28 February 2008

14. Hal-hal yang Membatalkan Sholat

1. Berhadats Besar maupun Kecil.
Keluar apa saja dari Qubul atau Dubur. Berdasarkan :

اَوْجَآ ءَ اَحَـدٌ مِّـنْـكُـمْ مِّنَ الْــغـآ ئِـــطِ ……

“Atau salah seorang di antara kamu keluar dari WC / Kakus. Maksudnya buang air kecil maupun buang air besar”. (Q.S. An-Nisaa’ : 43)

Dalam hal ini kita perhatikan Sabda Rasulullah Saw :

قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ : لاَ يـَــقْــبَــلُ الـلّــــهُ صَـلاَ ةَ أَحَـدِكُـمْ إِذا أَحْـدَ ثَ حَــتَّى يَــتَــوَ ضَّــأَ ، فَــقَالَ رَجُـلٌ مِنْ حَـضْرَ مَـوْ تَ : مَاالْحَـدَثَ يـآ اَ بـَـاهُرَ يْـرَ ةَ ؟ قَالَ: فَسَاءٌ أَوْضُرَ اطٌ

“Telah bersabda Rasulullah Saw : Allah tidak menerima Sholat salah seorang dari kamu. Jika ia berhadats, sehingga ia berwudhu’. Maka berkatalah seorang laki-laki dari Hadramaut : “Apa maksudnya Hadats itu Yaa Abu Hurairah ? jawab : ”Buang angin atau Buang air besar, ujarnya”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas masih menunjukkan Hadats kecil. Dan perhatikan Dalil Untuk Hadats besar :

فِـيْـهِ الْـوُضُـوْءُ، وَ لـِقَـوْ لِ ا بْـنِ عَــبَّاسٍ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهُـمَا: أَ مَّاالْـمَـنِيُّ فَـهُـوَ الَّـذِيْ مِنْـهُ الْـغُسْــلُ، وَ أَ مَّـا الْـمَـذْيُ وَ الْـوَ دْ يُ فَـقَالَ : أَغْـسِـلُ ذَ كَـرَ كَ أَوْ مَـذَ اكِــيْـرَ كَ ، وَ تَــوَ ضَّــأَ وُضُـوْءَ كَ لـِلـصَّــلاَ ةِ

“Karenanya harus Berwudhu’. Berkata Ibnu ‘Abbas R.a “Mengenai Mani. Oleh karena (Mani) itulah (kita) diwajibkan Mandi. Sekiranya (hanya) Mazi dan Wadi, cukup hanya kamu basuh kemaluanmu dan sekitarnya. Kemudian Berwudhu’. Yakni Wudhu’ untuk Sholat”. (H.R. Al-Baihaqi dalam Sunannya)

2. Berkata-kata dengan sengaja selain bacaan Sholat.
Walaupun hanya satu huruf seperti “Ah” yang memberi makna suatu pengertian. Dalam sebuah Riwayat diterangkan, diterima dari Zaid bin ‘Arqom. Katanya :

كُـــنَا نَــتَــكَــلَّـمُ فِى الصَّـلاَ ةِ : يُـكَــلِّـمُ الـرَّجُـلٌ مِـنَّا صَاحِــبَـهُ وَهُـوَ إِلىَ جَــنَّــبِـهِ فِى الصَّــلاَ ةِ حَــتَّى نَــزَّ لُّـتَ (وَ قُـوْ مُوْ الـلّـــهِ قَانِــتِــيْـنَ )فَـأُمِرْ نَـابـِالسُّـكُـوْ تِ وَ نَــهِــيْــنَا عَنِ الْــكَــلاَ مِ

“Kami pernah berbicara dalam Sholat, yang seorang mengajak teman yang di sampingnya bicara. Hingga turunlah ayat : “Dan tegaklah kamu menyembah Allah dengan khusu’ !” Maka sejak saat itu kami diperintahkan diam dan dilarang berbicara”. (sewaktu melaksanakan Sholat). (H.R. Seluruh Ahli Hadits)

3. Terbuka Aurat (Terkecuali segera ditutup).
Tanpa ‘uzur, misalnya membuka aurat.

عَـنْ أَبِـى سَـعِـيْـدِالْـخُـدْرِيِّ أَنَّرَسُـوْ لَ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـلَّمَ قَالَ : لاَ يـَـنْـظُـرُ الـرَّجُـلُ إِلَى عَـوْ رَ ةِ الـرَّجُـلِ وَ لاَ الْـمَـرْ أَةِ إِلىَ عَــوْرَ ةِ الْـمَرْ أَةِ وَ لاَ يـــُفْـضِى الـرَّجُـلُ إِ لَى الـرَّجَـلِ فِى ثَــوَ بٍ وَ احِدٍوَ لاَ تُــفْضِى الْـمَـرْ أَ ةِ إِلَى الْـمَـرْ أَ ةِ فِى الـثَّــوَ ابِ الْــوَ احِـدِ

“Dari Abu Sa’id Al-Khudriy R.a. katanya : “Rasulullah bersabda : ”Laki-laki tidak boleh malihat Aurat Laki-laki. Dan Wanita tidak boleh melihat Aurat Wanita. Dan Laki-laki tidak boleh berselimut sesama Laki-laki dalam satu selimut, tanpa busana. Dan Wanita tidak boleh berselimut sesama Wanita dalam satu selimut, tanpa busana”. (H.R. Shohih Muslim)

Imam Al-Ghozaly menerangkan bahwa menutup Aurat itu artinya ialah menutup aib tubuhmu dari pandangan makhluq, karena tubuh lahir itu, adalah tumpuan pandangan manusia dan seluruh makhluq kepadamu.
Selanjutnya apa pendapatmu tentang Aurat Qolbumu dan aib batinmu, yang hanya tampak oleh Allah SWT. Ingatlah dalam Hati segala aibmu itu. Oleh karena itu, sudah datang wajibnya engkau menutup Aurat Jiwamu. Dan yakinlah bahwa aurat ini tidak dapat disembunyikan dari pandangan Allah Jalla Wa’azza. Dan hanya dapat ditutupi dengan menyesali diri serta Taubat. Dan merendahkan diri dengan rasa malu hanya karena Allah, bukan karena dorongan yang lain-lain.
Haya’ (rasa malu) kepada Allah itu sangat wajar engkau tanamkan kedalam Hati-mu, sehingga Hati menjadi tenang. Sekiranya engkau bawa dirimu berdiri dihadapan Allah pada saat Sholat. Engkau sudah tidak merasa ragu-ragu lagi. Ingatlah, bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Pengampun.

4. Bergerak berturut-turut tiga kali.
Misalnya kepalanya gatal lalu menggerakkan tangan dan menggaruk-garuk sampai tiga kali berturut-turut. Namun ada yang berpendapat. Manakala jari yang digerak-gerakkan, maka tidak menjadi batal Sholatnya.

5. Terkena Najis yang tidak bisa dima,afkan.
Umpama Tahi atau Kencing dan lain-lain Najis.

6. Makan dan Minum sedikit dengan sengaja.
Rasanya tidak mungkin terjadi bukan ?
Bisa terjadi sekiranya kita selesai makan, walaupun telah berkumur kumur. Lalu beranjak pergi Sholat, dan di dalam melaksanakan Sholat tersebut, masih ada terselip makanan pada gigi. Kemudian dikunyah kunyah dan ditelan. Ini sudah termasuk kategori Makan.
Minum dalam Sholat juga bisa terjadi. Misalnya manakala seseorang selesai minum, atau makan permen, lalu pergi melaksanakan Sholat. Dan di dalam melaksanakan Sholat tersebut, ada terasa manis, asin, asam dan lain sebagainya, lalu ditelan. Demikian ini sudah termasuk dalam kategori minum dalam Sholat. Bisa membatalkan Sholatnya. Sekurang-kurangnya pekerjaaan semacam ini makruh hukumnya.

7. Menghadap ke lain qiblat.
Demikian ini bisa terjadi. Disebabkan kita kurang teliti, atau malu bertanya, atau suatu malam kita sampai di rumah keluarga sudah larut malam. Maka kita bermalam dirumah tersebut. Lalu waktu subuhpun datang, dan kita langsung mengambil Wudhu' dan melaksanakan Sholat Subuh seenaknya saja. Tanpa mau bertanya arah kemana Qiblat di rumah itu.
Dan setelah selesai Sholat, kiranya kita sudah salah Qiblat. Maka pelaksanaan Sholat yang demikian itu Batal. Dan yang menghadap Qiblat itu adalah dada, jika dadanya miring dari menghadap Qiblat. Maka perbuatan semacam ini bisa membatalkan Sholat.

8. Melangkah atau memukul yang bersangatan.
Di dalam Sholat itu ada caranya untuk melangkah. Bukan sembrono saja. Umpamanya ada makmum di muka kita, yang batal Wudhu'nya, lalu ia mundur ke belakang. Maka orang yang dibelakang makmum itu wajib masuk menggantikan tempatnya. Tetapi cara melangkahnya harus pelan dan pasti tepat satu langkah lalu berhenti sesaat. Baru melangkah kembali. Serta ia menjaga agar dadanya tidak miring dari Qiblat. Sesuai dengan tata cara menghadap Qiblat pada pelajaran di atas.

9. Berdehem atau Tertawa terbahak-bahak.
Berdehem-dehem atau tertawa yang sampai mengeluarkan suara. Sehingga melahirkan kata yang memberi suatu pengertian. Bisa membatalkan. Namun jika sekedar senyum tidak sampai membatalkan Sholat.

10. Menambah /Mengurangi Rukun dengan sengaja.
Menambah Rukun Fi’li atau mengurangi dengan sengaja. Misalnya menambah Raka’at atau mengurangi Raka’at pada pelaksanaan Sholat. Terkecuali benar-benar terlupa Raka’atnya.

11. Berobah Niat (Berniat membatalkan Sholat).
Seperti dari melaksanakan Sholat wajib, lalu ia merobah Niatnya melaksanakan Sholat Sunnat, sementara ia dalam keadaan melaksanakan Sholat Wajib.

12. Murtad. Keluar dari Agama Islam.

27 February 2008

13. Syarat-syarat Wajib Melaksanakan Sholat

1. Islam
2. Suci dari Hadats besar dan kecil bagi Laki-laki
3. Suci dari Haid dan Nifas serta Hadats bagi Wanita
4. Sampai Da’wah Islam kepadanya
5. Ber’akal
6. Baligh
Jika Syarat di atas terkumpul pada diri seseorang, maka wajib ia Sholat ! Dan bagi orang kafir, tidak wajib Sholat. Dan tidak harus mengqodho Sholat, dikala ia masuk Islam. Tetapi bagi orang yang murtad, kemudian ia kembali memeluk Islam. Maka wajib baginya untuk mengqodho Sholat dan mengqodho Puasa yang ditinggalkannya. Ini menunjukkan dan mendidik Iman seseorang.
Terhadap anak kecil, orang gila, orang yang dalam keadaan hilang ingatan disebabkan sakit atau pingsan tidak berkewajiban Sholat. Tunggu sampai pulih akalnya baru dianjurkan Sholat. Karena orang yang melaksanakan Sholat itu harus benar-benar mengerti apa yang dikerjakannya. Sebagaimana yang di Firmankan Allah di dalam Al-Qur-aan :

يـآ اَ يـُّــهَـا الَّـذِ يْـنَ ا مَــنُـوْ ا لاَ تَـــقْــرَ بــُوْا
الـصَّــــــــــــلاَ ةَ وَ اَ نْــتُـم
سُـكَارى حَــتّى تَــعْــلَـمُوا مَـا تَــقُــوْ لُــوْ نَ

“Hai orang yang beriman ! jangan mendekati Sholat, dikala kamu sedang mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan………” (Q.S. An-Nisaa’:43)

Atau memang tidak sampai Da’wah Islam kepada mereka ? Tetapi pada jaman sekarang ini. Bagaimana mungkin orang akan bisa mengatakan, bahwa tidak sampai Da’wah Agama Islam itu ke kampung halaman atau ke daerah kami ? Sebab jaman sekarang, da’wah keliling ada, dari mulai para Ustadz berjalan, berbagai macam media cetak, media elektronik, sehingga sampai Internet sudah mencapai daerah.
Kalaupun masih keberatan, mungkin mereka merasa bahwa ia belum baligh atau mereka merasa belum waktunya melaksanakan Sholat, dikarenakan masih belum berakal. Sebaiknya masukilah Masjid atau Mushollah agar lekas berakal. Dan tinggalkanlah makanan dan minuman yang menghilangkan akal.

Sholat adalah garis pemisah antara Islam & Kafir.
Barangsiapa yang meninggalkan Sholat dengan sengaja atau karena inkar kepada Perintah Allah, maka telah sepakat seluruh Ulama Islam mengkafirkannya.

بَــيْـنَ الــرَّ جُــلِ وَ بَــيْــنَ الْـكُـــفْـرِ تَــرَ كَ الصَّــــلاَ ةِ

“Beda antara seorang Laki-laki (Muslim) dengan Kafir, ialah meninggalkan Sholat”. (H.R. Muslim. Ahmad. Abu Daud. At-Turmudzy.Ibnu Majah)

أَ لـــعَــهْـدُ الَّــذِيْ بـَــيْــنَــنَا وَ بـَــيْــنَــهُـمُ الصَّـــــــلاَ ةُ فَـمَـنْ تَــرَ كَـــهَا فَــقَــدْ كَــفَــرَ

“Janji antara kami dan mereka ialah Sholat. Maka barang siapa yang meninggalkan Sholat. Sungguh telah kafirlah ia”. (H.R. Ahmad)

إِ تَّـــقُــوْا فِــرَ اسَــةَ الْـمُـؤْ مِنْ ، فَــإِ نَّــهُ يَــنْـظُــرُ بِــنُـوْرِالـلّـــهِ

“Waspadalah terhadap Firasat orang Mukmin. Sesungguhnya ia melihat dengan Nuur Allah”. (H.R. At-Turmudzy dan At-Thabrany)

خَــيْــركُـمْ مَـنْ يُـرْجَـى خَــيْــرُ وَ يـُــؤْ مَـنْ شَـرَّ هُ، وَ شَــركُـمْ مَـنْ لاَ يــُـرْجَى خَــيْــرُ وَ لاَ يــُـؤْ مَـنْ شَــرُّ هُ

“Sebaik-baik dari kamu. Ialah yang diharapkan kebaikannya. Dan aman dari kejahatannya. Dan seburuk-buruk dari kamu. Adalah ia tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya”. (H.R. At-Turmudzy)

سِــبَـابُ الْـمُــؤْ مِنْ فُـسُـوْ قٌ وَ قِـــتَـالُـــهُ كُـــفْــرٌ

“Mencaci maki orang Mukmin itu adalah suatu kejahatan. Dan memeranginya adalah suatu Kekufuran”. (H.R. Muslim)

Syarat-syarat Sah Sholat.
1. Suci Badannya dari dua Hadats.
Yaitu Hadats kecil dan Hadats besar.
Yang dimaksud dengan Syarat itu ialah sesuatu hal yang membuat tidak sahnya Sholat seseorang apabila syarat itu tidak ada. Walaupun ia bukan merupakan bagian dari Sholat. Karena syarat itu adalah yang mendahului Sholat. Dan wajib diwujudkan oleh seseorang yang hendak Sholat. Dengan arti kata, jika ditinggalkan salah satu syarat-syarat itu, maka Sholatnya akan batal atau tidak Sah.

