Mandi menurut Syara’ artinya ialah Meratakan Air pada seluruh Tubuh. Untuk membersihkan atau mengangkat Hadats besar. Sebagaimana kita ketahui Bahwa Sholat baru Sah pelaksanaannya apabila jika telah Bersuci dari Hadats besar maupun Hadats kecil. Cara menghilangkan Hadats besar, yaitu wajib Mandi Junub atau Mandi Janabah. Yang artinya Mandi seluruh Tubuh. Mulai dari puncak Pangkal tumbuh Rambut hingga ke ujung Jari kaki. Dalam hal ini
يَـآ اَ يـُّـهَاالَّـذِ يْنَ امَــنُـوْا لاَ تَــقْـرَ بـُـوْالـصَّـلـوةَ وَ اَ نْــتُـمْ سُـكَارَى حَـتّى تَــعْــلَـمُ مَا تَــقُـوْ لُـوْنَ وَ لاَجُــنُـوْ بـًااِلاَّعَابِــرِى سَــبِــيْــلَ حَــتّى تَـــغْــسِــلُـوْا `
“Hai Orang-orang yang Beriman ! Janganlah kamu Sholat ketika kamu sedang Mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. Dan jangan pula kamu (Memasuki Masjid untuk Sholat) sekiranya kamu sedang dalam keadaan Junub. (setelah bersetubuh dan belum mandi). Kecuali sekedar lewat saja. Hingga kamu Mandi (Junub)”. (Q.S.An-Nisaa’ : 43)
(Tafsir Rahmat H. Oemar Bakry)
Hal mandi yang wajib.
1. Bersetubuh (Jima’) walaupun tidak keluar mani.
2. Keluar mani dengan sebab Mimpi atau lainnya.
3. Mati yang bukan mati Syahid.
4. Haidh (Bagi Wanita).
5. Nifas (Bagi Wanita).
6. Wiladah (Bagi Wanita).
Fardhu mandi Tiga perkara.
1. Niat.
2. Menghilangkan Najis.
3. Menyampaikan Air keseluruh Tubuh.
Untuk kesempurnaannya. Nanti diterangkan dalam Bab Cara Mandi di halaman mendatang...
Sunnat mandi Enam perkara.
1. Membaca Basmallah.
2. Berwudhuk terlebih dahulu sebelum mandi.
3. Menggosok seluruh Tubuh dengan Tangan.
4. Menghadap Qiblat.
5. Meniga-niga kali membasuh seluruh Tubuh.
6. Mendahulukan yang Kanan dari yang Kiri.
Wahai Saudara-saudaraku yang se-Iman !
Dalam menghilangkan Hadats besar itu, adalah upaya Manusia anak cucu Adam A.s. Keluar dari ke-Akuan (Egois) dari keterlindungan kita terhadap Hawa Nafsu yang sering membayangi kemanapun kita pergi. Bahkan, merupakan upaya keluar dari kungkungan dan belenggu Hawa Nafsu secara menyeluruh. Sebenarnya ini adalah suatu sindiran atau cermin kepada kita, agar jangan mengotori Amanah yang di Anugerahkan kepada kita selaku Khalifah di muka Bumi.
Karena selagi dalam diri seorang hamba masih terdapat sisa-sisa sifat Ego atau ke-Akuan, berarti ia masih termasuk kedalam kategori berhadats besar.
Maka akan terjadi pergolakan di dalam dirinya dalam mengayuh bahtera hidup dan kehidupan sehari-hari. Hadats besar yang demikian ini akan menjalar hingga sampai menjadi Hijab dalam perjalanan menuju yang diridhoi Allah SWT.
