لــهَ اِلاَّهُـوَ، خَـالِـقُ كُلِّ شَيْءٍ فَـاعْــبُـدُوْ هُ وَهُـوَ عَـلى كُـلِّ شَيْءٍ وَّ كِــيْــلٌ

"Yang demikian itulah Allah. Tuhan-mu.Tidak ada Tuhan selain dari DIA. DIA Pencipta segala sesuatu. Dari itu, sembahlah DIA, dan DIA-lah Yang mengendalikan sesu atu”. (Al-An’aam : 102)


لاَ تُـدْرِكُــهُ اْلاَبــْصَارُ وَهُـوَ يـُـدْرِكُ اْلاَبــْصَارُ، وَهُـوَ الَّـطِــيْــفُ ا لْـخَـبِـيْـرُ

"DIA tidak dapat ditembus oleh penglihatan Mata (atau dengan alat microscop). Namun DIA melihat segala apa yang dapat dilihat oleh Mata. Dan DIA lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Al-An’aam : 103)


اِنَّ الـلّـــــهَ يــَـعْـلَـمُ مَايــَدْ عُـوْنَ مِنْ دُوْ نِــه مِنْ شَـيْءٍ وَ هُـوَ الْـعَــزِ يـْــزُ الْـحَـكِـيْـمُ وَ تِـلْـكَ اْلاَ مْـثَـالُ نَـضْـرِبــُـهَالِلــنَّاسِ، وَمَـا يـَـعْــقِــلُــهَـآ اِلاَّ الْــعَالِـمُـوْنَ

“Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang mereka seru selain dari Allah. Dan DIA Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.“Dan perumpamaan-perumpamaan ini KAMI turunkan untuk Manusia. Dan hanya orang-orang yang ber’ilmu yang dapat mengetahui”. (Al-Ankabuut: 42-43)

Wahai saudara-saudaraku ! Kiranya masih banyak ‘ilmu Allah yang belum dapat digali dan diteliti oleh Manusia. Oleh karena itu, sadarlah kita selaku hamba Allah. Betapa luasnya ‘ilmu Allah.SWT. Betapa banyaknya Ciptaan Allah. Sehingga tidak bisa dihitung oleh manusia. Maka sangat di anjurkan untuk mempelajari bagian-bagian yang tersembunyi dari seluruh ciptaan Allah. Karena dengan demikian akan menambah keimanan kita kepada Allah Jalla Wa’azza. Inilah cara yang selalu dianjurkan oleh Al-Qur-aan.
Sadarlah kita. Bahwasanya tidak ada istilah terlambat dalam menuntut dan mencari ‘ilmu diatas Dunia ini. Selagi Badan sehat wal-afiat.

22 November 2007

1. Perintah Wajib Menuntut Ilmu

Perintah wajib menuntut ‘ilmu bagi setiap Muslim ini, terdapat dalam Hadits :

طَــلَبُ الْـعِـلْمِ فَـرِ يْـضَـةٌ عَـلىَ كُـلِّ مُسْــلِـمٍ وَ مُسْـلِـمَـةٍ

Menuntut ‘ilmu adalah fardhu kifayah bagi tiap-tiap Muslim baik ia Laki-laki maupun Wanita”. (Ibnu‘Abdil baar)

Baik yang berhubungan dengan Aqo’id maupun Ibadah Dunia dan Akhirat :

مَنْ اَرَ ادَ الـدُّ نْــيَافَـعَـلَـيْـهِ بِـالْـعِـلْمِ، وَمَنْ اَرَ ادَ الأخِرَ ةَ فَـعَـلَــيْـهِ بِـالْـعِـلْمِ وَ مَنْ اَرَ ادَ هُـمَـا فَــعَــلَــيْــهِ بـِا لْـعِـلْـــمِ

Barangsiapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan urusan Dunia. Wajib ia memiliki ‘ilmu nya. Dan barangsiapa yang ingin (bahagia di) Akhirat. Wajib ia memiliki ‘ilmunya. Dan barangsiapa yang meng inginkan ke dua-duanya. Wajib pula ia memiliki ‘ilmu kedua-duanya”. (Dalam batas-batas yang diridhoi Allah)