يـآ اَ يــُّـهَـاالَّـذِيـْنَ ا مَــنُوْآ إِذَا قُــمْــتُـمْ إِلَى الصَّـلو ةِ فَــغْسِـلُـوْ ا وُجُوْ حَـكُـمْ وَ أَ يــْدِ يَـكُـمْ اِلَى الْـمَـرَ ا فـِـقِ وَ امْـسَـحُـوْ ا بِـــرُءُ وْسِكُـمْ وَ اَرْجُـلَــكُـمْ اِلَى الْـكَــعْــبَــيْـنِ وَ اِنْ كُـــنْــتُـمْ جُــنُــبًا فَاطَّــهَّــرُوْ ا

“Hai orang-orang yang Beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan Sholat. Maka basuhlah mukamu. Tanganmu sampai kesikumu. Dan basuhlah kepalamu dan kakimu hingga sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu (dalam keadaan) Junub. Hendaklah kamu mandi (Junub)”. (Q.S. Al-Maidah : 6)

لاَ يـُـقْــبَـــلُ الـلّـــــــــهُ صَـــلاَ ةً بِــغَـــيْــرِ طَـــهُـــوْ رً ا

“Allah tidak menerima Sholat tanpa Bersuci”. (H.R. Muslim. Ibu Majah. Dan lain-lain)

لاَ يـَـقْــبَـلُ الـلّــــهُ صَـلاَ ةً بِــغَــيْـرِطُــهُـوْ رٍ وَ لاَ صَـدَ قَـةً مِنْ غُـلُـوْ لٍ

“Tidak diterima Allah. Sholat tanpa bersuci (dari Hadats Besar atau Kecil). Juga tidak diterima Allah sedekah dari uang korupsi”. (H.R. Al-Bukhari)

2. Bersih badan. Bersih pakaian. Dan bersih tempat dari Najis.

وَ ثـِـــيَـا بَــكَ فَـــطَـــهِّـــرْ

“Dan bersihkanlah Pakaianmu !” (Q.S. Al-Mudatsir : 4)

تَــنَـزَّ هُـوْ امِنَ الْــبَـوْ لِ فَــإِ نَّ عَامَّـةَ عَذَابِ الْـقَــبْـرِمِـنْـه

“Bersihkanlah dirimu dari kencing. Karena sesungguhnya kebanyakan ‘Azab kubur itu adalah dikarenakan kencing (yang tidak dibersihkan)”. (Daroqhutny)

3. Menutup aurat.
Bagi laki-laki antara pusat dan lutut.
Berdasarkan Sabda Rasulullah Saw :

عَـوْ رَ ةُ الـرَّ جُـلِ مَا بَــيْـنَ سُـرَّ تِـهِ إِ لَى رُ كْـــبَــتِــهِ

“Aurat Laki-laki. Antara pusat dan lutut”. (H.R. Daroqhutny dan Baihaqi).
Dan bagi Wanita. Seluruh Badan, kecuali kedua Tapak Tangan dan Muka. Berdasarkan ayat Al-Qur-aan surah An-Nuur :

وَ قُـلْ لّــِلْـمُـؤْ مِـنتِ يَــغْـضُضْنَ مِنْ اَبـْصَارِهِنَّ وَ يـَـحْــفَــظْـنَ فُــرُوْ جِـهِـنَّ وَ لاَ يــُـبْـدِ يْـنَ زِ يْــنَــتَـــهُــنَّ اِلاَّ مَاظَــهَــرَ مِـنْـهَا وَ لْــيَـضْرِ بْـنَ بِـخُـمُـرِ هُنَّ عَــلَى جُــيُــوْ بِــهِــنَّ

“Dan katakanlah kepada Wanita-wanita yang beriman ! Hendaklah mereka membatasi pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya. Kecuali yang nampak. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya sampai ke dadanya” (Q.S. An-Nuur : 31)

Menurut Ahli Tafsir, bahwa kalimat (kecuali apa yang nampak) ialah dua Tapak Tangan dan Wajah. Hal ini disinggung juga dalam Kitab-kitab Tafsir yang terkenal. Disamping itu masih banyak Hadits-hadits yang meriwayatkan hal ini :

لاَ يـُـقْــبَــلُ الـلّــــهُ صَــلاَ ةً حَا ئِـضٍ إِ لاَّ بِــخِـمَـارٍ

“Allah tidak menerima Sholat Wanita yang sudah baligh Kecuali dengan (memakai) Kerudung”. (H.R. Ahmad. Abu Daud. Ibnu Majah. At-Turmudzy)

يَـا بـَـنِيْ آ دَ مَ خُذُّوْ ا زِ يْــنَــتَـــكُـمْ عِـنْـدَ كُـلِّ مَـسْـجِــدٍ

“Hai Anak Adam ! Pakailah Perhiasanmu (Pakaian yang indah) Waktu Sholat (Dan Tawaf keliling Ka’bah). (Q.S. Al-A’raaf : 31)

4.
Telah masuk Waktu Sholat.
Kita dididik Rasulullah Saw. agar menepati ketentuan dan jangan plin-plan, alias lain pagi lain sore. Itu bukan pribadi seorang Muslim. Disiplin dan teratur rapi dalam Islam sangat penting. Dan berdasarkan Hadits :

أ مَّـنِى جِـبْـرِ يْـلَ عِـنْـدَ الْـبَــيْتِ مَـرَّ تَــيْـنِ فَصَـلَّى بِـيَ الـظُّــهْـرَحِـيْـنَ زَا لَـتِ الـشَّــمْـسُ وَ الْــعَـصْــرَحِـيْـنَ كَـانَ ظِــلُّ الـشَّــيْ ءٍ مِــثْـــلَــــهُ وَ الْـمَـغْـرِبَ حِـيْـنَ وَجَــبَـتِ الـشَّـمْسُ وَ الْــعِـشَاءِحِـيْـنَ غَابَ الـشَّـفَـقُ وَ الْـفَجْـرَحِيْـنَ سَـطَــعَ الْــفَجْــرُ فَـلَـمَّا كَـانَ الْـخَدُ صَـلَّى بِـيَ الظُّــهْـرَحِـيْـنَ صَارَظِـلُّ كُـلِّ شَـيْ ءٍ مِثْــلَــيْـهِ وَ الْـمَـغْرِبَ حِيْنَ أَ فْـطَـرَ الصَّائِـــمُ وَالْــعِــشَاءِ عِـنْـدَ ثــلُـثِ الـلَّــيْــلِ وَ الْـفَـجْـرَحِـيْـنَ أَسْـفَــرَوَ قَالَ : هذَا وَ قْتُ اْلأَ نْــبِــيَاءِ مِنْ قَــبْــلِـكَ ، وَ الْـوَ قْتُ مَا بَــيْـنَ هـذَ يْـنَ الْـرَ قْــتَـــيْــنَ

“Saya telah di-Imami oleh Jibril di Batulllah dua kali. Tatkala ia Sholat bersama saya (waktu) Sholat Zuhur, ialah ketika tergelincirnya matahari. Dan waktu ‘Ashar ialah ketika bayang-bayang sesuatu telah sama panjang dengan sesuatu itu. Dan saat Sholat Maghrib ketika terbenamnya matahari. Dan saat Sholat Isya’ ialah ketika terbenamnya Syafa’ (merah). Dan saat Sholat Fajar (Subuh) ialah ketika terbit Fajar pagi”. “Dan besoknya Sholat pulalah Jibril bersama saya (dan saya perhatikan). Sholat “Zuhur” ketika bayang-bayang sesuatu sepanjang dirinya. Dan saat Sholat “’Ashar”. Ketika bayang-bayang sesuatu dua kali panjang badannya. Dan saat Sholat “Maghrib”. Ketika berbuka orang yang Puasa. Dan saat Sholat “’Isya’. Ketika sepertiga Malam. Dan saat Sholat “Subuh”. Ketika menguning cahaya pagi. Dan berkata Jibril : Inilah waktu-waktu Sholat para Nabi-nabi sebelum engkau dan waktu Sholat adalah antara dua waktu”. (H.R. Abu Daud dll)

Kedisiplinan di dalam Islam sangat penting. Dan teratur rapi itu dianjurkan dengan sangat. Dalam segala bidang. Berdasarkan Surah Al-Qur-aan :

اِنَّ الصَّــلـو ةَ كَـا نَـتْ عَــلىَ الْـمُـؤْ مِـنِـيْـنَ كِــتَـا بـًا مَّــوْ قُـوْ تًـا

“Sesungguhnya Sholat itu diwajibkan kepada orang-orang Mukmin melaksanakannya pada waktu-waktu tertentu”. (Q.S. An-Nisaa’ : 103)

Oleh sebab itu. Tidak sah Sholat seseorang, jika dilaksanakan sebelum masuk waktu atau sesudah habis waktu. Ingatlah ! Padahal ini adalah Syarat, bukan Rukun Sholat. Tetapi memegang peran terhadap Sholat itu sendiri. Maka jika ada orang yang berkata : ”Kita tak perlu dengan Syarat-syarat sebagainya. Kerjakan Sholat. Habis perkara. Inilah orang yang dungu, tapi tak bisa diberi tahu.
Khusus mengenai orang yang tertidur atau lupa dari Sholat pada waktunya. Yang demikian ini harus ditilik dengan dua pandangan ilmu, yaitu apakah memang ia malas, atau memang benar-benar tertidur ? Maka untuk mereka ada ketentuan-ketentuan yang dijelaskan oleh Hadits Nabi Muhammad Saw :

إِ نَّــهُ لَــيْسَ فِى الـنَّــوْ مِ تَــفْـرِيـْطٌ إِ نَّـمَا الـتَــفْــرِ يْـطٌ فِى الْــيَــقْـظَـةِ فَـإِذَا نَسِـيَ أَحَـدكُـمْ صَـلاَ ةً أَوْ نَـامَ عَـنْـهَافَــلْــيُصَـلِّـهَا إِذَاذَ كَـرَهَا

“Sesungguhnya di dalam tidur itu tidak ada (unsur) melalaikan Sholat. Sesungguhnya melalaikan Sholat itu hanya terjadi diwaktu jaga. Maka apabila terlupa seseorang kamu akan Sholat atau tertidur dari padanya. Maka hendaklah ia Sholat bila ia teringat (sadar) (H.R. An-Nasa’iy dan At-Turmudzy)

5. Menghadap Qiblat.
Menghadap Qiblat ini juga menunjukkan disiplin yang sangat tangguh. Walaupun dimana kita berada. Wajib sujud pada satu arah menghadap Ka’bah :

فَــوَ لُّ وَجْــهَـكَ شَـطْـرَ الْـمَـسْـجِـدِ الْحَـرَ امِ وَحَــيْثُ مَـاكُـــنْــتُــمْ فَـوَ لُّــوْ ا وُجُـوْ هَـكُـمْ شَـطْــرَ ا هُ

“Arahkanlah mukamu ke Masjidil Haram. Di mana saja kamu berada. Arahkanlah mukamu kesana”………. (Q.S. Al-Baqarah : 144)
وَ اسْــتَـــقْــبِــلَ الْــقِــبْــلَــةَ فَـــكَــبِّــرْ

"Dan menghadaplah ke Qiblat serta Bertakbirlah !"


Menurut riwayat Al-Baraa’. Umat Islam pada jaman Rasulullah Saw. mendirikan Sholat berqiblat ke Baitul Maqdis :

عَـنِ الْــبَـرَ اءِ قَالَ : صَـلَّـــيْــنَا مَـعَ الـنَّـبِـيّ صَــلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـلَّـمَ ، سِـتَـــةَ عَـشَــرَ شَــهْــرًا أوْ سَــبْــعَـةَ عَـشَـرَ شَــهْــرًا نَـحْــوَ بَــيْـتِ الْـمُـقَـدَّ سِ ثــمَّ صُـرِ فْــنَا نَـحْـوَ الْـكَــعْــبَــةِ

“Dari Baraa’, ia berkata : “Kami Sholat bersama Rasulullah Saw. enam atau tujuh belas Bulan (menghadap) kearah Baitul Maqdis. Kemudian kami diperintahkan berpaling ke arah Ka’bah”. (H.R. Muslim)

إِ ذَا قُـمْتَ إِ لَى الصَّــلاَ ةِ فَــأَسْــبْــغِ الْـوُضُـوْ ءَ ثُــمَّ اسْــتُــقْــبِــلِ الْـقِــبْــلَــةَ

“Apabila engkau hendak mendirikan Sholat. Maka sempurnakanlah Wudhu'mu. Kemudian menghadap ke Qiblat”. (H.R. Muslim)

6. Mengetahui Sholat yang Wajib atau Sunat yang sedang didirikan.
7. Jangan bertekad bahwa Sholat Fardhu itu adalah Sunat.
8. Menjauhi segala yang membatalkan Wudhu' dan membatalkan Sholat.

12. Sholat Merupakan Ukuran Keimanan Seseorang

Sholat adalah ibadah yang sangat utama untuk membuktikan keislaman seseorang. Dan bisa untuk mengukur keimanan. Hal ini diperhatikan oleh orang lain dari kerajinan seseorang dalam mendirikan Sholat. Yang tidak terlihat adalah keikhlasan seseorang dalam melaksanakan Sholat, sebab ia berada di dalam batin seseorang.
Islam memandang Sholat sebagai tiang agama dan inti sari Islam terletak pada Sholat, sebab dalam Sholat tersimpul seluruh Rukun Agama. Hal ini dapat kita lihat dari Hadits Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda :

اَلصَّـلاَ ةُ عِـمَادُ الدِّ يْـنَ، فَـمَـنْ أَ قَامَـــهَا فَــقَـدْ أَ قَامَ الـدِّ يْـنَ، وَ مَنْ تَــرَ كَـــهَا فَــقَـدْ هَـدَ مَ الـدِّ يْـنَ

“Sholat itu (adalah) Tiang Agama ! Barangsiapa yang mendirikannya, maka sesungguhnya ia telah mendirikan Agama. Dan Barangsiapa yang meninggalkannya. Maka sesungguhnya ia telah meruntuhkan Agama”. (H.R. At-Tirmidzy)

Iman dan Islam tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain. Iman membenarkan dan patuh serta ta’at dalam melaksanakan segala yang dikehendaki oleh kepercayaan Hati, yaitu mematuhi segala Perintah Allah. Dan menjauhi segala Larangan Allah SWT. Jelasnya, manakala seseorang mengaku beriman, tetapi ia tidak pernah melaksanakan Sholat, maka pengakuannya itu adalah bohong. Dan tidak dibenarkan oleh Syara’.
Iman dalam arti yang sebenarnya adalah merupakan totalitas ‘Ilmu, Yakin dan ‘Amal. Tidak mungkin orang akan dikatakan beriman tanpa ‘ilmu. Sebab dengan ‘Ilmu mereka akan mengetahui kebenaran dan dapat merasakan apa yang dihayatinya. Karena ilmu itu adalah merupakan Pokok dari “Iman”. Walaupun ada ilmu, tetapi tidak yakin terhadap kebenaran ilmu, maka bisa dikatakan ia tidak beriman. Walaupun ada ilmu dan keyakinannya bertambah, tetapi ia tidak ber‘Amal. Ini juga belum dikatakan beriman. Kemudian banyak ‘Amalnya, tetapi tanpa ‘ilmu. Golongan ini dikategorikan belum Beriman. Oleh sebab itu Rasulullah Saw. Bersabda :

لَــيْسَ اْلإِ يْـمَانُ بِـالـتَّــمَــنِّى وَ لــكِـنْ مَاوَ قَـرَ فِىالْـقَـــلْب وَصَـدَّ قَـهُ الْـعَـمَـلُ ، وَ إِنْ قَـوْ مًاغَرَّ تَـــهُمُ اْلأَ مَانـِى حَـتَّى خَـرَجُـوْامِنَ الـدُّ نْــيَا وَ لاَحَسَــنَــةَ لَــهُـمْ وَ قَالُــوْا : نَـحْـنُ نُـحْــسِـنُ الـظَّـنَّ بِـالـلّــــهِ وَ كَــذُّا بُــوْ ا، لَــوْ أَحْسَــنُـوْ االـظَّـنَّ ِلأَحْـسَـــنُــوْ االْــعَــمَــلَ

“Bukanlah Iman itu hanya dengan berangan-angan. Tetapi apa yang telah tetap didalam Hati. Lalu dilanjutkan dan dibuktikan dengan ‘Amal. Dan sesungguhnya ada golongan yang terpedaya oleh angan-angannya sendiri. Sehingga mereka keluar dari Dunia (yang fana ini). Tanpa membawa sesuatu kebaikan yang mereka miliki. Namun mereka berkata : “Kami adalah orang yang baik sangka terhadap Allah. Tanpa disadarinya mereka telah berdusta. Sebab, kalau mereka baik sangka, sudah pasti mereka akan ber’amal (dengan baik)”. (H.R.Bukhari)