Maka penyembah dan yang disembah dalam Beribadah adalah Setan, atau tanpa disadari kiranya ia adalah penyembah diri sendiri. Inilah suatu penyakit Egois yang sangat fatal jika tidak lekas sadar. Untuk itulah kita wajib merenungi Ayat-ayat Allah dan Hadits-hadits Rasulullah Saw. Sehingga hati menjadi lentur dan lemah lembut terhadap Nasehat dan Saran dari orang lain. Dan sadarlah kita. Bahwa banyak Hadits yang menyatakan “Kesombongan dan Kecongkakan serta Takabur itu adalah pakaian Allah. Barang siapa yang mengambilnya walaupun hanya sedikit. Maka Allah akan memasukkannya ke dalam Api Neraka Jahannam”.
Maka renungkanlah …. Selagi hayat masih dikandung Badan. Jangan jadi Bangkai berjalan. Sebab Manusia pasti akan mati. Lalu menjadi Tanah.
Sebab-sebab yang mewajibkan mandi.
1. Hubungan Kelamin. yaitu Bertemunya dua Khitan. Pria dan Wanita. Dengan Dalil :
وَعَـنْ أَبِـى هُـرَ يـْرَ ةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْـهُ قَالَ: قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، إِذَ ا جَــلَـسَ بَــيْــنَ شُــعَــبِــهَا اْلأَ رْ بَــعَ : ثُــمَّ جَــهَــدَ هَا، فَــقَـدْ وَجَبَ الْـغُــسْــلُ، مُــتَّــفَــقٌ عَــلَــيْــهِ `
“Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata : “Rasulullah Saw. Bersabda : “Apabila Laki-laki Duduk di antara empat cabang (yaitu Dua Tangan dan Dua Kaki) Wanita. Kemudian Meletihkannya. Maka Wajib Mandi”. (Muttafaqun ‘Alaih)
` وَ زَ ادَ مُــسْــلِـمْ : وَ إِ نْ لَــمْ يـُــنْــزِ لْ `
“Muslim menambahkan : Walaupun tidak mengeluarkan mani”.
قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهُ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ : إِذَاالْــتَــقَى الْـخِــتَا نَـانِ فَــقَـدْ وَجَبَ الْــغُــسْـلُ وَ إِنْ لَــمْ يُــنْــزِ لْ `
“Sabda Rasulullah Saw. “Apabila Bertemu Dua Penyunatan (Khitan). Maka sesungguhnya telah di Wajibkan mandi. Sekalipun tidak keluar mani” . (H.R. Muslim).
عَـنْ عَائِـشَـةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُـوْ ل الـلّـــهُ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَسَــلَّـمَ، يَــغْــتَـسِــلُ مِنْ أَ رْ بَــعٍ : مِنَ الْجَــنَا بَــةِ، وَ يَــوْ مَ الْجُـمْـعَـةِ، وَ مِنَ الْـحِجَامَـةِ، وَ مِنْ غُــسْـلِ الْـمَــيِّـتِ `
“Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha. Ia berkata : “Rasulullah Saw. Mandi karena Empat perkara. 1. Mandi Janabat. 2. Mandi Hari Jum’at. 3. Mandi setelah Berbekam. 4. Mandi setelah Memandikan Mayit”.