(H.R. Al-Buhori dan Muslim)

Islam mewajibkan kita untuk menuntut ‘ilmu Akhirat yang menghasilkan “Natijah”, yakni ‘ilmu yang di’amalkan sesuai dengan perintah Syara’. Hukum wajib‘Ain dan wajib Kifayah, sangat penting dipelajari oleh seluruh Mukallaf untuk meluruskan Aqidah atau Tauhid. Agar bisa memupuk ke-Imanan, serta yang berkaitan dengan pelaksanaan Ibadah Fardhu yang sehari-hari kita lakukan, seperti :

“Sholat”. “Puasa”. “Zakat”. “Melaksanakan Hajji”.

Disamping itu perlu pula kita ketahui ‘ilmu Akhlaq. Untuk

mengetahui Adab dan Sopan santun didalam beribadah maupun didalam pergaulan sesama Manusia.

Kemudian juga perlu pula kita pelajari ‘Ilmu ketrampilan yang menjadi tonggak dan sarana bagi kehidupan Dunia. Selanjutnya belajar Ibadah yang tidak kita kerjakan setiap hari seperti : “Sholat Idul Fitri atau Sholat Idul Adha”. Dan Nikah. Cukup dengan Syarat dan Rukunnya. Bagai mana caranya bergaul dengan Istri, harus kita ketahui yang mana Halal dan yang bagaimana pula yang Haram”. “Memandikan Jenazah dan Mengkafaninya, serta Men Sholatkan Jenazah, juga menguburkannya” itu juga sangat perlu kita pelajari. Sebab jika keadaan mengkehendaki, pada suatu saat harus kita laksanakan dengan seteliti mungkin serta sebersih-bersihnya, dan disertai pula dengan keikhlasan yang sangat.

Kemudian wajib pula bagi Muslim mempelajari ‘Ilmu pelengkap atau ‘ilmu alat, seperti belajar ‘ilmu : “Tajwid” “Balaghah”.“Nahwu”.“Syaraf”.“Bayan”.”Mantiq“Tafsir”Dan ‘Ilmu Hadits”. Dan lain-lain. Karena itu semua adalah merupakan Ibadah. Termasuk jangan ketinggalan bagi orang Muslim dan Muslimat mempelajari ‘Ilmu “Saint dan Komputer” serta ‘ilmu-‘ilmu yang canggih-canggih lainnya.

Wahai Insan ! Didalam menuntut ‘Ilmu, tidak ada istilah ketinggalan, apakah ia masih Muda atau sudah Dewasa atau yang sudah Tua. Tidak perlu merinding untuk mencari ‘ilmu dan mempelajarinya lalu di’amalkan. Namun carilah ‘ilmu yang menjadi bekal semoga bahagia di Dunia dan Bahagia pula di Akhirat nanti.

Kita perhatikan Hadits-hadits yang menunjukkan kearah itu :

َلأَنْ تَـغْدُوَفَـتَـعَلَّمَ ايـةً مِنْ كِــتَابِ الـلّــهِ خَـيْـرٌمِنْ عِـبَادَ ةِ سَـنَـةٍ

Sungguh, sekiranya engkau melangkahkan Kaki di waktu pagi (maupun petang). Kemudian kamu mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Qur-aan). maka pahalanya lebih baik dari Ibadah satu tahun”.

(H.R. Ath-Turmudzy)

لأَنْ تَــغْـدُ وَفَــتَـعَـلَّـمَ ايـةً كِــتاب الـلّـــهِ خَـيْـرُ لَكَ مِنْ أَنْ تُـصَـلِّى مِا ئَــةً رَ كَـعَـةٍ

Anda pergi, lalu mempelajari sesuatu ayat dari Kitab Allah. (Al-Qur-aan), lebih baik bagi engkau, daripada Sho lat Seratus Raka’at”.