Orang beriman serta melaksanakan Sholat.
Mereka akan berpaling dari segala sesuatu yang tidak berguna. Mereka tidak mau melibatkan diri dalam urusan dan perbuatan yang tidak berfaedah. Mereka akan menjaga lidahnya dari membicarakan yang tidak berarti. Apa lagi membicarakan keburukan orang lain. Tidak perlu kita buang-buang waktu hanya untuk mengurus yang tidak jelas persoalannya. Nihil alias Nol besar. Mereka hanya disibukkan oleh pemusatan perhatian dan konsentrasi fikiran. Menghimpun perasaan serta kemauannya hanya untuk Mengingat Allah SWT. Dan di dalam melaksanakan Sholat mereka akan menghimpun sekalian Pengenalan yang menuju kepada Keridhoan Allah semata-mata. Sebab di dalam mendirikan Sholat itu sering datang lintasan-lintasan di permukaan fikiran yang tidak kita harapkan. Maka jauh sebelum melaksanakan Sholat, kita dianjurkan jangan banyak membicarakan yang tidak berguna. Sebab manakala kita berdiri untuk Sholat, segala pembicaraan di luar Sholat akan datang bergulir satu persatu kedalam Hati Sanubari. Rasulullah bersabda :

مِنْ حُـسْـنٍ إِ سْــلاَ مِ الْـمَــرْ ءِ تَــرْ كُـــهُ مَا لاَ يَــعْــنِـــيْــهِ

“Termasuk Iman Manusia yang baik-baik. Ialah mereka meninggalkan apa saja yang tidak berguna” (H.R. At-Turmudzy)

Baik kita perhatikan Hadits dari Anas bin Malik Ra. Beliau berkata : “Pada suatu waktu, wafatlah seorang laki-laki, maka berkatalah salah seorang lelaki yang lain. Pada saat itu Rasulullah Saw. mendengar perkataan orang itu ”Gembirakanlah ia dengan syurga”.
Maka bersabda Rasulullah Saw : “Tahukah engkau ? Boleh jadi ia membicarakan sesuatu yang tidak berguna, atau bakhil (bodoh) dengan sesuatu yang tidak mengurangi kekayaannya” (H.R At-Turmudzy)

Hadits di atas menjelaskan, boleh jadi dengan seringnya orang mempercakapkan sesuatu yang tidak berguna atau memang karena bakhilnya. Sebab ia sendiri tidak bisa melihat, penghuni Surga atau penghuni Neraka yang wafat tadi. Tetapi lidahnya dengan spontan berkata : “Gembirakanlah ia dengan surga”.
Bukankah yang berhaq berkata demikian itu adalah Rasulullah Saw. ? Oleh karena itu, di dalam ajaran Agama, kita selalu diingatkan kalau berbicara. Bicaralah yang baik dan berguna. Kalau tidak ada yang baik yang akan dibicarakan, maka sebaiknya diam ! Ingatlah ! Jika yang tergelincir itu adalah kaki, belum tentu orangnya akan mati. Tetapi jika yang tergelincir itu adalah lidah, maka Insya Allah akan menyebabkan maut bagi orangnya. Oleh karena itu hati-hatilah menjaga lidah !

26 February 2008

11. Beberapa Kewajiban yang Berhubungan dengan Ibadah Sholat

مـُنِـيْــبِــيْــنَ اِلَـــيْــهِ وَ تَّــقُـوْ هُ وَ اَقِــيْـمُواالصَّـلوةَ وَ لاَ تَـكُـوْ نُـوْامِنَ الْمُشْـرِكِــيْـنَ

“(Hendaklah kamu menjadi) orang-orang yang tunduk kepada-Nya. Berrtaqwalah kepada-Nya ! Dirikan Sholat ! Dan janganlah kamu termasuk golongan orang-orang yang Musyrik”. (Q.S. Ar-Ruum : 31)

Setiap mukallaf wajib melaksanakan Sholat Fardhu atau Sholat lima waktu sehari semalam. ‘Amalan Sholat ini sangat perlu ditekankan kepada keluarga. Dan ditanamkan ke dalam jiwa anak-anak oleh setiap orang tuanya. Para orang tua hendaklah melatih anaknya untuk melaksanakan Sholat berjama’ah bersama Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga yang ada. Atau mengajak Anaknya ke Masjid atau Musholla. Asalkan sang anak tidak mengacau ketenteraman para Jama’ah yang sedang Sholat. Ini juga perlu perhatian orang tua kepada anak.

مُرُوْااَوْ لاَدَ كُــمْ بـِاالـصَّـــلاَ ةِ وَ هُـمْ أَ نــــبَاءُ سَـــبْــعِ وَ اضْـرِ بُــوْ هُـمْ عَــلَــيْـــهَ وَ هُمْ أَ نَّـــبَاءُ عَـشْــرٍ

“Dari “Amrin bin Syu’aib dari Ayahnya. Dari Neneknya. Katanya, Nabi Saw bersabda : “Perintahkanlah anak-anakmu melaksanakan Sholat, di waktu usia mereka meningkat Tujuh tahun. Dan (jika perlu) pukullah mereka, (jika mereka enggan melaksanakan Sholat) di waktu usia mereka meningkat Sepuluh tahun”. (H.R. Abu Daud)

يـآ اَ يــُّـهَا الَّذِ يْنَ أ مَــنُـوْا قُـوْ آ اَ نْــفُسَكُـمْ وَ اَ هْـلِكُـمْ نَـارًا وَ قُـوْدُهَا الــنَّاسُ وَ الْـحِجَـارَ ةُ عَـلَــيْـهَامَـلــئـكَــةٌ غِلاَ ظٌ شِدَادٌ لاَّ يـَعْصُوْنَ الـلّـــهِ مَآ اَ مَـرَ هُـمْ وَ يَــفْـعَـلُــوْنَ مَايــُـؤْ مَرُ وْنَ

“Hai orang-orang yang beriman ! peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka. Yang bahan bakarnya adalah Manusia dan Batu. Pengawal-pengawalnya para Malaikat yang Kasar dan Keras. Dan yang tidak mendurhakai Allah terhadap yang diperintahkan-Nya kepada mereka. Dan mereka selalu melakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepada mereka”. (Q.S. At-Tahrim : 6)

Demikian anjuran Rasulullah Saw. kepada umatnya. Sebab Ibadah yang paling awal dihisab atau diperhitungkan pada hari Qiyamat, ialah Ibadah Sholat.

أَوَّلُ مَـايــُحَاسَبُ بِــهِ الْـعَــبْـدُ يـَـوْ مَ الْــقِــيَـامَــةِ الصَّـــــــــلاَ ةُ فَـإِنْ صَـلُحَتْ صَــلُـحَ سَا ئِــرُ عَــمَــلِــهِ ، وَ إِنْ فَـسَـدَ تْ فَـسَـدَ سَا ئِـــرُ عَــمَــلِــهِ

“Amal yang pertama kali akan dihisab untuk seseorang hamba pada hari Qiyamat ialah Sholatnya. Jika Sholatnya baik. Maka baiklah segala ‘Amalannya yang lain. Dan jika Sholatnya itu rusak. Maka binasalah segala ‘Amalannya yang lain”. (H.R. At-Thabrany)

Demikian penting dan urgentnya urusan Sholat ini, sehingga sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Banyak ayat Al-Qur-an dan Hadits mengundang manusia agar mau melaksanakan Sholat lima waktu sehari semalam. Di antaranya :

قَـدْاَ فْـلَـحَ الْـمُـؤْ مِنُـوْنَ، ا لَّـذِ يْنَ هُمْ فِيْ صَـلو تـِـهِمْ خَاشِعُـــوْنَ ، وَ الَّـذِ يْـنَ هُمْ عَنِ الَّـغْـوِّ مُـعْــرِضُـوْنَ ، وَ الَّــذِيْـنَ هُمْ لـِلـزّكـوةِ فَاعِـلُـوْنَ ، وَ الَّـذِ يْنَ هُمْ لـِـفُـرُوْ جِــهِـمْ حَافِـظُــوْ نَ

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman” yang melaksanakan Sholatnya dengan khusu’. "Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna”. “Dan orang-orang yang mengeluarkan Zakat”. “Serta orang-orang yang memelihara kemaluannya”. (Q.S. Al-Mukminuun :1-5)

Sebaiknya kita awasi diri ketika melaksanakan Sholat Fardhu maupun Sunat, serta ibadah-ibadah yang lain. Dan mohonlah kepada Allah SWT semoga dalam segala pelaksanaan ibadah kita diberi Allah Khusu’, Tawadhu’ dan Tawarru’. Sebab menurut pandangan Ahli Tasawwuf, kebanyakan manusia sangat kurang Adabnya kepada Allah SWT sehingga nilainya sangat jauh dari yang kita harapkan.
Kita kutipkan Nasehat orang-orang yang ‘Arif :

إِنَّ بَــعْدَ الْــعَــبْـدِ مِنْ رَّ بـِّــهِ إِ نَّــمَـآ هُـوَ بـِسُــوْ ءِ أَ دَ بِــهِ

“Sesungguhnya seorang hamba menjadi jauh dari Tuhan-nya. hanya dikarenakan ia tidak baik Adabnya (kepada Allah)”. (Kitab Aqoozul Humam)

Wahai insan ! Khusu’ tersebut adalah kepunyaan Allah. Maka Mohonlah kepada Allah dengan merendahkan diri, semoga Allah menganugerahi kita kekhusu’an yang rapi di dalam setiap beribadah. Dan berhati-hatilah memelihara khusu’. Sebab ia sangat mudah hilang dari ingatan manusia. Perhatikan Hadits :

أَوَّ لُ شَيْءٍ يُـرْفَــعُ مِنْ هـذِ ه ِاْلأُ مَّـةِ الْخُـشُـوْ عُ حَـتّى لاَ يـُرى فِـيْـهَاخَاشِِـعٌ

“Yang pertama-tama di angkat dari Umat ini, ialah khusu’. Sehingga tidak terlihat seorangpun yang khusu’ (dalam ber’amal)”. (HR. Ahmad dan At-Turmudzy)

Wahai saudaraku yang seiman !
Jika kita isi seluruh kehidupan ini untuk beribadah dan ber’amal dalam rangka Ta’at kepada Allah, belum setara dengan mensyukuri seluruh nikmat-nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita. Salah satunya seperti nikmat penglihatan yang merupakan bagian dari nikmat nikmat Allah yang tidak terhitung nilainya.

وَاِنَّ تَــعُـدُّوْا نـِـعْـمَــةَ الـلّــــهِ لاَ تَـحْصُـوْهَا اِنَّ الـلّـــهَ لَــغَـفُـوْ رٌ رَّحِـيْــمٌ


"Dan jika kamu hitung Nikmat Allah. Niscaya kamu tidak sanggup menghitungnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(Q.S An-Nahl : 18)

وَ الـلّــــــــــهُ يَــعْـلَــمُ مَـا تُـسِـرُّ وْ نَ وَ مَـا تُــعْــلِـــنُـوْ نَ

"Dan Allah Maha Mengetahui semua yang kamu sembunyikan dan yang kamu lahirkan". (QS - An-Nahl : 19)

نِـعْمَـتَـانِ مَغْـبُـوْنٌ فِـيْــهِمَا كَـثِــيْـرٌ مِنَ الـنَّاسِ : اَلصِّحَةُ وَ الْـفَرَ اغْ

"Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya, yaitu nikmat sehat dan nikmat senggang. Artinya : “saat-saat seggang, kebanyakan orang sering menggunakannya untuk melakukan perbuatan maksiat”. (H.R. Al-Bukhari)

مَاعَـظُـمَتْ نِـعْـمَـةُ الـلّـــهِ تَـعَالى عِنْدَ أَحَـدٍ اِلاَّ كَــثُـرَتْ حَـوَا ئِـجُ الـنَّاسِ إِلَــيْـهِ فَـمَـنْ مَـلَّ تِـلْـكَ الْـحَـوَ ا ئِــجَ فَــقَدْعَـرَّضَ تِـلْـكَ الـنِّـعْـمَـةَ لِلـزَّ وَ الِ

"Membesarkan Nikmat Allah bagi seseorang. Adalah bertambah banyaknya kebutuhan orang kepadanya. Tetapi barang siapa enggan memenuhi kebutuhan-kebutuhan (menolong orang). Maka berarti ia telah membiarkan kenikmatan Allah itu lenyap dari (dirinya)”. (Q.S. Al-Baihaqi)

23 February 2008

10. Memperhatikan Kewajiban Sholat

Sholat menurut bahasa artinya adalah Do’a. Namun menurut Syara’ berarti Menghadapkan Jiwa dan Raga kepada Allah SWT. karena Taqwa seorang hamba kepada Tuhan-nya serta meng-Agungkan kebesaran-Nya dengan Khusu’ dan Ikhlas, dalam bentuk perkataan serta perbuatan, yang dimulai dari Takbir dan diakhiri dengan Salam menurut cara-cara yang telah ditentukan oleh Islam, dan sesuai serta cukup pula Rukun dan Syaratnya.

Dalil-dalil Untuk Pegangan yang Mewajibkan Sholat Bagi Orang Muslim.
Dalil-dalil yang menunjukkan atas wajibnya Sholat bagi umat Islam sangat banyak. Baik yang merupakan Ayat Al-Qur-aan dan Hadits-hadits Nabi Saw :

يـآ اَ يـُّـهَاالَّـذِ يْـنَ امَــنُوْاارْ كَــعُوْ اوَاسْجُــدُوْاوَاعْــبُــدُوْا رَ بـَّـكُـمْ وَ افْـعَـلُـوْا الْـخَــيْـرَ لَـعَـلَّـكُمْ تُــفْـلِحُـوْ نَ . وَجَاهِدُوْا فِى الـلّـهِ حَـقَّ جِهَادِ ه هُوَ اجْـتَــبـكُـمْ وَ مَـاجَـعَـلَ عَـلَـيْـكُـمْ فِى الدِّ يْـنِ مِنْ حَـرَ جٍ مِّــلَّـــةَ أَبِــيْـكُمْ إِ بْـرَ اهِـــــــــــــــيْـمَ هُـوَ سَــمّــكُـمُ الْـمُـسْـلِـمِـيْـنَ، مِنْ قَـبْـلُ وَ فِيْ هــذَا لــِيَـكُـوْنَ الـرَّسُوْ لُ شَـهِـيْدًا
هــذَا لــِيَـكُـوْنَ الـرَّسُوْ لُ شَـهِـيْدًا عَـلَــيْـكُـمْ وَ تَـكُــوْ نُـوْا شُـهَـدَآءَ عَــلَى الــنَّاسِ، فَــاَقِــيْـمُوْاالصَّــلـوةَ
وَ اَ تُـواالـزَّ كـوةَ وَاعْـتَـصِيْـمُـوْا بِـالـلّــهِ هُـوَ مَـوْ لــكُـمْ فَـنِــعْـمَ الْـمَـوْ لى وَ نـِــعْـمَ الـنَّـصِـيْـرُ


“Hai orang-orang yang beriman ! Rukuk dan Sujudlah. Sembahlah Tuhan-mu, dan laksanakanlah kebaikan, agar kamu beruntung” (memperoleh kemenangan) “Dan berjihadlah sungguh-sungguh pada jalan Allah. DIA telah memilih kamu (menjadi umat yang terbaik), dan DIA tidak menjadikan kesulitan dalam Agama. Agama-mu ialah Agama bapakmu Ibrahim. Allah telah menamakan kamu (umat) Muslimin. Dari dahulu dan juga di dalam (Al-Qur-aan) ini agar Rasul menjadi saksi (Bahwa ia telah menyampaikan risalahnya) Dan kamu telah menjadi saksi kepada semua manusia. Maka dirikanlah Sholat Dan bayar Zakat. Serta berpeganglah pada tali (Agama) Allah. DIA-lah pelindung yang terbaik. Dan DIA-lah Penolong yang sangat baik”. (Q.S. Al-Hajj : 77 - 78)

Jihad pada jalan Allah itu ada beberapa macam :
1. Mengangkat senjata bertempur di medan perang. Ini hanya Jihad kecil.
2. Menegakkan Agama dengan ulet. Tidak mundur karena rintangan yang berat.
3. Melawan Hawa nafsu yang selalu menggoda.
Ini termasuk jihad akbar. Hanya saja, banyak mereka-mereka yang non Muslim salah mengartikan kalimat Jihad di dalam Islam ini. Mereka mengira. Bahwa Jihad itu hanya untuk memerangi musuh saja, sehingga mereka selalu menyudutkan umat Islam. Kemudian menggusur dan membunuhi orang Islam, seperti terjadi di Palestina dan Iraq juga Negara lain.