(H.R. Abu Daud. Menurut Huzaimah r.a. Hadits Shohih)
2. Keluar mani. Dengan Dalil :
عَنْ أَ نَـسٍ بْـنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَتْ أُ مُّ سَــلَــيْمٍ وَ هِيَ جَـدَّ هُ إِسْـحـقَ إِلَى رَسُـوْ لِ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ، فَــقَالَتْ لَــهُ وَ عَا ئِــشَــةُ عِــنْــدَ هُ يَـا رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ الْــمَـرْ أَ ةُ تَــرَى مَـا يَــرَى الـرَّجُــلُ فِى الْــمَــنَامِ فَــتَـرَى مِنْ نَــفْــسِـهَا مَا يَــرَى الــرَّجُــلُ مِنْ نَــفْــسِــهِ فَــقَالَتْ عَا ئِــشَــةُ، يَا أُ مَّ سُــلَــيْـمٍ فَـضَحَتِ الـنِّــسَاءَ تَــرَ بـَتْ يَــمِــيْـنِـكَ نَــعَـمْ، فَــلْــتَــغْــسِـلُ يَـا أُ مَّ سُــلَــيْـمٍ ، فَــقَــلَ لِــعَا ئِــشَــةَ بَــلْ أَ نْتَ فَــتَــرَ بَتْ يَــمِــيْـنِـكَ، نَــعَـمْ فَــلْــتَــغْــسِــلْ يَـا أُ مَّ سُــلَــيْـمٍ إِ ذَ ارَ أَ تْ ذَا كَ `
“Dari Anas Bin Malik r.a. katanya “Bertanya ‘Ummu Sulaim kepada Nabi Saw. sedang ‘Aisyah berada didekatnya. Katanya. “Kaum Wanita itu bermimpi seperti Kaum Lelaki juga bermimpi. Dan setelah ia bangun. Maka dilihatnya dari dirinya apa-apa (mani) yang biasa dilihat laki-laki dari dirinya. Maka berkata ‘Aisyah. “Hai ‘Ummu Sulaim. Engkau buka Rahasia Wanita. Celaka engkau !”. Rasulullah Saw. berkata kepada ‘Aisyah. Bahkan Anda yang celaka. Maka Berkata Rasulullah Saw. sebagai jawaban pertanyaan ‘Ummu Sulaim tadi. Beliau Bersabda : ”Hendaklah Wanita yang Bermimpi itu Mandi (Janabat) Apabila dilihatnya Air mani”. (H.R.Muslim)
وَعَنْ أَ بِى هُـرَ يْـرَ ةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْـهُ فِى قِـصَّــةِ ثَــمَامَــةَ بْـنِ أُ ثَـالِ عِـنْـدَ مَا أَ سْــلَـمَ، وَ أَ مَـرَ هُ الـنَّـبِـيُّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ أَنْ يـَــغْــسِـلَ`
“Dari Abi Hurairah r.a. Dalam kisahnya Tsamamah Bin Utssal sewaktu masuk Islam. Nabi memerintahkan Mandi kepadanya”.(H.R.‘Abdur-Razaq asalnya Muttafaqun‘Alaih)
3. Mati yang bukan mati syahid.
وَعَنْ بْـن عَــبَّاسٍ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْـهُـمَا أَنَّ الـنَّـبِـيَّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ قَالَ، فِى الَّـذِيْ سَـقَطَ عَنْ رَ احِــلَــتِــهِ فَــمَاتَ : إِغْـسِــلُـوْ هُ بِــمَاءِ وَ سِـدْ رٍ وَ كَــفِّــنُـوْ هُ فِيْ ثَــوَ بَــيْـنِ`
“Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata ”Bahwasanya Nabi Saw. Bersabda tentang orang yang Wafat, karena jatuh dari kenderaannya.”Mandikanlah dengan Air dan Bidara dan Kafanilah dengan Dua kainnya”. (H.R. Bukhari & Muslim)
4. Haidh bagi Wanita.
عَنْ عَائِــشَــةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا أَنَّ أُ مِّ حَــبِــيْــبَــةَ بِـنْـتِ جَـحْـسِ شَـكَـتْ إِلَى رَسُـوْ لِ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ الـدَّ مَ فَــقَالَ أُ مْـكُــثِـيْ قَـدْرَ مَا كَانَتْ تَـخْـبِسُكِ حَـيْـضَــتُـكِ، ثُــمَّ اغْــتَـسِـلِ فَـكَا نَتْ تَــغْــتَـسِـلُ لِكُلِّ صَــلاَ ةٍ `
“Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata: ”Bahwasanya “Ummu Habi bah Binti Jahsi Mengadu kepada Rasulullah Saw. tentang Darah. Maka Rasulullah Saw. Bersabda: ”Berhentilah (dari Sholat) Selama Haidh-mu Menghalangimu. Kemudian mandi (Janabat)”. Tetapi ‘Ummu Habibah suka Mandi untuk tiap-tiap Sholat”. (H.R. Muslim)
Haidh ialah darah yang keluar secara wajar bagi Wanita yang telah Baligh. Tiap-tiap Bulannya. Dan darah yang melebihi 7 hari keluarnya. Maka dianggap itu adalah Darah Penyakit. Yaitu darah “Istihadzah” jika Darah ini yang keluar. Maka tidak dibolehkan meninggalkan Sholat. Puasa. Dan Ibadah-ibadah lainnya.