(H.R. Ibnu Majah Kitab Ath-Taghieb Juz III hal : 15)

Barangsiapa yang pergi menuntut ‘ilmu, maka ia telah termasuk golongan Fi-Sabilillah (orang yang menegakkan Agama Allah). Hingga ia sampai kembali” (kerumahnya). (H.R. At-Thurmidzy)

Kendatipun demikian, kita wajib intropeksi diri, sebab mungkin saja kita terdorong oleh Hawa Nafsu yang ber-tengger Setan didalamnya, lalu setelah ‘ilmu didapat, maka ia langsung membusungkan dada dan memproklamirkan diri. Bahwa ia sendiri yang ber’ilmu tinggi. Orang lain semuanya rendah, seperti yang disinyalir oleh Hadits dibawah ini :

لاَ تَـعْـلَـمُوْاالْـعِلْمَ لـِتُـبَاهُوَ ا بِـهِ الْـعُلَـمَآءَ،وَ لاَلـِتُـمَارُوْابِـهِ السُّـفَـهَاءَ وَ لاَ تَجْـرِئُـوْابِـهِ فِى الْـمَجَالِسِ أَوْ لـِتَصْرِفُوْاجُوْاهَ الـنَّاسِ إِ لَـيْـكُمْ فَـمَنْ فَـعَـلَ ذلِكَ فَـالــنَّارَ … فَـالــنَّارَ!

Janganlah kalian menuntut ‘ilmu untuk dibanggakan pada kalangan para Ulama. Atau untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Dan jangan pula menuntut ‘ilmu untuk penampilan dalam Majelis. Atau untuk menarik perhatian orang-orang kepa damu. Barang siapa yang berbuat seperti itu. Maka bagi nya Neraka ! Neraka ! (H.R.At-Turmudzy dan Ibnu Majah)

قَالَ الـلّـــهُ تَــعَـلىَ: أَلــكِـبْـرِيَـاءِ رِدَ ائِـيْ، وَ الْـعَـظِـمَـةُ إِزَارِى، فَـمَـنْ نَـازَعَـنِى وَ احِدً ا مِـنْـهُـمَا أَلــقَــيْـتَـهُ فِيْ جَــهَــنَّـمَ

"Allah Ta’ala Berfirman : Kebesaran (Kesombongan atau Kecongka-an) adalah pakaian-KU.Dan ke-Agungan adalah kain-KU. Barangsiapa merampas salah satu (dari keduanya) Maka akan AKU lempar ia kedalam Neraka Jahannam”. (Hadits Qudsi)

Telah kita baca lima buah Hadits, kesemuanya menunjukkan kepada kita, bahwa sangat dianjurkan bagi Muslim dan Muslimat, agar menuntut ‘ilmu untuk hidup di Dunia dan ‘ilmu untuk Akhirat. Namun setelah mendapat ‘ilmu, tidak baik jika kita pergunakan untuk menyombongkan diri terhadap para Ulama atau untuk berdebat sesama orang awam. Karena yang demikian ini, disinyalir oleh Hadits. Sama halnya menunjukkan kesombongan di hadapan manusia. Lalu api neraka jahannam akan menyambut kita pada hari yang dijanjikan Allah SWT.

Mari kita perhatikan ayat Al-Qur-aan dibawah ini :

وَ نَـزَّ لْـنَاعَـلَـيْكَ الْكِـتَابَ تِـبْـيَانًـا لِّـكُلِّ شَيْءٍ وَهُـدًى وَّ رَحْـمَـةً وَ بــُشْـرًى لـِلْـمُسْـلِـمِـيْـنَ

Dan KAMI turunkan kepadamu Kitab (Al-Qur-aan) untuk menjelaskan segala sesuatu. Dan Petunjuk serta Rahmat bagi orang-orangh Muslim".(yang menta’ati Allah) (Q.S. An-Nahl : 89)

Al-Qur-aan menjelaskan segala sesuatu mengenai pokok pokok utama untuk mencapai kebahagiaan hidup di Dunia dan kesenangan di Akhirat. Dari mulai soal Ibadah. Perkawinan. Perekonomian. Pemerintahan. Ilmu pengetahuan. Budi pekerti luhur. Hubungan baik antar keluarga dan Bangsa-bangsa. Kesehatan. Pertanian. Dan lain-lain.
Sehingga Al-Qur-aan itu benar-benar menjadi petunjuk dan Rahmat bagi Manusia dan Makhluq lainnya. Dan Al-Qur-aan adalah suatu kitab yang kokoh serta penjelasannya dari Allah SWT.