Wasiat Rasulullah Saw. kepada umatnya, ketika Beliau hendak wafat, mengingatkan agar Ummatnya memelihara Sholatnya. Sebab urusan Sholatlah yang akan dipertanggungjawabkan paling awal di hadapan Allah SWT pada hari Qiyamat nanti. Dan Sholat tersebut adalah untuk membersihkan jiwa manusia. Dan menjadi tali penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Jika diumpamakan bangunan, maka Sholat tersebut adalah Tiangnya. Serta merupakan peringatan yang kontinu untuk menyadarkan diri manusia, bahwa ia adalah hamba Allah. Semua manusia menyadari bahwa Allah itu Maha Suci. Maka orang yang Sholat sudah tentu harus lebih dahulu Bersuci. Karena ia ingin menjalin hubungan kepada Yang Maha Suci.

Dalam hal Sholat ini. Banyak yang terkait untuk kebaikan dan kebersihan bagi manusia Muslim seperti Sholat tidak sah jika tidak ber-Wudhuk. Maka dengan berwudhuk, sudah jelas manusia itu akan bersih dari Hadats kecil setiap saat. Dan tidak sah Wudhu' jika istinjaknya tidak bersih.
Maka ia wajib memperhatikan istinja’ serta membersihkannya dengan sungguh-sungguh istinja' nya tersebut. Dan tidak sah Wudhu' jika ia masih dalam keadaan Junub. Maka dengan sendirinya wajib meneliti dirinya, apakah ia sudah bersuci dari Hadats besar, alias mandi Junub ? Kalau belum Junub ? Maka segera laksanakan Mandi Junub yang betul, hingga suci.

Bagi orang yang tidak Sholat. Maka ia tidak memperdulikan, apakah ia sudah mandi Jenabat atau belum. Karena di dalam benaknya tidak ada yang memberati urusan mandi atau tidak. Sebab walau ia tidak mandi. Toh ia rasa masih biasa-biasa saja, setelah makan ia masih merasa kenyang. Walaupun ia tidak mandi junub. Ketika berdagang, toh dagangannya malah jadi laris. Dan ketika ia berjalan, toh masih gagah. Tidak merasa pening atau sempoyongan. Jadi, tak perlu pusing-pusing untuk memikirkan urusan Mandi Junub segala. Mungkin demikianlah metoda orang yang mandinya setahun sekali, yakni baru boleh mandi jika pada setiap Bulan Suro.

Jika mereka renungkan sejenak dengan hati yang jernih, maka fahamlah ia. Bahwa jika demikian pola hidupnya, berarti sama halnya dengan orang-orang kumpul kebo. Dan yang lainnya, karena setelah kumpul alias senggama dengan lawan jenis, mereka tidak perlu mengingat atau melaksanakan Mandi Junub lagi. Sebab kerbau atau lembu tidak perlu pusing-pusing memikirkan Mandi Jenabat atau Mandi Junub. Toh mereka masih aman-aman saja. Tiada kurang suatu apapun.

Dari hal-hal diatas, ambillah menjadi i’tibar atau pelajaran. Bahwa orang yang melaksanakan Sholat itu, sudah tentu akan menjaga kebersihan dengan teliti. Hadits Nabi Saw. telah menerangkan : “Bahwa kebersihan adalah sebagian dari Iman”.
Dan “Kebersihan itu, adalah pangkal kesehatan”.

إِنَّ الـلّــهَ طَـيِّبٌ يـُحِبُّ الـطَّــيِّبَ، نَـظِــيْـفٌ يـُحِبُّ الـنَّـظَافَــةَ، كَـر ِيْـمٌ يـُحِبُّ الْـكَــرَ مَ جَـوَ ادٌ يـُحِبُّ الْـجُـوْ دَ، فَــنَــظِّــفُـوْا أَ فْـنِـيَــتُــكُـمْ وَ لاَ تَــشَــبَّــهُــوْ ا بِـالْــيَــهُـوْدِ

"Sesungguhnya Allah baik, dan menyukai kebaikan. Bersih. Dan menyukai kebersihan. Murah hati dan menyukai kemurahan hati. Dermawan, dan menyukai Kedermawanan. Karena itu bersihkanlah Halaman rumahmu. Dan jangan meniru-niru orang orang Yahudi (H.R. At-Turmudzy)

Hikmah Sholat.
Sholat mengandung Rahasia dan Hikmah yang sangat banyak. Sehingga hanya sebagian dari Hikmah tersebut yang dapat kita raba. Salah satu Hikmahnya ialah
1. Orangnya akan selalu bersih dari segala kotoran dan suci dari hadats besar dan kecil.
2. Dan Sholat akan dapat mempengaruhi jiwa orang yang melaksanakannya dengan Khusu’ dan teratur sesuai dengan Rukun dan Syaratnya. Sehingga jiwanya terundang untuk merenungkan isi kandungan Al-Qur-aan :

أُ تــلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَــيْـكَ مِنَ الْكِــتَاب وَ اَقـِـيْـمِ الصَّـلـو ةَ اِنَّ الصَّـلـوةَ تَـــنْــهـى عَـنِ الْــفَحْــشَآءِ وَ الْــمُــنْــكَــرِ وَ لَـزِكْــرُ الـلّــــــهِ اَ كْــبَــرُ، وَ الـلّــــهُ يَـعْـلَـمُ مَا تَـصْـنَــعُـوْ نَ

“Bacalah (selalu) Kitab (Al-Qur-aan) yang telah diwahyukan kepadamu ! Dan dirikan Sholat ! Sesungguhnya Sholat, dapat menghindarkan (kamu dari) perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah lebih besar (faedah dan kesannya). Dan Allah Mengetahui apa yang kamu lakukan”. (Q.S. Al-Ankabut : 45)

3. Orang yang Sholat. Ia akan berhati-hati menjaga Amanah. Dan Amanah ini ada dua macam :
a. Amanah dari Allah SWT. dan Rasul-Nya.
b. Amanah dari Manusia.
4. Orang yang Sholat itu. Ia akan selalu bermohon kepada Allah ‘Azza Wajalla untuk keselamatan dirinya dan orang lain. Yang demikian ini diperbuatnya, lewat terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Sebab ia tidak mengharapkan balas budi dari manusia. Ini menunjukkan solidaritas yang sangat tinggi sesama Muslim dan Muslimah.
5. Orang yang Sholat. Akan tumbuh dalam keinginannya untuk terus-menerus mendalami apa isi kandungan Sholat yang dilaksanakannya setiap hari. Itu berarti ia adalah seorang yang tidak pernah merasa bosan menuntut ‘Ilmu Ukhrowi, serta tidak pernah merasa jenuh menuntut ‘ilmu urusan Duniawi. Yang berarti ia adalah orang yang rendah hati. Sekiranya ia kurang faham, maka ia akan mudah bertanya. Dan dalam bertanya ia tidak pilih-pilih orangnya. Terkecuali kepada 4 macam kriteria manusia yaitu Orang Pikun, Orang Gila, Orang Mabuk dan Anak-anak Balita.
6. Orang yang Sholat. Sadar atau tidak sadar. Ia akan selalu memperbaharui ucapan Dua Kalimah Syahadat. Sehari semalam, sebanyak 9 kali. Demikian terus menerus diperbuatnya tanpa bosan dan jenuh hingga akhir hayatnya secara sengaja atau tidak. Jika usianya 63 thn lalu dipotong 10 thn, sebelum baligh. Maka selama 53 Thn x 12 Bln = 636 x 30 hari = 19. 080 x 5 waktu Sholat = 95. 400 x 9 Maka orang itu telah Bersyahadat sebanyak = 858.600.
Demikianlah orang yang Sholat secara kontinu (tidak pernah tinggal Sholatnya) telah dapat membaca Dua Kalimah Syahadat selama 53 Thn. Berjumlah : 858. 600 (Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Ribu Enam Ratus) kali. Ini berarti, setiap saat ia berbuat kesalahan. Maka ia akan merendahkan diri memperbaharui ke-Islamannya. Dan menyertakan permohonan kepada Allah dalam Do’anya : Semoga Allah SWT mengampuni segala Dosa yang diperbuatnya. Dan seterusnya ……………..

Kita petik sedikit kisah “Isra’ Wal Mi’raj” Nabi Muhammad Saw.
Menurut Hadits Al-Bukhari : “Rasulullah Saw, di Isra’kan dengan jasadnya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho di Baitul Maqdis. Dengan menaiki Buraq. Yang disertai oleh Jibril, lalu turun di sana. Dan melaksanakan Sholat meng-Imami para Nabi yang lain. Selanjutnya dari Baitul Maqdis Beliau naik ke Langit Dunia bersama Jibril. Lalu Jibril meminta izin agar dibukakan Pintu Langit. Maka terbukalah Pintu Langit baginya. Dan disana Nabi Saw. bertemu dengan Nabi Adam As. Bapak sekalian Manusia. Serta Nabi Adam As. menyambut kedatangan Beliau, serta menjawab Salam dan menetapkan Nubuwah Beliau. Allah menunjukkankan kepada Nabi Muhammad Ruh orang yang mati syahid berada di sebelah kanan. Dan Ruh orang yang sengsara berada di sebelah kiri Nabi Adam As. Kemudian Beliau naik ke Langit yang Kedua, bersama Jibril, setelah izin dan pintu terbuka, maka mereka masuk dan bertemu dengan Nabi Yahya bin Zakaria As. dan Nabi ‘Isa bin Maryam As. mereka menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Ketiga bersama Jibril. Dan bertemu dengan Nabi Yusuf As. Menyambut Salam serta menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Keempat bersama Jibril dan bertemu dengan Nabi Idris As. dan beliau menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Kelima bersama Jibril dan bertemu dengan Nabi Harun As. Bin Imran dan menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Keenam bersama Jibril dan di sana bertemu dengan Nabi Musa As. bin Imran dan menetapkan Nubuwah Beliau. Dan ketika Nabi Saw. akan berlalu darinya, maka Nabi Musa As. menangis, dan ketika ditanyakan kepada Musa, maka jawabnya :”Aku menangis, karena ada seorang Pemuda yang diutus sesudahku, yang masuk surga bersama Umatnya dan lebih banyak dari Umatku yang masuk surga”.
Kemudian Beliau naik ke Langit Ketujuh bersama Jibril. Maka di sana Beliau bertemu Nabi Ibrahim As. Beliau mengucapkan Salam dan Ibrahim menjawabnya, serta menyambut kedata ngan Beliau dan menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Shidrotul Muntaha. Lalu dibawa naik ke Baitul Makmur. Kemudian dibawa naik menghadap Allah Yang Maha Perkasa. Dan mendekat kepada-Nya, hingga jarak nya hanya Dua Busur panah bahkan lebih dekat lagi”.
Selanjutnya Allah Mewahyukan apa yang di Wahyukan kepada hamba-Nya. Allah Mewajibkan kepada Beliau Sholat “Lima Puluh waktu dalam sehari semalam” dan Beliau kembali, sehingga bertemu dengan Nabi Musa As. lalu Musa As. bertanya : “Apa yang diperintahkan Allah SWT kepadamu ?” jawabnya : “Sholat Lima puluh Waktu”.
“Sesungguhnya Umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Maka kembalilah menemui Robb-mu, dan mintalah keringanan kepada-Nya bagi Umat-mu. Kemudian Beliau memandang ke arah Jibril, meminta pendapatnya. Maka Jibril mengisaratkan dengan ucapan “Itu benar, jika memang engkau menghendaki”. Bersama Jibril Beliau naik lagi, hingga menghadap Allah Yang Maha Perkasa. Dan menurut Riwayatnya hingga sampai Sembilan kali. Beliau turun naik mondar mandir menemui Musa dan Allah ’Azza Wa Jalla. Hanya untuk meminta keringanan bagi Umatnya. Hingga akhirnya bertemu Musa As. dan masih disuruh untuk meminta keringanan. Namun Beliau bersabda : ”Aku sudah malu kepada Robb-ku dan aku sudah Ridho dan bisa menerimanya”. Setelah beberapa saat terdengar seruan : “Kewajiban dari-KU telah KU-tetapkan. Dan Kuringankan bagi hamba-KU”.
7. Orang yang Sholat. Ditilik dari Kesehatan, di dalam Rukuk dan Sujudnya, serta I’tidal dan Duduk antara dua sujud itu, ada Senam (olah Raganya) bagi Jasmani dan Pengukuhan Iman bagi Ruhaninya. Maka kesehatan Jasmani kita dapatkan. Dan dilanjutkan dengan Kesehatan Ruhani. Dan kesehatan Hati.
8. Orang yang Sholat. Merujuk kepada pengetahuan, bahwa diri manusia itu dua macam yaitu Raga adalah Tubuh Lahir, serta Ruh adalah Tubuh Batin. Maka keduanya wajib mendapatkan makanan setiap harinya, agar mereka jangan kelaparan. Kebanyakan manusia hanya memikirkan makanan badaniahnya saja. Namun makanan ruhaniahnya selalu mereka abaikan. Sehingga jiwanya menjadi kosong melompong dari keimanan. Kemudian timbullah dalam fikiran mereka bahwa semua Agama itu sama. Jika dengan bermodalkan fikiran demikian ini, maka orangnya akan mudah menjadi Musyriq dan memudahkan seseorang untuk menuju Neraka Jahannam. Untuk itu, sudah sewajarnya kita memperhatikan adab-adab Qolbu dalam Sholat, sehingga Sholat yang dilaksanakannya bisa membebaskan ia dari segala pengaruh Fanatisme, karena sifat ini sering dibawah pengaruh Iblis la’natullah. Marilah kita renungkan ……..
9. Hikmah yang sangat besar bagi orang yang mau melaksanakan Sholat ialah hidupnya Hati ketika menunaikan Ibadah. Dengan cara pelaksanaan yang benar dan sebaik-baiknya. Sebab Haqikat kehidupan manusia bukan hanya sebatas kehidupan biologis semata. Sebagaimana halnya kehidupan hewan. Akan tetapi merupakan “Hidupnya Hati”. Seseorang berkarya dengan Cahaya Imannya. Sehingga ia bisa ber-Ma’rifat kepada Allah ‘Azza Wajalla. Serta dengan Aqidah Tauhid yang bersih. Mari Renungkan ………………. Ayat :

اَوَ مَنْ كَـانَ مَــيْـتًـا فَــاَحْــيَــيْــنـهُ وَجَـعَـلْــنَا لَــه نُــوْ رً ا يَــمْـشِى بِــه
فِى الــنَّاسِ كَــمَـنْ مَّــثَـــلُــه فِى الـظُّــلُـمَاتِ لَــيْـسَ بِـخَارِ جٍ مِـنْــهَاط كَــذَالـِكَ زُ يِّــنَ لـِلْــكــفِـرِ ِيْـنَ مَـاكَـا نُــوْ ا يَــعْـمَــلُـوْ نَ