5. Nifas bagi Wanita.
Nifas adalah Darah yang keluar sesudah Bersalin. Adapun lamanya Nifas sekurang-kurangnya satu kali dalam satu hari. Dan sebanyak-banyaknya, paling lama enam puluh hari dengan malamnya. Tetapi yang menjadi kebiasaan (Adatnya) ialah Empat puluh hari dengan Malamnya. Dan jika lebih dari itu, maka di Hukumkan Darah Istihadzah (penyakit).
Wanita yang sedang Haidh dan Nifas. Harus meninggalkan Sholat. Puasa. Mereka hanya wajib Mengkodho Puasa yang ditinggalkan selama Haidh dan Nifas tersebut. Dan tidak di wajibkan Mengkodho Sholat yang tertinggal karena Haidh dan Nifas tersebut. Nabi Saw. Bersabda :
عَـنْ عَا ئِــشَــةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا فَالَتْ : نُــؤْ مَـرُ بِــقَـضَاءِ الـصَّـوْ مِ، وَ لاَ نُــؤْ مَـرُ بِــقَــضَاءِ الـصَّــلاَ ةِ `
“Dari ‘Aisyah r.a. ia Berkata : ”Kami di Perintahkan Mengkodho Puasa. Dan tidak di Perintahkan Mengkodho Sholat”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Larangan bagi orang yang sedang junub (berhadats besar). Karena Haidh dan Nifas.
Para Ulama berselisih pendapat tentang hal ini.
Ada yang Mengatakan 5 macam. Namun ada yang mengatakan 7 macam. Dan ada yang Mengatakan 8 macam :
1. Haram Mendirikan Sholat.
2. Haram Berpuasa. Fardhu maupun yang Sunnat.
3. Haram Mengelilingi Ka’bah (Tawaf).
4. Haram Membaca & Menyentuh Al-Qur-aan.
5. Haram Diam Dalam Masjid bagi Wanita. Karena dikhawatirkan titik darah haidh di Masjid.
6. Haram Bersetubuh sehingga sesudah Mandi Janabah
7. Haram Bagi Suami Mentalaq Istri yang sedang Haidh & Nifas.
8. Haram Berniat Mengangkat Hadats besar.
Dari Delapan Macam larangan di atas. Kita yakin bahwa sudah tentu ada Dalil untuk Menguatkan pendapat tersebut.. Mari kita perhatikan sejenak Hadits dibawah ini :
1. Larangan melaksanakan Sholat :
1. Larangan melaksanakan Sholat :
لاَ تَــقْـرَ بُـوْاالـصَّــلـوةَ وَ أَ نْــتُـــمْ سُـكَارَى حَــتّى تَــعْــلَــمُـوْا مَا تَــــقُــوْ لُــوْنَ وَ لاَ جُــنُــبًا اِلاَّ عَا بِـرِىْ سَــبِــيْــلٍ حَــتّى تَــغْــتَــسِــلُـوْا `
“Janganlah kamu sekalian Melaksanakan Sholat di kala kamu sedang Mabuk. Hingga kamu Mengetahui apa yang kamu Katakan. Dan jangan kamu Laksanakan Sholat ketika kamu sedang Junub. Kecuali hanya lewat tempat Sholat saja. Sebelum kamu Mandi terlebih dahulu”. (Q.S. An-Nisaa’ : 43)
عَنْ عَائِــشَــةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا أَنَّ فَـاطِــمَــةَ بِــنْتِ أَ بِـيْ حُــبَــيْـسٍ كَا نَتْ تُـسْـتَــحَاضُ ، فَــقَالَ لَــهَا رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ إِنَّ دَ مَ الْـحَـيْـضُ دَ مٌ أَ سْـوَ دُ يُــعْـرَ فُ، فَــإِذَ ا كَا نَـتْ ذَالِـكَ فَــأَ مْـسِـكِـىْ عَنِ الـصَّـلاَ ةِ، فَــإِذَ ا كَانَ اْلاَ خَـرُ فَــتَــوَ ضُّــئِـيْ`
“Dari ‘Aisyah r.a. Bahwasanya Fathimah Binti Hubaish Mengeluarkan Darah istihadzah. Lalu Rasulullah Saw. Bersabda :”Sesungguhnya Darah Haidh berwarna Hitam yang sudah dikenal. Bila ada seperti itu tinggalkanlah Sholat. Bila tidak seperti itu. Wudhuklah dan Sholatlah”.