آلــر كِــتَابٌ اُحْكِـمَتْ ا يــتِـه ثُـمَّ فُصِّـلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِـيْمٍ خَـيْـرٍ

"Alif Laam Roo. (inilah) Kitab yang kokoh. Dan ayat-ayatnya disusun dengan rapi. Kemudian diberi penjelasan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Menge tahui" (Q.S. Huud : 1)

Setelah jelas bahwasanya Al-Qur-aan adalah benar-benar Kitab dari Allah SWT sekiranya manusia mau berfikir jernih, Insya Allah ia tidak akan berat untuk mempelajari Al-Qur-aan. Jika kita nilai dengan pantauan yang serius.

Maka kita akan mengetahui. Bahwa banyak orang-orang Muslim yang tidak tahu membaca Al-Qur-aan. Oleh karena itu, mudah saja mereka-mereka dengan sengaja meninggalkan ajaran Al-Qur-aan. Dan meninggalkan Sunnah Rasul-Nya. Demikian ini dikarenakan banyaknya faktor yang menempah manusia itu. Sehingga mereka berani memandang ringan terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya. Beberapa Faktor tersebut :

1. Kemauan orang tua menginginkan agar anaknya ahli ’Ilmu Dunia.
2. Keadaan Hati anak itu sendiri. Turut hanyut dengan keadaan di sekelilingnya.
3. Keadaan lingkungan yang meng-inginkan, agar manusia menentang Allah.
4. Kemauan Iblis yang diperturutkan. Yang pada akhirnya manusianya masuk Neraka Jahannam

Kita tidak membatasi manusia untuk menuntut ‘Ilmu. Dipersilakan mempelajari semua ‘Ilmu yang ada di alam ini. Bahkan dianjurkan untuk mempelajarinya. Tetapi alangkah baiknya jika ‘Ilmu tersebut diimbangi dengan ‘Ilmu Agama agar bisa seimbang dan paralel. Sebab setelah kita perhatikan perkembangan zaman. Dapat kita rasakan pada era zaman sekarang ini, banyak lahir penyakit berpola baru. Dan bernama baru, sehingga para Dokter sendiri tidak tahu namanya. Padahal empat belas abad yang lalu Al-Qur-aan telah menyatakan, bahwa Al-Qur-aan sanggup menjadi Penawar Hati dan Rahmat bagi semua Makhluq. Terutama penyakit yang berada didalam Sudur (Dada) yaitu "Hati".

Yang demikian ini empat belas abad yang lalu telah disitir oleh Hadits Nabi S.a.w :

أَلاَوَ إِنَّ فِى الْـجَسَـدِمُضْغَـةَ، إِذَاصَـلُـحَتْ صَـلُـحَ الْـجَـسَـدُكُــلُّـهُ وَ إِذا فَسَــدَتْ فَسَــدَ الْـجَسَـدُ كُـلُّـهُ ، أَ لاَ وَ هِيَ الْـقَــلْـبُ


"Ketahuilah ! Sesungguhnya dalam Tubuh Manusia itu, ada segumpal Daging. Apabila ia baik. (maka) seluruh Tubuh akan baik. Dan apabila ia rusak. Maka seluruh Tubuh akan rusak. Ketahuilah ! ia adalah Hati.(Al-Bukhori)

Oleh karena itu, carilah ilmu yang bisa menenteramkan hati

تَــعَـلَّـمُـوْالْـعِلْـمَ وَ تَـعَـلَّـمُـوْالـِلْـعِلْـمِ السَّــكِـــيْــنَـةَ وَ الْــوَ قَـارَ وَ تَــوَا ضَعُـوْا لِـمَـنْ تَــعَــلَّــمُـوْنَ مِـنْـهُ