"Apakah orang yang mati (Hatinya), kemudian KAMI hidupkan (Hatinya yang mati itu). Selanjutnya KAMI berikan kepadanya Cahaya yang terang (Al-Qur-aan untuk pedoman). Yang dengan Cahaya itu ia berjalan (lurus dalam pergaulan) ditengah-tengah masyarakat Manusia ! Akan sama halnya dengan orang yang berada di dalam gelap gulita, yang tidak mungkin bisa keluar dari kegelapan itu ? Demikianlah dihunjamkan (kedalam hati) orang orang kafir itu, sehingga ia merasa senang dengan perbuatan buruk yang mereka laku kan”. (Q.S. Al-An’aam : 122)

Pengertian “Mati” dalam ayat tersebut, adalah Buta Bashirah (mati hati). Kufur lagi sesat. Tetapi jika orangnya sadar terhadap perbuatannya yang melanggar hukum hukum Allah itu, lalu bangkit untuk ber-Taubat, maka Allah dengan Hidayah-Nya menghidupkan hatinya dan di tuntun-Nya Iman. Bersama petunjuk Hidayah Cahaya ke-Agungan-Nya. Maka hadirlah dalam hati orang tersebut pembeda antara yang Haq dengan yang Batil. Maka bermaknalah hidupnya sebagai manusia. Tidak seperti orang yang buta meraba-raba kian kemari. Berdasarkan Surah Az-Zariyaat 55-56, maka kita dapat menjadikan rumah kita sebagai Mihrab. Fakultas sebagai Mihrab. Pabrik sebagai Mihrab. Sawah dan Ladang sebagai Mihrab. Super Market sebagai Mihrab. Dimanapun kita berada bisa melaksanakan Sholat. Melalui segala aktivitas kita semuanya menjadi ibadah buat kita dan keluarga. Yang ditunggu hanya kesadaran manusianya. Apa kabar ? Belum sadar juakah selaku hamba Allah ?
10. Setelah mantap kehadiran Hidayah Allah ke dalam hatinya. Maka ia akan Sholat dengan Tawadhu’ dan Tawarru’, sebab ia mengaku fakir dan rendah serta sangat membutuhkan pertolongan-Nya selaku hamba Allah. Sementara Allah tidak membutuhkan apa-apa dari kita. Maka sujudkanlah dahi sejajar dengan tanah tempat kita berpijak. Di dalam Sholat kita mensucikan Allah dengan Munajat. Kita sucikan DIA dengan Kalam kalam-Nya. Kita Rukuk dan Sujud hanya untuk Allah. Kita hubungkan Ruh kita dengan Sang Maha Pencipta. Kita renungkan kembali asal kejadian kita yang berasal dari tanah serta unsur-unsur alam yang ada. Dari bahan baku tersebut Allah melengkapi dengan kemauan dan tenaga. Dan berbagai sarana dan prasarana. Sehingga mampu me-Maha Sucikan DIA. Dan mampu menjunjung tinggi tuntunan ibadah yang menghendaki tenaga dan fisik serta di Anugerahi Allah kesanggupan menundukkan syahwat. Dan dapat menjernihkan insting. Sehingga ia berikhtiar melawan penyimpangan-penyimpangan yang berkaitan dengan kemunkaran dan kekejian yang berlangsung. Serta kita tidak luput mengadukan hal-hal kita kepada Allah SWT. dengan berdo’a memohon semoga Allah memberkahi segala perjuangan dan memudahkan rezeki yang halal lagi baik ……………..

Wahai insan !
Jangan pilih-pilih guru yang memberi pelajaran yang baik untuk kita. Sebab setiap individu ada kelebihan dan ada kekurangannya. Demikianlah fitrahnya sebagai Manusia. Selanjutnya jangan terlalu mudah menuduh guru. Karena ia adalah sebagai pengganti Orang tua kita dalam hal belajar.

MOTTO PENULIS :
Hina di sisi manusia tidak mengapa
Karena hanya Allah Yang Maha Mulia
Ku-isyaratkan jalan petunjuk
Tapi aku sendiri belum memperoleh petunjuk
Meski aku uraikan Obat suatu penyakit
Namun … aku sendiri menderita penyakit

MOTTO PENUNTUT ILMU :
Merasa sudah jadi ... Berarti belum jadi
Lama masa di’amalkan ... Berarti belum jadi
Sudah dimahirkan ... Berarti belum jadi
Lama menderita ... Berarti belum jadi
Yakin dan Sabar …… Baru jadi !!!

Banyak kita lihat orang-orang yang terburu-buru di dalam menuntut ilmu, mereka ingin melejit langsung naik ke atas secara otomatis sehingga sampai pada point yang sangat tinggi, menurut ukuran Manusia. Dan setelah mereka dapat menggapai ketinggian yang mereka harapkan, selanjutnya mereka mengharapkan semua keadaan sebaiknya serba otomatis. Agar manusia jangan lagi banyak bergerak dan jangan lagi banyak berfikir, cukup hanya menekan tombol semua akan jadi beres.
Tetapi, sangat disayangkan.. Sebab Rukun dan Syarat yang bisa dijadikan Pondaman untuk mendapatkan ‘ilmu secara baik itu, tidak mereka lakukan. Padahal Akar atau Pedoman ‘ilmu itu adalah Agama. Kita perhatikan suatu pengalaman sejarah para pendahulu kita yang ‘ilmunya tidak dilambari dengan Agama, seperti Raja Namrudz yang zalim, pada zaman Nabi Ibrahim As. Raja Namrudz runtuh bersama kerajaan dan rakyat yang mempertuhankan berhala pada masa itu. Termasuklah di dalamnya Ayah Nabi Ibrahim A.s. Kemudian Raja Fir’aun yang zalim pada zaman Nabi Musa As. juga sama nasibnya. Fir’aun tenggelam di Laut Merah bersama bala tentaranya. Dan yang sezaman dengan Fir’aun ini, adalah Qorun, seorang fakir melarat yang diberi Allah kepadanya ‘ilmu melebur Emas dan Perak pada zaman itu. Tetapi karena tidak dilambari dengan ‘ilmu Agama yang baik dan kokoh, maka menjadi takabur lalu ditelan Bumi sehingga hilang lenyap hingga sekarang. Dan sampai sekarang masih di ingat orang. Manakala manusia mendapat harta yang digali dari tanah, maka akan dikatakan orang itu adalah Harta Qarun.

Wahai Saudaraku yang se-Iman !
Pelajarilah ‘ilmu dasar terlebih dahulu, sebab ilmu dasar itu akan mendorong orangnya naik ke atas untuk mendapatkan ‘ilmu yang lebih anggun. Coba bayangkan sejenak, jika kita adalah seorang Penerbang atau Pilot Pesawat Terbang. Setelah lepas landas dan terbang ke atas lalu dapat mengelilingi Bumi. Namun katika mau turun, tidak ada landasan sebagai sarana untuk landing ke bawah. Tidakkah Pilot akan kebingungan ? Dan akan menyebabkan kesibukan Co-Pilot dan Kapten Penerbang ? Kehancuran mungkin bisa saja terjadi setiap detik. Agar jangan terjadi kehancuran total pada pesawat, maka pesawat sebaiknya diterjunkan ke laut. Dan untuk selanjutnya terserah keadaan. Demikianlah pemikiran manusia-manusia yang menuntut ‘ilmu yang tinggi-tinggi itu. Namun lalai terhadap ‘ilmu dasar, maka jika mereka terdesak oleh keadaan, mereka akan mengambil keputusan yang bisa merugikan dirinya sendiri.
Itu adalah suatu contoh kepada kita, di dalam menyongsong ‘ilmu yang paling dasar. Seperti ‘ilmu untuk meneliti Rukun Bersuci, Rukun Wudhu', Rukun Mandi Junub. Ilmu demikian ini sering kita abaikan, karena terlalu rendah. Padahal sekiranya kita tidak faham terhadap ilmu-ilmu dasar ini. Maka semua urusan Sholat akan menjadi batal. Maka rugi jadi orang yang tidak faham dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Sungguh.. Pelajaran pada kolom ini, adalah pelajaran yang sangat rendah. Dan kami sangat yakin, bahwa Tuan dan Puan sudah cukup banyak menerima atau mendengar serta mengulas ‘ilmu-‘ilmu yang jauh lebih tinggi dari Ilmu yang saat ini berada di hadapan Anda. Namun rasanya perlu untuk mengulang-ulang kaji. Agar mendapat ketenteraman di dalam Hati Sanubari.

22 February 2008

9. Tata Kesopanan Orang yang Belajar

Versi Imam Al-Ghozaly
1. Mendahulukan kesucian jiwa dari akhlaq yang hina dan sifat yang tercela.
Karena ilmu adalah ibadahnya hati, sholatnya sirr, yakni pendekatan batin kepada Allah Jalla Wa’azza. Sebagai mana Sholat yang menjadi tugas anggota badan yang lahir itu tidak sah, kecuali dengan bersuci dari hadats besar dan kecil. Dan segala kotoran, maka demikian pula menunaikan ibadah hati dengan ilmu, tidak sah kecuali dibarengi dengan penyucian akhlaq yang kotor, dan sifat-sifat yang najis. Kita perhatikan Hadits Nabi Saw :

بـُـنِـيَّ الَّـدِّ يْـنَ عَــلَى الـنَّــظَا فَــةِ

"Agama itu dibina atas kebersihan".

Sebagai peringatan bagi akal. Bahwa Suci dan Najis itu, tidak terbatas hanya pada lahir saja. Bahkan orang orang musyrik kadangkala kita lihat sangat bersih badan dan pakaiannya. Namun Najis Jauharnya (batin) nya dilumuri oleh segala kotoran dan najis.

2. Menghindarkan hubungannya dengan kesibukan dunia.
Betapapun fikiran manusia itu mudah terbagi-bagi, dan fikiran-fikiran itu terbatas dari mengetahui hal-hal Haqikat. Oleh karena itu, fikiran yang terbagi atas beberapa urusan yang berbeda-beda, adalah seperti sungai yang mengalir ke hilir. Sebagian akan dihisap tanah dan yang sebagiannya akan dihirup udara lalu menguap ke angkasa. Maka tiada bekas yang tinggal atas sungai itu sendiri. Demikianlah perasaan yang ada pada diri manusia. Sering belajar, tetapi tiada membekas di dalam hati atau dalam fikirannya. Karena fikirannya terpecah belah oleh situasi dan kondisi urusan duniawi.

3. Tidak sombong setelah ber’ilmu.
Karena ilmu itu tempatnya di dalam jiwa, tidak untuk menentang Guru. Sudah sewajarnya ia merendahkan diri kepada Gurunya, demikian ini diperbuat hanya untuk mencari Keridhoan Allah. Hormatilah Guru dengan wajar, bukan mengkultur Guru. Agar tidak salah memahami Hadits Rasulullah :

لَــيْـسَ مِنْ أَخْـلاَ قِ الْـمُـؤْ مِنِ الـتَّــمَــلُّــقُ إِلاَّ فِى طَـلِبِ الْـعِـلْـمِ

"Bukan dari akhlaq Mukmin itu merendahkan diri. Kecuali dalam mencari ilmu".
(H.R. Ibnu ‘Adi Hadits dari Mu’az dan Abu Umamah dengan sanad yang lemah)

Maka tidak layak bagi penuntut ilmu menyombongkan diri terhadap Guru. Termasuk kesombongan itu adalah ia enggan melaksanakan apa yang disampaikan oleh Guru, yang harus di’amalkan. Pengertian orang yang ber’akal ialah, ia gunakan pendengarannya untuk memusatkan perhatian dalam menerima setiap yang disampaikan kepadanya dengan perhatian yang baik. Dan dibarengi perasaan gembira serta mengucapkan AlHamdulillah. Sekaligus ia berdo’a : "Semoga Allah menambahi ilmu yang baik dan diridhoi-Nya".

لاَ تَــعَـلَّـمُوْاالْـعِلْمَ لـِـتُـــبَاهُـوَ ابِـــهِ الْــعِـلْــمَآءُ، وَ لاَ لـِـتُــمَارُوْا بِــــهِ الْــتَــفَــهَاءُ،وَ لاَ تَــجْــتَــرِ ئُــوْا بِــهِ فِى الْـمَجَالـِـسِ أَوْ لـِـتَـصْـرِفُـوْا وُجُـوْ هُ الـــنَّاسِ إِ لَــيْـكُـمْ ، فَـمَـنْ فَــعَــلَ ذ لـِكَ فَالــنَّـارُ- فَالــنَّارَ

“Janganlah kamu menuntut ilmu itu untuk dibanggakan terhadap para Ulama. Dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang dungu dan buruk perangainya serta jangan pula menuntut ilmu hanya untuk penampilan dalam majelis (pertemuan rapat), atau untuk menarik perhatian(simpati) orang orang kepadamu. Barang siapa berbuat seperti itu. Maka baginya Neraka !!! Neraka !!! Neraka !!!” (H.R. At-Turmudzy dan Ibnu Majah)

Ingatlah ! Guru itu sendiri tidak ingin masuk ke Neraka Jahannam. Maka betapa dan bagaimanapun Guru memberikan petunjuk, walau dengan jalan apa pun dalam metoda belajar dan mengajar, hendaklah diperhatikan. Janganlah ia mengabaikan petunjuk Guru, walaupun petunjuk itu dalam pendapat akalnya salah. Mungkin itu akan bermanfa’at baginya, dari pada santri yang menganggap dirinya lebih benar dan lebih pintar dari gurunya. Karena pengalaman itu akan bisa menunjukkan hal-hal yang mendetail, yang kedengarannya sangat asing dan aneh. Demikianlah yang selalu terjadi kepada manusia yang sering salah sangka terhadap Gurunya. Mari kita singkap cerita..

Allah SWT memperingatkan lewat kisah Nabi Khaidir As. dengan Nabi Musa As. Suatu saat Musa bertanya kepada Allah : ”Adakah orang yang lebih bijak dari aku Ya Allah ?” maka Allah berfirman kepada Musa : ”Hai Musa ! Engkau harus menemui hamba Allah yang bernama Khaidir”.