(H.R. Abu daud. An-Nasa’iy. Shohih menurut Ibnu Hib ban dan Al-Hakim)
2. Larangan Puasa Wajib maupun Sunnat :
Wanita yang sedang Berpuasa tiba-tiba datang Bulan (Haidh) Puasanya batal. Salah satu persyaratan Puasa bagi Wanita adalah dalam keadaan suci. Datangnya Haidh menunjukkan ketidaksucian. Sekalipun saat itu Puasanya telah Batal. Ia disunnahkan tetap menahan untuk tidak Makan hingga Maghrib. Kalaupun ia terpaksa menghentikan Puasa dengan ditandai Makan, itupun tidak apa-apa. Hanya saja ia tidak memperoleh keutamaan Menghormati Bulan Ramadhan. Bahkan jika pembatalannya dilakukan secara terang-terangan. Misalnya Makan seenaknya di depan orang yang sedang Berpuasa. Maka hal yang demikian itu malah diharamkan. Karena tidak menghormati Saudaranya yang sedang Berpuasa.
وَ عَنْ أَبِى سَـعِـيْـدٍاَ لْــخُـدْرِيْ رَضِيَ الـلّـــهُ عَـنْـهُ قَـالَ : قَـالَ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ : أَ لَــيْـسَ إِذَ احَاضَتِ الْــمَــرْ أَ ةِ لَـمْ تُــصَــلِّ وَ لَــمْ تَــصُـمْ`
“Dari Abi Sa’id Al-Khudhriyi r.a. ia berkata : ”Rasulllah Saw. Bersabda :”Bukankah Kaum Wanita bila datang bulan tidak melakukan Sholat dan tidak Berpuasa”. (H.R. Muttafaqun ‘Alaih Kitab Bulughul Maram Hal 68)
3. Larangan Thawaf : Bagi Wanita Haidh kita lihat Hadits
وَعَنْ عَا ئِــشَــةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْـهَا قَـالَتْ : لَــمَّاجِــئْــنَا سَــرِفَ حِـضْـتُ،
فَـقَالَ الـنِّــبِـيُّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَسَــلَّـمَ : إِ فْــعَــلِـيْ مَا يَــفْــعَــلُ الْـحَاجُّ غَــيْـرَ أَنْ لاَ تَــطُـوْ فِى بِـالْــبَــيْتِ حَــتَّى تَــطْــهُـرِيْ`
Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata :”Tatkala kami sampai ke Sarif (sebuah nama Desa antara Mekkah dan Madinah). Kami datang Bulan. Lalu Nabi Saw. Bersabda : ”Kerjakanlah sesuatu yang dilakukan oleh Hajji. Hanya engkau tidak boleh melaksanakan Thawaf di Baitullah hingga Bersuci”. (H.R. Muttafaqun ‘Alaih)
وَعَنْ عَا ئِــشَــةَ زَوْ جِ الـنِّــبِـيُّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَسَــلَّـمَ ، يَـارَسُـوْ لَ الـلّـــهِ إِنَّ صَــفِــيَّــةَ بِــنْـتَ حُــيَـيِّ قَـدْ حَاضَتْ قَـالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ لَــعَــلَّــهَا تَـحْــبِــسُــنَا أَ لَــمْ تَـكُـنْ طَافَتَ مَـعَــكُـنَّ فَــقَالُـوْ ا بَــلى قَـالَ فَـاخْــرُجِـيْ `