"Tuntutlah ‘ilmu dan belajarlah (untuk ‘ilmu) Ketenangan dan Kehormatan diri. Dan bersikaplah rendah Hati kepada orang yang mengajari kamu". (H.R. Muslim)

Jika direnungkan Hadits diatas, maka akan timbul dalam pemikiran siapapun. Bahwa untuk mencari ‘ilmu ketenangan dan bersikap rendah Hati terhadap Guru. Tiada lain kecuali ‘ilmu yang mempelajari Al-Qur-aan dan Sunnah Rasul Saw. Jika kita ingin menjadi orang Muslim yang jujur. Tetapi jika kita sejajarkan dengan pendapat umum, maka pengertian di atas tidak tepat kata mereka. Sebab di dalam adat istiadat pun sudah ada pelajaran Etika, yang mengajarkan kepada manusia agar berbuat sopan santun terhadap orang lain.

Itu juga kita terima. Namun yang kita harapkan adalah Adat yang bersendi kepada Syara’. Syara’ bersendi kepada Kitabullah. Kitabullah yang bermuara kepada Allah SWT.

Karena zaman sekarang, banyak Kitab yang dikatakan orang bahwa itu adalah Kitab Allah. Tetapi ajarannya menyimpang dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Konon pula Adat yang tidak bersendikan Kitabullah yang asli. Maka mudah saja di goyang oleh zaman dan cenderung kepada keadaan masa.

إِذَاظَــهَــرَتِ الْـبِدَ عُ فِيْ أُ مَّــتِى فَـعَـلَ الْــعَالَمِ أَنْ يــُظْـهِـرُعِـلْمـُـهُ فَـإِنْ لَمْ يَــفْـعَــلْ فَـعَــلَــيْـهِ لَــعَــنَـةُ الـلّـــــهِ وَ الْـمَـلاَ ئِـكَـةِ وَ الــنَّاسِ أَجْـمَـعِـيْـنَ , لاَ يــُـقْــبَــلُ مِـنْــهُ صَـرْ فٌ وَ لاَ عَدْ لٌ

Apabila muncul bid’ah-bid’ah ditengah-tengah umatku. Maka wajib bagi orang ber-’Ilmu menyebarkan ‘Ilmunya (yang benar). Kalau ia tidak melakukannya, maka bagi nya la’nat Allah. para Malaikat. Dan la’nat seluruh Manu sia. Tidak akan di terima sedekahnya dan seluruh kebai kan ‘amalnya”. (H.R. Ar-Robii’)

Memang orang ber’ilmu sangat disanjung dan dipuja oleh siapapun. Namun tidak tertutup kemungkinan. Bahwa orang ber’ilmu bisa saja langsung masuk ke dalam Neraka jahannam. Jika ia salah kaprah dalam penyampaian maupun dalam meng’amalkannya. Karena Hadits diatas telah menerangkan kepada kita, bahwa La’nat Allah dan Malaikat serta La’nat seluruh Ruh Manusia sangat dekat kepadanya. Jadi belum tentu yang kita pandang manis itu tidak akan menjadi Pil pahit di belakang hari. Untuk itu.. Berhati-hatilah wahai orang yang ber’ilmu !!!

مَنْ سُـئِـلَ عَنْ عِـلْمٍ فَـكَــتَـمَـهُ جَاءَ يَـوْ مَ الْـقِـيَامَةِ مُـلْـجَــمًابِـلِـجَامٍ مِنْ نَّـارِ

Barangsiapa ditanya tentang suatu ‘Ilmu lalu dirahasia kannya, maka ia akan hadir pada hari Qiyamat dengan kendali (di mulutnya) dari api Neraka !!!”.

(H.R. Abu Daud)

Merahasiakan suatu ‘Ilmu itu, sangat dimurkai Allah. Lalu bagaimana jika menyempitkan lahirnya ‘Ilmu untuk umat Manusia, hanya di karenakan isi Amplopnya sedikit ? Wallahu a’lam bish-showaab-Wal-maa’ap. Kita kembalikan semua keadaan kepada Allah ‘Azza Wajalla.