"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada Yusa’ (temannya), “Aku tidak akan berhenti berjalan sehing a aku sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun lamanya”. (Q.S. Al-Kahfi : 60)
“Tatkala mereka sampai ketempat pertemuan dua buah laut itu. Mereka lupa kepada ikannya/lauk untuk makan lalu ikan itu melompat ke dalam laut dan berenang dengan bebas”. (Q.S. Al-Kahfi : 61)
“Setelah keduanya jauh berjalan, maka Musa berkata kepada temannya, “Ambilkan makanan, rasanya sudah letih dalam perjalanan” (Q.S. Al-Kahfi :62)
“Pengikutnya berkata : ”Apakah kamu ingat waktu kita berlindung di batu karang yang kita lewati tadi ? Aku lupa (mengatakannya) karena tiba-tiba ikan itu (hidup kembali dan menggelepar-gelepar) lalu terjun ke dalam laut, sangat aneh sekali. Tidak lain setanlah yang melupakan untuk menceritakan kepadamu”
“Musa menjawab : “Itulah tempat yang kita cari”. Kemudian mereka kembali menelusuri jejak mereka semula”. (Q.S. Al-Kahfi : 63 - 64)

“Kemudian mereka bertemu dengan seorang hamba KAMI, yang kepadanya telah KAMI berikan Rahmat (Ke-Nabian) dan KAMI ajarkan beberapa pengetahuan (yang gaib-gaib)”. (Menurut Ahli-ahli Tafsir, hamba Allah itu Khaidir namanya) (QS. Al-Kahfi : 65)
“Musa berkata kepadanya (Khaidir) “Bolehkah saya mengikuti Tuan agar Tuan mengajarkan kepada saya ilmu yang telah diajarkan (Tuhan) kepada engkau ?”.
“Dia (Khaidir) menjawab :”Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup Sabar dan Tabah jika bersamaku”. “Sebab, bagaimana mungkin kamu akan bisa sabar (diam saja), tentang sesuatu hal yang engkau sendiri belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang itu ?” (Q.S. Al-Kahfi : 67-68)
“Musa menjawab : “Insya Allah. Saya akan membuktikan bahwa aku adalah seorang yang sabar ! Dan saya tidak akan membantah perintahmu” “Dia (Khaidir) berkata : “Baiklah ! Jika engkau mengikutiku, maka jangan engkau menanyakan apapun (yang terjadi) sebelum saya menerangkannya kepadamu”. (QS- Al-Kahfi : 69 - 70)
“Lalu keduanya berjalan. Tatkala mereka menumpang sebuah perahu. Khaidir melobangi perahu tersebut dan Musa berkata : ”Kenapa kamu melobangi perahu ini ? Bukankah bisa menenggelamkan perahu dan penumpangnya ? Sesungguhnya engkau telah membuat kesalahan besar”. “Khaidir berkata : ”Bukankah telah aku katakan bahwa kamu tidak akan bisa sabar jika bersamaku ?”. “Musa menjawab, ”Janganlah engkau hukum aku, karena kelupaanku. Dan janganlah engkau mempersulit urusanku”. “Maka mereka melanjutkan perjalanan Tatkala mereka bertemu dengan seorang pemuda, tiba-tiba Khaidir membunuhnya. Musa berkata : ”Kenapa kamu bunuh jiwa yang tidak bersalah ? Sesungguhnya engkau telah melakukan kesalahan besar”. (Q.S. Al-Kahfi : 72-74)
“Khaidir berkata : ”Bukankah sudah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku", Musa menjawab : ”Sekiranya aku bertanya lagi kepada engkau tentang sesuatu hal sesudah ini, maka janganlah engkau biarkan aku menemanimu. Sungguh engkau sudah cukup banyak memberi ma’af kepadaku”. “Mereka terus berjalan. Dan akhirnya sampailah mereka ke suatu negeri. Lalu mereka meminta minum dan makanan (barang sesuap). Tetapi penduduk negeri itu tidak mau memberi makanannya. Kemudian mereka dapati di sana sebuah rumah yang hampir runtuh. Tetapi langsung saja Khaidir memperbaikinya. Musa berkata : ”Sekiranya engkau mau, tentu engkau dapat menerima upahnya”. “Khaidir menjawab :”Inilah saat perpisahan aku denganmu. Aku akan menceritakan kepadamu semua yang engkau tidak sabar (melihatnya)”.
1. "Adapun Perahu itu, adalah kepunyaan beberapa orang nelayan miskin. Aku merusaknya hanya bermaksud untuk menyelamatkan mereka dari Raja zalim yang akan merampas setiap perahu (yang baik, dan jika perahu itu sudah kelihatan rusak, tentu raja tidak mau merampasnya)”.
2. "Adapun anak muda itu, adalah anak dari dua orang yang kuat Imannya. Kami khawatir bahwa anak itu akan memaksa Ibu-Bapaknya menjadi Durhaka dan Kafir”. “Dan kami ingin semoga Tuhan mengaruniakan kepada mereka seorang Anak yang lebih suci (bersih dari syiriq). Dan lebih mendalam kasih sayangnya (kepada kedua Ibu-Bapaknya)”.
3. "Dan tentang dinding itu, adalah milik dua orang anak yatim piatu di negeri itu. Dan di bawah rumah itu ada harta benda simpanan bagi mereka, sementara Bapaknya adalah orang yang Shaleh. Dan Tuhan-mu bermasud agar kedua anak yatim piatu itu sampai umur dewasa, baru mengeluarkan simpanan itu. Sebagai karunia dari Tuhan-mu.
Dan sekali-kali bukanlah aku melakukan hal- hal itu, menurut kemauanku sendiri. Demikianlah pengertian kejadian-kejadian yang engkau tidak sabar melihatnya”. (Q.S. Al-Kahfi : 75 - 82)

Semoga kita bisa mengambil faedah serta pelajaran, dari kisah di atas, agar jangan mudah jenuh dalam belajar, masih banyak yang belum kita ketahui. Bahkan kekurangan kita itu, bisa-bisa saja menenggelamkan kita ke dalam neraka jahannam. Perhitungkanlah diri kita dengan kesadaran yang benar.

4. Orang yang baru menerjunkan diri ke kancah ilmu, agar menjaga diri dari pendapat manusia yang berbeda-beda.
Karena hal itu bisa membingung kan fikirannya. “Jangan biarkan orang yang buta menuntun orang yang tidak melihat. Bisa kucar kacir hasilnya”.

5. Orang-orang yang menuntut ilmu, tidak baik meninggalkan suatu cabang ilmu yang baik, atau salah satu jenis ilmu.
Ia harus mempertimbang kannya secara matang terlebih dahulu tujuan dan maksudnya. Karena semua ilmu mempunyai tingkatan-tingkatan sendiri. Sekiranya ia salah dalam menempatkan ilmunya. Maka sudah tentu akibatnya ialah neraka jahannam.

6. Menuntut ilmu sesuai dengan tata tertibnya.
Pelajarilah yang paling mudah dahulu, baru berangsur-angsur kepada yang payah.

7. Tuntutlah ilmu dengan sabar.
Karena dari satu jenjang ke jenjang yang lain memerlukan kesabaran dan ketabahan yang sangat.

8.
Ilmu harus dengan Dalil yang kuat (Al-Qur-aan dan Hadits Nabi Saw.)
9. Tujuan murid adalah memperindah Batinnya untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Itulah ilmu yang paling mulia di sisi Allah. Dalam hal ini bukan melecehkan ilmu-ilmu yang lain.

10. Ilmu bukanlah beban.
Ini wajib disadari oleh para penuntut ilmu. Sehingga para santri segan kepada Guru, lalu mereka akan menyanjung-nyanjung guru setinggi langit. Padahal sebenarnya mereka adalah penjilat-penjilat yang akan merusak diri mereka sendiri. Di muka Guru mereka berpura-pura bermanis-manis muka. Namun manakala di belakang Guru, mereka akan berbuat seenak perutnya. Maka Guru hanya bisa menelan kekecewaan yang panjang, dan merasakan siksaan Batin.

Kita melihat berdasarkan pengalaman. Dalam masyarakat kita masih terdapat salah langkah dalam menghormati para Guru. Demikian menggebu-gebunya para santri menghormati Guru, sehingga tidak jarang terjadi pengkultusan kepada Guru. Perbuatan demikian ini dampaknya akan mengurangi kultus kita kepada Allah. Ingatlah !!! Bahwa Guru itu adalah seorang manusia, ia makan dan minum serta beristri, lalu sakit kemudian mati. Dan masuk Lobang Kubur … … …
Seorang Guru masih bisa salah langkah. Masih bisa salah kata-kata dan salah kalimat dalam tulisan. Masih bisa salah dalam tatanan sopan santun dan etika dalam pergaulan sehari-hari. Masih bisa kurang cermat dalam penelitian. Tidak dan belum sanggup sempurna. Itulah manusia dengan segala fitrahnya !!! Karena dalam diri manusia itu telah tertanam empat sifat berlawanan, yaitu

Sifat Api : Panas
Namun sifat Air : Dingin
Sifat Angin : Di atas
Namun sifat Tanah : Di bawah

Sifat Tulang pembawaannya : Keras
Namun sifat Sum-sum : Lembut
Sifat Darah : Cair mengalir
Namun sifat Daging : Kenyal/Pejal

Sifat Fikiran dalam Otak : Marah-marah.
Sifat Akal dalam Qolbi : Sangat Penyabar
Sifat Badan/Raga : Kotor dan Jorok.
Namun Sifat Jiwa : Bersih dan suci.

Kami persilakan Tuan-tuan untuk mengembangkannya, agar mendapat ilmu dan hikmahnya. Kita sangat yakin, sudah sewajarnya para santri menghormati Gurunya. Dipersilakan. Tidak dilarang menghormati Guru sepanjang tidak melewati batas. Sehingga terjadi pengkulturan terhadapnya. Salah langkah bagi manusia itu, setiap saat mudah saja terjadi. Sebab jika Guru kurang ’arif menerima sanjungan anak didiknya. Bisa saja tumbuh dalam dirinya sifat tinggi sebenang. Yang pada akhirnya akan terampas sifat "Jalal" (Perkasa) Allah dan kalau sudah begini, maka Insya Allah akan memudahkan Guru berjalan menuju ke neraka jahannam. Kemudian langkahnya diikuti pula oleh para santrinya yang konyol..
Tanpa disadari terjadi sesat dan menyesatkan. Kita harapkan, kurangilah mengkultur & menyanjung Guru. Barjalanlah dengan sewajarnya saja sehingga tidak turun la’nat Allah Jalla Wa’azza.
Dalam menghormati Guru sangat dianjurkan. Bukan dilarang, itu sudah kewajiban para santri kepada Guru. Tetapi bukan teori ambil muka. Di hadapan Gurunya ia berjalan dengan sopan dan santun, seakan-akan dialah Kiyai yang sangat Wara’. Tetapi jika di belakang Gurunya, sopan santunnya hilang. Gerak dan gaya ‘arifnya lintang pukang. Seakan-akan ia adalah anak murid iblis serta setan-setannya. Waspada terhadap kerja Iblis La’ natullah.
Ingatlah riwayat “Barsisa” seorang ‘Abid (Hamba yang Ta’at Ibadah). Tetapi turun Panglima Iblis menyamar sebagai manusia. Kemudian menggoda si Barsisa. Dalam menggelincirkan Barsisa Panglima Setan membuat ulah. Kalau Barsisa bisa Tawajjuh dan I’tikaf selama Dua puluh hari dua puluh malam, maka si Panglima Setan ber’amal selama empat puluh hari empat puluh malam. Sehingga Barsisa tercenung mengenangnya. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa tidak makan tidak minum selama Empat puluh hari empat puluh malam ? Akhirnya barsisa menjadi murid Panglima Setan. Karena ingin Beribadah demikian baik.
Tetapi setelah berguru kepada orang yang ia sendiri tidak tahu dari mana datangnya. Akhirnya barsisa tergelincir dengan meminum arak. Lalu memperkosa anak gadis Raja lalu membunuhnya. Sehingga Raja menghukum Barsisa dengan menyalibnya di pohon kayu sehingga Barsisa mati dalam keadaan Musyrik. Karena mengakui Gurunya jadi Tuhan-nya. Renungkanlah …………………

20 February 2008

8. Seutama-utama Amanat yang diemban Manusia

Adalah "Islam" sesuai dengan Firman Allah :

اِ نَّ الـدِّ يْــنَ عِــنْــدَ الـلّـــــــهِ الإِ سْــلاَ مُ ..

"Sesungguhnya Agama (yang diridhoi) disisi Allah hanya Islam" (Q.S. Ali-Imran : 19)

اَ لْــيَــوْ مَ اَ كْــمَــلْـتُ لَـكُـمْ دِ يْــنَكُـمْ وَ اَ تْـمَـمْتُ عَـلَــيْكُـمْ نِـعْـمَــتِى وَ رَ ضِيْـتُ لَــكُـمُ اْلإِ سْــــلاَ مَ دِ يْـــنَا

"Pada hari ini telah KU-sempurnakan untukmu Agama-mu. Dan telah KU-cukupkan kepadamu Ni’ mat-KU. Dan telah KU-ridhoi Islam itu menjadi Agama bagimu". (Q.S. Al-Maidah : 3)

Manusia yang Muslim wajib menerima Islam itu seutuhnya. Jangan setengah-setengah, atau sebagian saja. Jangan diikuti Hawa Nafsu yang digesek dan digosok serta digasak oleh Iblis La’natullah melalui setan yang berada di dalam diri. Sebab Islam adalah berisi Aturan hidup dan Peraturan kehidupan yang membawa manusia sampai ke gerbang keselamatan. Oleh karena itu, kita wajib mampu mengkoreksi ‘Ilmu Duniawi dan ‘Ilmu Ukhrowi. Selanjutnya menerapkan kedalam kehidupan sehari-hari selaku Umat Muslim yang baik dan hanya Ta’at kepada Allah ‘Azza Wajalla dan Rasul-Nya.
Apabila kita tak mau diatur oleh Islam, atau ingin mencari pegangan hidup di luar Islam, hal tersebut tidak diterima Allah SWT sebab bertentangan dengan Firman Allah :

وَ مَنْ يَّــبْـتَــغِ غَــيْـرَ اْلإِ سْــلاَ مِ دِ يْــنًا فَــلَـنْ يُّــقْــبَــلَ مِـنْـهُ، وَ هُـوَ فِى اْلأخِرَ ةِ مِنَ الْـخـسِـرِ يْـنَ

"Barang siapa yang mencari Agama selain dari Islam. Maka sekali-kali tidak akan diterima (Agama itu) darinya. Dan di Akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi". (Q.S. Ali-Imran : 85)

Islam yang bersumber kepada Al-Qur-aan dan Sunnah Rasul Saw. Itulah yang Wajib kita pelajari selanjutnya kita tegakkan di muka bumi ini. Disamping belajar, kemudian ajarkanlah kepada orang-orang yang mau mempelajari yang sekaligus ia benar-benar mengharapkan Ridho Allah serta mengharap Syafa’at dari Rasulullah. Sebab orang-orang yang begini, tidak mudah bimbang atau merasa kecewa atas pengorbanan yang dialaminya. Dan tidak mudah iri hati atas kelebihan-kelebihan yang diperdapat orang lain. Karena mereka merasa takut akan hukum Allah. Lewat Aqidah Iman dengan Qodho dan Qodar, yang kesemuanya itu datangnya dari Allah Jalla Wa’azza. Kita perhatikan Hadits Qudsi di bawah ini :

قَالَ الـلّـــهُ تَـعَـلَى فِى الْحَـدِثِ الْـقُـدْسِ : إِ نَّــنِـى أَ نَّـا الـلّــــهُ لاَ إِ لــهَ
إِلاَّ أَ نَـا، مَنْ لَـمْ يـَـصْـبِـرْعَــلىَ بَــلاَ ئِ ، وَ لَـمْ يَــشْــكُــرْ لـِـنَــعْـمَائِ
وَ لَـمْ يـَـرْضَ بِــقَضَائِ فَـــلْــيَـخْـرُجْ مِنْ تَـحْتِ سَـمَـاءِ وَ لْـــيَــطْــلُبْ رَ بًّـا سِــوَ ايَ

“Allah Berfirman didalam Hadits Qudsi : “AKU - lah Allah. tidak ada Tuhan yang sebenarnya selain dari AKU. Maka barang siapa tidak sabar atas cobaan KU. Dan tidak bersyukur atas Nikmat-KU. Dan tidak rela terhadap segala Keputusan-KU. Maka hendaklah ia cari Tuhan yang lain selain AKU”.