“Dari ‘Aisyah r.a. Istri Nabi Saw. Bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah Saw. “Sesungguhnya Shofiyah Binti Huyaiy telah Haidh. “Berkata Rasulullah Saw. “Barang kali ia menghalangi kita. Bukankah ia Thawaf bersama kamu ? Mereka menjawab, Ya”. Beliau bersabda : ”Keluarlah kamu Shofiyah”. (H.R. Shohih Bukhari)
4. Larangan Membaca dan Menyentuh atau Membawa Al-Qur-aan :
Al-Qur-aan Adalah Kitab yang Mulia. Dan Mulia pula isinya, serta Mulia Tujuannya. Kita perhatikan ……… :
لاَ يــَـمَـسُّـه اِلاَّ الْــمُــطَــهَّـرُوْنَ، تَــنْــزِ يْــلٌ مِنْ رَبِّ الْــعَالَــمِــيْــنَ افَــبِــهـذَا الْـحَـدِ يْـثِ اَ نْـــتُـمْ مُـدْ هِــنُــوْ نَ `
“Tidak boleh Menyentuhnya, kecuali bagi orang-orang yang Suci. Diturunkan dari Tuhan ‘Alam Semesta. Apakah Al-Qur-aan ini kamu pandang enteng saja ???” (Q.S. Al-Waqi’ah : 79 s/d 81)
حَـدَّ ثَــنَا هِـشَا مُ بْـنُ عَــمَّـارٍ، ثَـــنَاإِ سْــمَاعِــيْــلُ بْـنُ عَــيَّاشٍ ثَـــنَا مُـوْ سى بْـنُ عُــقْــبَــةَ. عَـنْ نَـا فِــعٍ عَن ا بْـنُ عُــمَـرَ قَـالَ : قَـالَ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ : لاَ يـَـقْـرَ أُ الْــقُــرْ آنَ الْجُــنُـوْبُ وَ لاَ الْحَا ئِــضُ `
“Mewartakan kepada kami Hisyam Bin ‘Amar. Mewartakan kepada kami Isma’il Bin ‘Ayyas. Mewartakan kepada kami Musa Bin ‘Uqbah dari Nafi’. Dari Ibnu ‘Umar. Ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda :”Janganlah Membaca Al-Qur-aan orang yang Berjunub dan Haidh itu”.(H.R. Ibnu Majah Juz I Halaman : 450)
5. Larangan Berdiam dalam Masjid Wanita Haidh&Nifas
Karena dikhawatirkan titik darah di dalam Masjid. Terkecuali hanya lewat sebentar saja, untuk mengambil sesuatu dengan Dalil dari hadits dibawah ini :
عَنْ عَائِــشَــةَ قَـالَـتْ : قَالَ لِى رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، نَـاوِ لِــيْــنِى الْـخَــمْـرَ ةَ مِنَ الْـمَـسْــجِـدِ قَـالَتْ فَــقُــلْـتُ إِ نِّى حَا ئِـضُ فَــقَـالَ إِنَّ حَــيْـضَــتِـكَ لَـيْـسَتْ فِى يَـدِ كِ `
“Dari ‘Aisyah r.a. katanya : Bersabda Rasulullah Saw. “Tolong Ambilkan aku tikar Sholat dari Masjid”. Jawabku, “Aku sedang datang Haidh”. “Rasulullah Saw. berkata : “Haidhmu bukan di Tanganmu”. (H.R.Muslim Juz I : 205)