21 November 2007

Minuman Kaum Sufiah

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Barang siapa merasa akan minuman kaum sufiah niscaya mengetahuilah ia

Dan siapa yang mengetahuinya jadilah ia membeli walau dengan nyawanya

Berkata Syeikh Ahmad bin Alan AnNaqsyabandi dalam syarah qasidah ini, Barang siapa yang bersifat dengan segala perangai kaum sufiah dan menjalani akan jalan mereka itu zhohir dan batin yaitu zhohirnya seperti mufakat bagi syariat dan bathinnya seperti berpegang dengan thariqat, niscaya menerangi atasnya ketika itu segala nur hakikat dan jadilah sekalian maqam kaum sufiah dan sekalian hal mereka jadi makanan baginya yang dirasanya dan jadi minuman yang memuaskan dahaganya dan jadi obat yang menyembuhkan penyakitnya. Dan apabila ia telah merasa akan minuman kaum sufiah itu atas sifat ini dan telah mengetahuinya, niscaya ia berhadap atasnya dengan segala anggotanya dan dibelinya dengan nyawanya seperti kata setengah dari kaum sufiah itu jua

Seandainya nyawaku didalam tapak tanganku, kuberikan dengannya

Berkata Syeikh Ahmad dalam syarahnya, Dan jikalau diganti akan nyawa mereka yang diberikan untuk membeli minuman kaum sufiah itu dengan beberapa nyawa pada tiap-tiap sekejap mata dan diganti pula beberapa nyawa lagi, maka diberikannya pula untuk membeli minuman itu juga dan tiada jua menyamai akan mahal harga perkara yang akan dibelinya itu. Tetapi tiada yang mengetahuinya kecuali hanya bagi mereka yang telah merasainya.

Tiada mengenal akan rindu itu melainkan siapa yang merasainya

Dan tiada akan birahi melainkan siapa yang merasainya jua

Dan bagaimana akan menyamai beberapa nyawa yang diberikan untuk perkara yang dituntutnya itu, pada hal perkara yang dituntut itu adalah akhir bagi segala kesudahan dan itulah angan-angan segala mereka yang arif.

Dan setitik daripadanya memadai bagi sekalian makhluk jika mereka merasainya

Maka pingsanlah mereka itu atas sesuatu dengan heran

Berkata Syeikh Ahmad dalam syarahnya, Setitik daripada minuman kaum sufiah yang bernama minuman hakikat itu jika diminum oleh sekalian makhluk niscaya memadailah untuk mereka dan memabukkan mereka semuanya serta mengeluarkan mereka dari wujud yang waham kepada wujud yang hakiki, dan juga menerangi muka dan mata hati mereka dengan segala nur ketuhanan. Maka terhapuslah kelam yang jasmani artinya hapuslah kelam tubuh itu dan pingsanlah mereka didalam alam ini dan karam dalam lautan ihsan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Tiap-tiap ibarat yang musykil maknanya terbit dari mereka pada maqam ini. Bahwasanya pada maqam ini hilang padanya tamyiz karena diterangi oleh matahari hakikat dan hilanglah segala bintang farq dari pandangan Ahli Thariqat. Bermula maqam ini bernama maqam jam'a dan yang mempunyai maqam ini tiada dipandangnya pada maqam itu melainkan hak Allah Ta'ala dan fana ia dengan hak segala makhluk hingga fana ia dari dirinya sendiri. Tetapi yang lebih sempurna ialah kembali ia kepada maqam farq sesudah sampai kepada maqam jam'a dan itulah yang disebut maqam baqa dan maqam ahli tamkin dan maqam ahli irsyad yaitu maqam sekalian Nabi-nabi Alaihi Shalatuwassalam dan sekalian mereka yang mewarisinya yaitu sekalian Ulama Al-Amalin dan karena inilah berkata Junaid Al-Baghdadi tatkala ditanya ia, Apakah kesudahan itu ? maka katanya, ialah kembali kepada permulaan inilah kesudahan itu.