Tantangan Allah kepada Makhluq-Nya di dalam Hadits Qudsi yang satu ini, sangat jelas dan gamblang. Jika kita renung-renungkan dengan pandangan ‘ilmu yang paling dangkal sekalipun, rasanya kita tidak bisa mencari Tuhan yang lain, selain dari Allah. Sebab Bumi ini milik Allah, lalu mau kemana kita berpijak ? Dan Ruang Angkasa itu milik Allah, lalu mau kemana kita bernaung, selain bernaung di Langit Allah ? Sementara segala Makhluq yang ada di muka Bumi dan di Ruang angkasa adalah milik Allah. Lalu mau kemana kita baurkan diri ini ? Air dan Api adalah milik Allah, masih banyak makhluq-makhluq Allah yang lain.
Bagaimana ? Sanggupkah kita mencari Tuhan yang lain ? Selain dari Allah Yang Maha Kuasa dan Pengasih lagi Maha Penyayang. Kita perhatikan Firman Allah :

لَـوْ كَـانَ فِـيْــهِـمَآ الـِـهَــةٌ اِلاَّ الـلّـــهُ لَــفَسَـدَ تَـا، فَسُــبْحَـانَ الـلّــــهِ رَبِّ الْـعَـرْشِ عَـمَّـآ يــَصِـفُـوْ نَ

“Jika ada Tuhan di ruang angkasa atau di bumi selain dari Allah. Maka niscaya binasalah ruang angkasa dan bumi. Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy. Dari segala yang mereka sifatkan” (Q.S. Al-Anbiyaa’: 22)

Tuhan Pencipta Alam semesta hanya satu. Tidak dua dan tidak pula tiga. Ibarat kapal, hanya satu nakhodanya. Jika ada satu kapal dengan dua nakhoda, maka sudah pasti kapal akan pecah di tengah sebelum mencapai pantai tujuan. Bahkan akan membingungkan awak kapal. Perintah mana yang harus dilakukan ???
Dan Allah tidak memerlukan bantuan dari siapa pun. DIA Maha Kuasa berbuat segala-galanya. DIA Maha Mengatur segala yang ada, baik di Langit maupun di Bumi. DIA Mengetahui lapisan dan isi Bumi serta isi Lautan. DIA adalah Tuhan yang berkumpul semua sifat-sifat Kesempurnaan. Dan Maha Suci dari semua sifat Kekurangan. DIA meliputi seluruh Alam.
Allah adalah Nama bagi Pencipta seluruh yang ada. Di dalam Al-Qur-aan kalimat Allah ada sebanyak 2698 kali Nama itu disebutkan. Disamping itu masih banyak Asma’ul Husna. Dalam Surah Luqman ayat 25 berbunyi : “Kalau kepada mereka ditanya. Siapakah yang menciptakan Langit dan Bumi ? Niscaya mereka akan menjawab ”Allah !” Tetapi karena faktor-faktor tertentu. Maka mereka menutupi kebenaran itu. Ingatlah ! Di dalam Hati Abu jahal sendiri memaklumi kesalahan yang ada pada dirinya. Namun oleh karena Hatinya didera sifat sifat kedengkian yang sangat dalam, maka ia membenci kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Semua bisa terjadi. Karena ia didorong oleh Hawa nafsunya.
Demikianlah yang terjadi. Kaum Quraisy menutupi kebenaran Islam karena takut hilang pengaruhnya. Sebab jika hilang pengaruh, maka akan hilang kekuasaan. Kemudian akan hilang semua yang diperjuangkan. Iri hati dan kedengkian itu akan mendorong orangnya masuk ke dalam Neraka Jahannam. Lalu apakah ada yang semacam atau yang serupa dengan hati Abu Jahal pada zaman sekarang ? Wallahu A’lam ………

Perhatikanlah Janji Kita kepada Allah.

اِنَّـاعَـرَضْنَااْلاَ مَانَــةَ عَـلَى السَّـمـوتِ وَ اْلاَرْضِ وَ الْــجِــــبَـالِ فَــاَبــَـيْـنَ اَنْ يَّـحْـمِلْــنَــهَا وَ اَشْـفَــقْـنَ مِـنْــهَا وَحَـمَـلَـــهَا اْلاِ نْسَانُ اِ نَّــه كَـانَ ظَــلُـوْ مًـاجَــهُـوْ لاً

“Sesungguhnya KAMI telah tawarkan Amanah kepada Ruang Angkasa dan Bumi serta Gunung-gunung. Tetapi mereka semua enggan menerimanya. Karena mereka (sangat) khawatir akan mengkhianatinya. Dan Manusialah yang (sanggup) menerima Amanah tersebut. Sesungguhnya manusia itu (sangat) Zalim lagi amat bodoh”. (Q.S. Al-Ahzaab : 72)

Diriwayatkan dalam kitab Tafsir Hanafi. Bahwa ketika Amanah itu ditawarkan kepada Adam As. Ia berkata : “Ya Tuhan-ku. Sungguh Langit dan Bumi serta Gunung-gunung, sesuai dengan kebesaran dan keluasannya. Mereka tak sanggup dan tidak kuat menerima dan membawa Amanah itu. Maka bagaimana mungkin saya akan sanggup membawanya, sesuai pula dengan kelemahan yang ada pada saya ? Allah berfirman : “Pelaksanaan membawa adalah dari kamu. Dan Kekuatannya adalah dari AKU”. Maka Adam As. menerima Amanah itu”.

Al-Hafiz ibnul Jauzi menerangkan :
“Sesungguhnya Allah SWT. ketika telah menciptakan Adam As. serta meniupkan Ruh padanya, maka didatangkan Amanah dengan bentuk sebuah Batu besar. Kemudian Allah menawarkannya kepada Langit dan Bumi : ”Pikullah ini. Tetapi Langit dan Bumi enggan dan berkata : “Ya Robbi. Kami tidak sanggup memikulnya. Kemudian datanglah Adam As. sambil menggoyang-goyangnya dan menggerak gerakkan Batu besar itu. Dan berkata : “Andai kata Allah menghendaki, saya sanggup memikulnya”. Kemudian dicobanya mengangkat hingga sampai sebatas pinggangnya dan terus naik ke pundaknya. Ketika ia hendak menurunkannya kembali. Tiba-tiba Allah memerintahkan : “Hai Adam ! Biarkanlah ia diatas bahumu, jangan diletakkan kembali. Biarkan Amanah ini tetap di atas Pundakmu dan Pundak Anak Cucumu hingga Hari Qiyamat. Dan kamu akan mendapat pahala memikulnya. Namun akan mendapat siksa apabila menyia-nyiakan Amanah tersebut”.

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya meriwayatkan. Setelah ‘Aun bin Ma’mar membaca Ayat di atas, maka ia bercerita, bahwa Hasan Bashri berkata : “Allah SWT telah menawarkan Amanah kepada tujuh lapis Langit yang dihiasi Bintang-bintang. Dan juga ditawarkan kepada Malaikat pemikul ‘Arsy yang sangat besar. Dengan Firman-Nya : “Apakah kalian mau memikul Amanah itu, dengan segala yang ada padanya ? mereka menyahut : “Apa yang didapat dari padanya ?”. Allah berfirman :”Jika kamu berlaku baik, akan diberi balasan baik. Namun jika berlaku sebaliknya, akan disiksa dan dihukum”. Mereka semua enggan menerima.
Kemudian ditawarkan kepada tujuh lapis Bumi nan kokoh yang dipasak oleh gunung-gunung, serta beberapa lembah yang ada. Allah berfirman : ”Maukah kalian memikul Amanah ini, dengan apa yang ada padanya ? Bumi menyahut : Apa yang kami dapat daripadanya ? Selanjutnya Allah berfirman: ”Jika kamu dapat berlaku baik padanya, akan diberi pahala. Namun jika berlaku jahat padanya, akan mendapat Hukuman dan disiksa”. Maka mereka tidak menyanggupinya. Kemudian ditawarkan kepada Gunung-gunung yang menjulang tinggi kokoh dan tegap : ”Apakah kalian mau memikul Amanah ini beserta apa yang ada padanya ?”. Jika kalian berlaku baik padanya, akan dibalas dengan kebaikan. Namun jika berlaku jahat padanya. Maka dibalas dengan siksa”. Mereka tidak menyanggupinya. Selanjutnya Adam As. menerima, sesuai dengan janji Allah, akan dibalas kebaikan jika menepati Amanah. Dan akan diganjar dengan hukuman siksa jika menelantarkan Amanah”.

Menurut ‘Abdullah bin ‘Umar ra. ia berkata :
”Kalimah Laa Ilaaha Ilallahu Muhammadur Rosulullah”. Itu dua puluh empat huruf. Secara hitungan, sehari semalam adalah dua puluh empat jam. Maka apabila seorang hamba Mengucapkan Dua Kalimah Syahadat ini dengan Hati yang ikhlas pada saat tersembunyi maupun terang-terangan. Maka Allah akan mengampuni Dosa-dosanya yang kecil maupun yang besar, yang samar maupun yang jelas. Yang disengaja atau tidak disengaja. Dengan sebab Mulianya Dua Kalimah Syahadat tersebut, selama Dua puluh empat jam.

Menurut keterangan “Kitab Tafsir Al-Maraghi” Amanah yang dimaksud dalam surah Al-Ahzaab ayat 72 ialah Ajaran Agama. Yaitu Perintah dan Larangan serta segala yang mencakup dalam pengertian Agama itu. Dalam hal ini, Allah menawarkan atau memikulkan atau mengemukakan, yang terkandung dalam arti perkataan : “Arodhna”. Maksudnya ialah dijadikan atau dipersiapkan Tuhan Ruang angkasa dan Bumi serta Gunung-gunung dan yang lainnya untuk mengemban Amanah tersebut. Yang dijadikan atau dipersiapkan Tuhan itu adalah Manusia. Karena Manusia yang ada dorongan untuk berbuat baik, dan tarikan untuk melakukan kejahatan dalam jiwanya. Dengan memikul Amanah itu akan ada yang Munafiq. Ada yang Musyriq. Serta ada yang Beriman. Dan perbuatannya yang menyebabkan Pahala atau Dosa Manusia. Balasannya masuk Surga yang akan dinikmatinya atau masuk ke Neraka tempat ia menderita. (Tafsir Rahmat : 837)

Saudaraku yang se-Iman !!!Sekiranya kita fikirkan sejenak dengan hati yang jernih dan dengan kepala dingin arti dan makna ayat di atas, maka fahamlah kita, bahwa Langit dan Gunung serta Bumi tidak sanggup menerima Amanah yang sangat tinggi nilainya ini. Karena mereka tidak diperlengkapi dengan sarana dan pra-sarana sebagaimana manusia. Sekiranya Langit menyanggupinya, maka pada saat ia Rukuk dan Sujud, Insya Allah, manusia yang ada di bawah naungannya akan hancur berlipat-lipat. Kemudian sekiranya Bumi dan Gunung-gunung bisa menerimanya, maka jika saat mereka Rukuk dan Sujud, Insya Allah manusia yang berada di kulit Bumi ini akan hancur luluh berkeping-keping dihimpit Gunung serta digulung oleh Bumi tersebut.

Sebenarnya ini adalah suatu cara mendidik manusia, agar memikirkan hal tersebut. Karena manusia telah diberi bekal dan dilengkapi Allah SWT. dengan berbagai Nikmat. Dari mulai nikmat berfikir dengan otak. Memandang dengan mata. Mendengar dengan telinga. Merasa dengan indera. Dan menimbang buruk dan baik dengan ‘Akal. Hati adalah alat untuk memutuskan suatu hal. Maka Amanah tersebut sudah dapat dipastikan untuk Manusia dari mulai Adam As. hingga anak cucunya.
Namun … masih banyak manusia yang menyalahkan Adam As. Menurut fikiran mereka, kesalahan Adam As. lah yang menyebabkan manusia terbebani oleh berbagai Perintah dan Larangan Allah Jalla Wa ’azza. Sehingga banyak di antara manusia yang keblinger membuat ibadah penebusan dosa nenek moyang manusia yakni Adam As. Untuk itu, hati-hati memelihara Amanah ! Bukan untuk dijungkir balikkan dan disesuaikan dengan pola fikiran hamba Allah. Ingatlah ! hamba Allah itu banyak. Dari mulai cacing, ular, kala, lipan, beruang, buaya, ikan dan lain sebagainya. Bukan hanya manusia. Berarti bukan salahnya Nabi Adam As. Perhatikan Hadits dibawah :

كَــتَبَ الـلّــــــــهُ مَـقَادِ يْـرِالْخَـلاَ ئِــقِ كُـــلَّــهَا قَـــبْـلَ اَنْ يـَـخْـــلُــقَ السَّــمـوَ اتِ وَ ا لاَرْ ضِ خَـمْـسِـيْـنَ اَ لْــفَ سَــنَــةً وَ عَـرْ شُـهُ عَــلَى الْــمَآ ءِ

“Allah Ta’ala telah menetapkan Rancangan-rancangan pastinya. Pada seluruh Ciptaan-Nya. Sebelum diciptakan Langit dan Bumi 50.000 Tahun. Dan diproses di atas Al-Maa’ (Air)”. (H.R. Al-Bukhari)

Allah Ta’ala menciptakan Alam semesta beserta isinya. Bukanlah dengan cara bermain-main, atau tanpa tujuan yang pasti. Tetapi dengan penuh perhitungan yang sangat cermat. Dan memakan waktu sekian lama. Ini bukan pula menunjukkan kelemahan Allah. Karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah mampu berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Firman Allah :

اَ لَّـذِ يْـنَ يـَـذْكُـرُوْنَ الـلّـــــهَ قِــيَـامًاوَّ قُــعُـوْ دً ا وَّعَــلى جُــنُـوْ بِــــهِـمْ وَ يـَـتَــفَـكَّــرُوْنَ فِيْ خَـلْـقِ السَّمـوتِ وَ اْلاَرْضِ، رَ بَّـــنَا مَـاخَـلَـقْتَ هـذَا بَـاطِــلاً، سُـبْحــنَـكَ فَــقِــيْــنَا عَــذَابَ الـــنَّارِ

“(yaitu) Orang-orang yang ingat kepada Allah disaat berdiri, duduk dan waktu berbaring. Dan mereka memikirkan kejadian Ruang angkasa dan Bumi. (lantas) mereka berdo’a : ”Ya Tuhan kami. Bukanlah Engkau ciptakan semua ini dengan percuma. Maha Suci Engkau Semoga peliharakanlah kami dari ‘azab Neraka”. (semua yang dijadikan Allah ada arti dan Hikmah yang sangat dalam bagi manusia yang mau berfikir) (Q.S. Ali-Imran : 191)

Memang sudah saatnya kita menghadirkan dan memperhatikan ayat-ayat yang unik dan harus direnungkan bersama. Jangan sendiri-sendiri mencernanya, sebab bisa senyum sendiri dan ketawa sendiri. Dan jika telah begini, jangan disalahkan orang lain.
Kembali kita perhatikan bunyi Al-Ahzab di atas. Manusia yang dikatakan bodoh dan zalim dalam Surah Al-Ahzab tersebut, ialah orang yang tidak mau meluangkan waktunya untuk mempelajari Al-Qur-aan dan Sunah Rasulullah Saw. Dan yang tidak mau mempelajari Islam secara lengkap. Manusia semacam ini dikategorikan telah Zalim “Menzalimi” diri sendiri. Barang siapa yang merusak dirinya sendiri, termasuklah ia dalam kategori bodoh. Dan manusia yang bodoh itu tidak akan faham dengan ajaran yang baik. Maka terjadilah tumpang tindih dalam fikirannya. Yang shaleh dikatakannya salah, yang salah dikatakannya shaleh. Mereka katakan bahwa Islam itu kolot, kuno dan kampungan. Sebab tak sesuai lagi dengan keadaan zaman.

Wahai Orang Islam ! Jadilah umat Muslim yang baik. Dan berhentilah mencari pandangan hidup diluar Islam. Sebab otaknya bisa dicuci oleh orang barat. Yang kemudian ia dijadikan alat untuk menghujat Islam dari dalam …

يَـآ اَ يـُّــهَاالَّـذِيْـنَ ا مَـنُـوْاادْخُـلُـوْا فِى السِّـلْـمِ كَـافَّـةً، وَ لاَ تَــتَّـبِـعُـوْا خُطَـوَ اتِ الشَّــيْـطَانِ ، إِ نَّــه لَـكُـمْ عَـدُ وٌ مُّـبِـيْـنَ

“Hai orang-orang yang beriman ! Masuklah kamu kedalam Islam (dengan mematuhi semua perintah dan menjauhi semua larangannya) secara menyeluruh. Dan janganlah kamu turutkan rayuan-rayuan (gombal) setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuhmu yang sangat nyata”. (Q.S. Al-Baqarah : 208)

Mengapa orang beriman malah disuruh masuk ke dalam Islam ? Baiklah kita layangkan pandangan akal dan fikiran kita ke sana sejenak. Kalau kita lihat dengan mata kepala, dibantu dengan pandangan ‘ilmu Syari’at, maka kita akan mengatakan Wah - wah - wah …Cek-cek-cek … Cukup banyak orang beriman kepada Allah SWT. Tetapi kalau kita pandang dengan kacamata nalar, dibantu dengan pandangan ‘ilmu Haqikat. Maka akan tersingkap sedikit kelemahan mereka, yaitu walau pun banyak orang yang beriman kepada Allah, tetapi hanya sedikit yang melaksanakan Perintah Allah dan walaupun banyak yang beriman kepada Allah, tetapi hanya sedikit yang meng-Imani Sunnah Rasululah Saw. Lalu bagaimana pendapat, jika kita pandang dengan Mata Hati, dibantu dengan pandangan ‘ilmu Ma’rifat ? Cek-cek-cek …… kita akan Geleng-geleng kepala ……

Demikian perbandingan antara sifat-sifat orang beriman dengan orang yang pura-pura beriman (munafiq). Buah tuturnya sangat lemah lembut, pandai bertanam tebu di bibir, sehingga manis didengar, tetapi hatinya keras seperti batu. Sebenarnya dialah musuh Islam yang Nomor Wahid dan paling kelat untuk diajar. Untuk itulah, kita dianjurkan agar memasuki Islam seluruhnya. Masukkanlah fikiran kita ke dalam Islam. Dan masukkan pula pandangan, penglihatan dan pendengaran ke dalam Islam. Dan masukkan pula segala kegiatan dan gerakan tubuh ke dalam Islam. Dan yang paling penting dimasukkan ke dalam Islam adalah “Akal yang berada di dalam Hati Sanubari” Janganlah setengah-setengah, kadang-kadang Hatinya masuk Islam. Tetapi kaki dan tangannya tidak ! Sementara matanya masuk Islam. Tetapi fikirannya tidak ! atau sebaliknya ….. lalu bagaimana manusia bisa melaksanakan perintah dan amanah Allah pada Surah Al-Ahzab ayat 72 di atas dengan baik ? jika hanya setengah-setengah. Bukankah Allah telah membekali manusia dengan suatu sarana yang lengkap ?