حَـدَّ ثَــنَا أَ بُـوْ بَـكْـرِبْـن أَبِـى شَــيْــبَــةَ، وَمُـحَــمَّـدُ بْـنُ يَحْـي قَـالَ : ثَـــنَا أَ بـُـوْ نَـعِـيْـمٍ، ثَــنَاابْنُ أَ بِى غَـنِـيَّـةَ عَـنْ أَ بِى الْـخَـطَّـابِ الْـهَـجَـرِيُّ عَنْ مَـحْـدُ وْجٍ الـذُّ هْـلِـيِّ ، عَـنْ جَـسْـرَ ةَ، قَـالَتْ : أَ خْـبَـرَ تْـنِىْ أُ مُّ سَــلَــمَــةَ، قَـالَت : دَخَـلَ رَسُـوْلُ الـلّـــهِ صَـلَّىالـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَـلَّـمَ،صَـرْحَـةَ هذَا الْـمَسْـجِـدِ فَــنَادَى بِـأَ عْـلَى صَـوْ تَـهِ، إِ نَّ الْـمَسْجِدِلاَ يـَحِـلُّ لِـجُــنُبِ وَ لاَ لِـعَا ئِـضٍ
“Mewartakan kepada kami Abu bakar Bin Abu Syaibah. Dan Muhammad Bin Yahya, keduanya berkata : Mewartakan kepada kami Abu Na’im mewartakan kepada kami Ibnu Ghoniyyu. Dari Abul Khottob Al-Hajari. Dari Mahduz Az-Zuhliy. Jasroh. Ia berkata Ummu Salamah mengkhabarkan kepadaku. Ia berkata : ”Rasulullah Saw. masuk ke halaman Masjid ini. Kemudian menyeru dengan suara tinggi. (nyaring). “Sesungguhnya Masjid itu tidak Halal bagi orang yang Berjunub dan orang Haidh”. (H.R. Ibnu Majah Juz I Halamana : 488)
(Dalam Kitab Az-Zawa’id dinyatakan Isnadnya Dho’if)
6. Larangan Bersetubuh ketika sedang Haidh dan Nifas
وَ ليَــسْــئَــلُـوْ نَـكَ عَِن الْـمَحِضِط قُـلْ هُـوَ اَذًى فَاعْـتَـزِ لُـوْا الـنِّــسَـآءَ فِى الْـمَـحِـضِ وَ لاَ تَــقْـرَ بُـوْ هُنَّ حَــتَّى يَـطْـهَـرْنَ ج فَــاِذَ ا تَـطَــهَّــرْنَ فَــأْ تُـوْ هُنَّ مِنْ حَــيْثُ اَ مَـرَ كُـمُ الـلّـــهُ ط اِنَّ الـلّـــهَ يُـحِـبُّ الـتَّــوَ ا بِــيْـنَ وَ يُـحِبُّ الْــمُــتَــطَــهِّـرِ يْـنَ `
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) Perihal Darah Haidh. Katakanlah : “Bahwa Darah Haidh itu adalah suatu Penyakit. Maka hindarilah Wanita-wanita ketika mereka sedang Haidh. Dan janganlah kamu hampiri (Bersetubuh). Sampai mereka suci. Jika mereka telah Suci. Boleh kamu hampiri menurut yang di Halalkan Allah. Sesungguhnya Allah kasih kepada orang-orang yang Bertaubat dan suci”. (Q.S. Al-Baqarah : 222)
عَنْ أَ نَـسٍ أَنَّ الْــيَــهُـودَ كَا نُـوْا إِذَ احَاضَتِ الْــمَـرْ أَ ةُ فِــيْــهِمْ لَـمْ يُــؤَ ا كِــلُـوْ هَا وَ لَـمْ يُـجَا مِـعُـوْ هُـنَّ فِى الْــبُــيُـوْتِ فَــسَــأَ لَ أَصْـحَابُ الـنَّـبِـيَّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ ، فَــأَ نْــزَ لَ الـلّـــهُ تَــعَـالَى وَ يَــسْــأَ لُـوْ نَـكَ عَنِ الْـمَـحِـيْـضِ قُـلْ هُـوَ أَ ذًى فَـاعْــتَـزِ لُـوْ الـنِّـسَـاءَ فِى