Berkata Syeikh Ahmad dalam syarahnya, Bermula mereka yang sangat birahi yang karam di dalam lautan birahi itu jikalau diberi minum ia beberapa gelas atas bilangan sekalian nafas dan dijadikan sekalian alam ini satu gelas niscaya tiada jua memuaskannya yang diminumnya itu. Bermula yang demikian itu tiada berkesudahan dan bahwasanya yang dimaksud itu tiada mungkin dinyatakan dengan ibarat. Dan bahwasanya segala ibarat ulama sufiah menyatakan hakikat minuman itu hanyalah isyarat jua yang menghampirkan faham dan tiada meluaskan ia melainkan iman jua. Maka tiada yang merasai minuman itu melainkan mereka yang telah dikaruniai Allah masuk suluk dan sampai ia kepada maqam ihsan. Itulah yang tau akan rasa minuman tersebut dan tiada pula ia mengkhabarkan rasanya itu kepada orang lain sekali-kali. Adalah misalnya seperti barang yang jika bertanya mereka yang belum merasai lezat jima’ kepada mereka yang telah merasainya. Katanya apakah rasa jima’? maka tiadalah dapat mereka yang merasai itu memberi jawab hanyalah sekedar mengatakan rasa jima’ lezat yang amat sangat dan tiada didapatnya jawab yang lain dari itu. Maka jika mereka yang bertanya hendak mengetahui akan hakikat lezatnya itu maka tiada dengan bertanya kepada orang yang telah merasai hanyalah dengan dirasa dan diperbuat seperti yang telah diperbuatnya itu barulah ia tau akan rasanya itu. Dan jika ditanya pula ia akan hakikat lezatnya itu niscaya tiada pula dapat mengkhabarkan hakikat lezatnya hanyalah sekedar tau sendirinya jua. Karena itulah berkata Sayyidu Thoifah Sufiah Abu Qosim Junaid Al-Baghdadi, Semata-mata membenarkan dengan thariqat kami ini ialah Wilayatu Sughra.

Puas dan dahaga pula ia senantiasa jua mereka yang meminumnya

Senyuman dan mabuknya bermula mahbubnya itu memberi minum jua

Kata Syekh Ahmad dalam syarahnya, Tiada berhenti mereka yang meminum akan minuman kaum sufiah itu puas dan dahaga ia karena tiap-tiap puas ia niscaya bertambah dahagalah ia seperti kata setengah ulama, Dua orang yang sangat lapar tiada dapat kenyang. Keduanya itu pertama mereka yang menuntut ilmu dan kedua mereka yang menuntut akan dunia. Maka betapalah akan boleh kenyang dan boleh puas mereka yang menuntut akan hak Allah Taala dan yang dituntutnya tiada baginya kesudahan.

Adalah Alhamdani telah menghasilkan ia akan ilmu aqal dan sekalian ilmu naqal dan umurnya baru delapan belas tahun, maka berkata ia itu, Aku tilik pada halku kemudian daripada menghasilkan sekalian ilmu itu maka tiada aku dapat hatiku melainkan berhamburan jua. Maka aku berhadap kepada mentelaah akan sekalian kitab-kitab karangan Imam Ghazali empat puluh tahun lamanya hingga telah aku sifatkan dia dan aku pahami dia dan sangkaku hasillah maksudku. Maka tiba-tiba datang Imam Ghazali dan aku lazimi ia dua puluh hari lamanya, maka menerangilah ia atasku segala ihwal dan zohirlah bagiku pekerjaan yang jika aku tuntut ia seribu tahun niscaya tiada jua sampai yang demikian itu. Dan bahwasanya yang dituntut kaum sufiah itu ialah Zat Al-Haq SWT tiada menyimpang mereka itu atas nama dan sifat hingga jika berdiri mereka itu dalam tuntutnya selama-lamanya niscaya dilihatnya jua mereka pada permulaan berjalan.