وَ لــِلّـــــــــهِ غَــيْبُ السَّـمـوتِ وَ اْلاَرْضِ وَ مَآ اَ مْـرُ السَّـاعَــةِ اِلاَّ كَـــلَــمْـعِ الْــبَـصـَـرِ اَوْ هُـوَ اَ قْـرَبُ اِنَّ الـلّـــهَ عَـلى كُـلِّ شَيْ ءٍ قَـدِ يْــرٌ . وَ الـلّـــهُ اَخْـرَ جَـكُـمْ مِّـنْ بـُطُـوْ نِ اُ مَّــهـتِــكُـمْ لاَ تَــعـْــلَــمُ نَ شَــيْـأً وَّجَـعَـلَ لَـكُـمُ السَّـمْـعَ وَ اْلاَ بْصَارَ وَ اْلاَ فْــئِــدَ ةَ لَــعَــلَّــكُـمْ تَــشْـكُـرُوْنَ

“Dan kepunyaan Allah segala yang tersembunyi di Ruang angkasa dan di Bumi. Kejadian Qiyamat itu hanya sekejap mata saja, atau lebih cepat lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan Allah Mengeluarkanmu dari perut Ibumu. (waktu itu). Dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu sedikitpun. Dan DIA memberi kamu Pen dengaran. Penglihatan. Dan Hati. Agar kamu bersyukur”. (Q.S. An-Nahl : 77-78)

Demikian Allah menerangkan bahwa berbagai macam nikmat itu adalah sarana untuk mensyukuri nikmat tersebut. Dan Allah telah menerangkan bahwa DIA mengetahui segala yang lahir dan yang tersembunyi. Walaupun yang tersembunyi dalam rahim maupun yang tersembunyi di dalam hati manusia.
Lalu nikmat yang mana lagi yang didustakan oleh manusia ? Coba kita perhatikan :

يَــعْـرِفُـوْ نَ نِــعْـمَـةَ الـلّـــهِ ثُــمَّ يُـنْـكِـرُوْ نَــهَا وَ اَ كْــثَــرُ هُـمُ الْــكَـافِـرُوْنَ

“Mereka (sebetulnya) mengetahui Nikmat Allah. Tetapi kemudian mereka memungkirinya. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kafir”. (Q.S.An-Nahl : 83)

Nikmat-nikmat itu sudah seharusnya disyukuri. Dan dipergunakan sesuai dengan petunjuk Allah, disertai harapan mengharapkan Ridho Allah. Tetapi orang-orang kafir tetap saja membangkang. Wahai Muslim yang ingin naik ke jenjang Mukmin. Sangat baik kita perhatikan ayat demi ayat Al-Qur-aan yang memberi pengetahuan kepada kita. Agar hati menjadi lentur dan lemah lembut, sehingga bisa menerima Islam secara utuh dan menyeluruh. Dan ajaklah diri agar hati-hati dan jangan berprasangka buruk terhadap seluruh Makhluq Allah yang di Langit maupun di Bumi. Sebab Allah mengancam melalui Kalamullah pada surah :

قُـلْ مَنْ كَـانَ عَـدُوًّ الِّـجِـبْـر ِيْــلَ فَـاِنَّـه نَــزَّ لَـه عَـلى قَــلْــبِـكَ بِــاِذْنِ الـلّـــــهِ مُصَـدِّ قًـالِّــمَا بَــيْـنَ يَـدَ يـْـهِ وَهُدًى وَّ بـُـشْــرى لـِلْــمُـؤْ مِــنِـيْـنَ . مَنْ كَـانَ عَـدُوًّ الّــِلّــــهِ وَ مَـلــئِــكَــتِـه وَ رَسُــوْ لِــه وَ جِــبْــرِ يْــلَ وَ مـِـيْـكــلَ فَــاِنَّ الـلّـــــــهَ عَـدُ وٌّ لّـِلْـكـــفِــرِ يْـنَ
وَ لَــقَـدْ اَ نْــزَ لْــنَآ اِ لَـــيْكَ ا يــتٍ بَـــيِّــنـتٍ، وَ مَا يَكْــفُـرْ بِــهَآ اِلاَّ الْــفسِقُـوْ نَ

“Katakanlah ! Siapa yang menjadi musuh Jibril. Maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkan Al-Qur-aan ke dalam Hatimu (Hai Muhammad) dengan se-izin Allah. (Al-Qur-aan Kariim itu) membenarkan Kitab-kitab yang turun sebelumnya. Menjadi petunjuk dan khabar gembira bagi orang-orang yang beriman”.
“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah. Malaikat dan Rasul-Nya, Jibril dan Mikail. Maka sesungguhnya Allah-lah musuh orang-orang kafir”.
“Sesungguhnya telah KAMI turunkan kepadamu ayat-ayat yang terang. Dan yang menyangkalnya. Adalah orang-orang yang Fasiq” (Q.S. Baqarah : 97-99)

Perhatikan keterangan ayat-ayat diatas, dan renungkan sedalam-dalamnya, selanjutnya ajaklah diri memperhatikan segenap perintah dan larangan Allah. Kemudian laksanakanlah semua yang dianjurkan Allah dan Rasul-Nya. Sadarlah bahwa manusia itu telah diciptakan sebagai makhluq yang sebaik-baiknya.

لَــقَـدْ خَــلَــقْــنَا اْلإِ نْــسَانَ فِيْ اَحْسـنِ تَـــقْـوِ يْــمٍ

“Sesungguhnya KAMI telah menciptakan Manusia itu dalam bentuk yang sangat baik” (Q.S. At-Tiin : 4)

Jika manusia itu mau menyadarinya, bahwa ia ada lah makhluq yang berwajah sangat baik dari seluruh ciptaan Allah. lalu diberi segala sarana dan prasarana, supaya memudahkannya dalam bertindak. Tetapi manusia lebih suka memperturutkan hawa nafsunya, lalu terjerumus ke dalam lembah kehinaan. Alangkah rendahnya manusia yang tak mau tahu kepada Ajaran Allah dan Rasul-Nya :

وَ لَـوْ شِئْــنَا لَـرَ فَــعْــنـهُ بِــهَا وَ لـكِــنَّـه اَخْــلَـدَ إِلىَ اْلاَرْضِ وَ اتَّـــبَــعَ هَــو ـهُ ، فَــمَــثَـــلُــه كَــمَـثَــلِ الْـكَـــلْبِ، تَحْـمِـلْ عَـلَــيْـهِ يَــلْــهَـثُ اَوْ تَـــتْــرُ كْــهُ يـَـلْــهَـثُ ذ الـِكَ مَــثَــلُ الْــقَـوْ مِ الَّــذِ يْـنَ كَــذَّ بـُـوْا بِــأ يـــتِـــنَا، فَـاقْـصُـصِ الْــقَـصَـصَ لَــعَــلَّـــهُمْ يـَـتَــفَــكَّــرُوْنَ

“Dan jika KAMI kehendaki. Tentu dapat KAMI tinggikan derajatnya dengan (mengikuti) ayat-ayat itu. Tetapi mereka lebih (cenderung) kepada (kesenangan) di Bumi. Dan mengikuti Hawa nafsunya. Perumpamaannya persis seperti Anjing. Jika ia engkau halau, maka dijulurkannya lidahnya. (mengejek). Dan jika engkau biarkan saja, dijulurkannya juga lidahnya. Demikian perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat KAMI. Karena itu, ceritakanlah kepada mereka kisah itu. Agar mereka mengambil pelajaran” (Q.S. Al-A’raaf : 176)

Kisah yang disebut oleh ayat di atas, bukan untuk seseorang, tetapi untuk umum, untuk seluruh umat manusia yang lalai, dan setiap kelalaian akan merugi. Sebaiknya manusia itu merenungi dirinya, sudah sangat banyak sarana yang dianugerahkan Allah kepadanya. Namun ia kurang pandai bersyukur, malah sarana yang begitu indah dipakai untuk menjatuhkan derajat dirinya sendiri.

وَ لَــقَدْ ذَ رَ أْ نَـالـِجَــهَــنَّـمَ كَــثِــيْـرًا مِّنَ الْـجِـنِّ وَ اْلإِ نْـسِ، لَـــهُــمْ
قُــلُـوْبٌ لاَّ يـَـفْــقَــهُــوْنَ بِــهَا، وَ لَــهُمْ أَ عْــيُــنٌ لاَّ يـُــبْصِرُوْنَ بِــهَا، وَ لَـــهُمْ أ ذَ انٌ لاَّ يــُـسْـمَــعُـوْ نَ بِــهَا، أُو لـــئِـكَ كَــاْلأَ نْــعَـا مِ بَــلْ هُـمْ أَ ضَـلُّ أو لـــئِــكَ هُـمُ الْـغــفِــلُــوْنَ

“Dan sesungguhnya KAMI jadikan isi Neraka Jahannam itu kebanyakan dari Jin dan Manusia. Sebab Mereka mempunyai Hati, tetapi tidak mau memahami (Petunjuk Allah) dengan Hatinya itu. Dan mereka mempunyai Mata. Tetapi tidak mereka pergunakan untuk melihat (jalan yang lurus). Walaupun mereka mempunyai Telinga. Tetapi tidak mereka gunakan untuk mendengar (yang Haq). Mereka laksana binatang ternak. Bahkan lebih sesat lagi. Karena mereka lalai (dari memahami ayat-ayat Allah) (Q.S. Al-A’raaf : 179)

Wahai insan ! Pergunakanlah akal dan fikiran serta segala sarana yang telah dianugerahkan Allah kepada kita, untuk meneliti dan memahami secara benar Wahyu Allah Jalla Wa’azza. Bukan diputarbalikkan, atau dipergunakan untuk mengambil keuntungan pribadi. Sehingga yang Salah jadi Shaleh, yang Shaleh jadi Salah. Tuntunan dianggap Tontonan. Tontonan dianggap Tuntunan. Ajaklah diri supaya insyaf. Jangan sampai terlambat untuk bertaubat !!!
Karena keterlambatan itu akan menggiring kita menjadi penghuni Neraka Jahannam. Padahal Allah melalui Al-Qur-aan, telah membuka pintu seluas-luasnya untuk berfikir. Dan dianjurkan untuk belajar menyelidiki kandungan Al-Qur-aan. Mengapa lalai ?

يَـآ اَ يـُّــهَاالَّــذِيْـنَ ا مَــنُـوْآ اَطِــيْـعُـوْالـلّـــــــهَ وَ أطِــيْــعُـوْالــرَّسُـوْلَ وَ لاَ تُـــبْـطِــلُــوْآ اَعْـمَـالَــكُـمْ

“Hai orang-orang yang beriman ! Ta’atilah Allah dan Ta’atilah Rasul (Muhammad). Dan janganlah kamu rusak ‘amal-‘amalanmu (dengan perbuatan bu ruk)”. (Q.S. Muhammad : 33)

قَالَ يـقَـوْ مِ عْـبُـدُوْاالـلّــهَ مَـالَـكُـمْ مِّنْ اِلـهٍ غَـيْـرُ ه هُـوَ اَ نــشَـأَكُـمْ مِّـنَ اْلاَرْضِ وَ اسْــتَــعْـمَـرَ كُـمْ فِــيْــهَا فَاسْـتَــغْـفِـرُوْ هُ، ثُــمَّ تُــوْ بـُـوْآ اِلَــيْـهِ اِنَّ رَ بـِّيْ قَـرِ يْبٌ مُّجِـيْـبٌ

Nabi Shaleh berkata kepada kaumnya. "Hai kaumku ! Sembahlah Allah, tiada Tuhan-mu selain DIA. DIA telah menciptakan kamu dari Bumi. Dan DIA menjadikan kamu memakmurkan muka Bumi itu. Maka minta ampunlah. Dan bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhan-ku sangat dekat. Dan memperkenankan segala permohonan” (hamba-Nya yang berdo’a kepada Nya). (Q.S. Huud : 61)

Sangat baik kita perhatikan ayat-ayat selanjutnya :

فَــأَعْـرَضُوْا فَـاَرْسَـلْــنَـاعَـلَــيْــهِـمْ سَــيْـلَ الْــعَرِ مِ وَ بـَـدَّ لْــنَاهُـمْ
بِـجَــنَّـــتَـــيْــهِمْ جَـنَّـتَــيْـنِ ذَوَ اتَـيْ أُ كُـلٍ، خَـمْطٍ وَّ اَ ثـلٍ وَّ شَيْ ءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَـلِــيْــلٍ . ذلـِكَ جَـزَ يْــنـهُـمْ بِـمَـاكَــفَـرُوْ ا وَ هَـلْ نَـجـزِ يْ اِلاَّ الْـكَــفُــوْ رَ


“Tetapi mereka membangkang, maka KAMI datangkan banjir besar. Dan KAMI tukar kedua bidang kebun mereka dengan dua bidang kebun lain yang pahit buahnya. Pohon “Atsl dan sedikit pohon Sidir”. (dua macam tanaman yang tidak berbuah).
“Demikianlah pembalasan yang KAMI berikan kepada mereka-mereka, karena kekafirannya. KAMI menimpakan ‘Azab kepada orang-orang yang sangat kafir”. (Q.S. As-Saba’ : 16-17)

Wasiat Luqman kepada Anaknya :

يَـآ بُـنَـيَّ أَقِـمِ الصَّـلـو ةَ وَ أْ مُرْبِـالْـمَـعْـرُوْفِ وَ ا نْـهَ عَنِ الْـمُـنْـكَـرِ وَ اصْبِـرْ عَـلَى مَـآاَصَابَـكَ اِنَّ ذلـِكَ مِنْ عَـزْ مِ اْلاُ مُوْ رِ
وَ لاَ تُـصَــعِّـرْ خَـدَّ كَ لـِلـــنَّاسِ وَ لاَ تَــمْـشِ فِى اْلاَرْضِ مَرَحًـا اِنَّ الـلّـــهَ لاَ يــُحِـبُّ كُـلَّ مُخْــتَـالٍ فَـخُـوْ رٍ

“Hai Anakku ! Dirikan Sholat. Suruhlah orang berbuat baik. Laranglah perbuatan munkar (kejahatan). Dan Sabarlah menghadapi Musibah yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu sudah termasuk Perintah-perintah Allah”. “Dan janganlah engkau Congkak terhadap Manusia. Dan janganlah berjalan di muka Bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang Sombong dan membanggakan diri”. (Q.S. Luqman : 17 - 18)

Alangkah indahnya nasehat yang diberikan Luqman kepada anaknya tersebut.
Renungkan sendiri …………