الْـمَـحِـيْـضِ إِلَى أَخِـرِ اْلأ يـَـةِ فَــقَـالَ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَـــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ، أَصْـنَــعُـوْ ا كُـلِّ شَيْ ءٍ إِلاَّ الـنِّــكَا حَ فَــبَــلَــغَ ذلِـكَ الْــيَــهُـوْ دَ فَــقَـالُـوْ ا مَـا يُــرِ يْـدُ هـذَا الـرَّ جُـلُ أَنْ يَـدَ عَ مِنْ أَ مْـرِ نَـا شَــيْــأً إِلاَّ خَا لَــفَــنَا فِــيْــهِ `
“Dari Anas r.a. katanya :’Kebiasaan Bangsa Yahudi Apabila Wanita datang Haidh. Maka di asingkan waktu Makan. Tidak disetubuhi dalam Rumah. Maka Rasulullah Saw. ditanya Sahabat tentang hal ini, yang berkenaan dengan itu Maka Turunlah Ayat :”Engkau ditanya tentang perihal Haidh. Katakanlah, :”Haidh itu Penyakit. Maka jauhilah mereka itu sebelum suci. Nabi berkata :”Perbuatlah segala sesuatu dengan Istrimu diwaktu datang Haidh, kecuali Bersetubuh”. Khabar itu sampai ke Telinga Yahudi. Lalu mereka berkata :”Apa maksud Muhammad ini ? Tiap-tiap kebiasaan kita selalu ditentangnya !”. (H.R. Muslim)
7. Larangan Mentalaq Istri ketika sedang Haidh.
وَ عَنَ ابْـنُ عُـمَـرَ أَ نَّــهُ طَــلَّـقَ أَ مْرَ أَ تَــهُ وَ هُـوَ حَائِـضٌ فِى عَـهْدِ رَسُـوْ لِ الـلّــهْ صَـلَّـىالـلّــهُ عَـلَــيْهِ وَسَـلَّـمَ : فَسْـأَ لَ عُـمَـرَ، رَسُـوْ لَ الـلّــهِ صَـلَّى الـلّــهُ عَــلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ عَنْ ذلِـكَ، فَــقَالَ مُـرْ هُ فَــلْــيُــرَ اجِـعْــهَا ثُـمَّ لِــيَــمْـسِـكُــهَا حَــتَّى تَــطْــهُـرَ، ثُــمَّ تَـحِـيْـضُ. ثُــمَّ إِنْ شَـاءَ أَ مْــسَـكَ بَــعْـدَ هُ وَ إِنْ شَاءَ طَــلَّـقَ قَــبْـلَ أَنْ يَــمَـسَّ فَــتِــلْـكَ الْـعِــدَّ ةَ الَّــتِـى أَ مَـرَ الـلّـــهُ أَنْ تُــطَــلَّـقَ لَـــهَا الـنِّــسَـاءُ `
“Dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwasanya ia telah Menceraikan istrinya yang masih datang Haidh pada masa Rasulullah Saw. kemudian ‘Umar bertanya tentang masalah tersebut pada Rasulullah Saw. Beliau Bersabda :”Perintahkan dia agar kembali padanya kemudian, sabarlah sampai masa suci. Kemudian Haidh. Kemudian suci. Setelah itu terserah dia. Boleh diteruskan menjadi Istrinya atau diTalaq sebelum bersetubuh. Itulah Iddah Cerai bagi Wanita. Yang di Perintahkan Allah”. (H.R. Muttafaqun ‘Alaih)
(Dalam Kitab Bulughul Maram Halaman 460)
Wahai Saudaraku. Saya yakin sekali bahwa Tuan-tuan telah banyak mengetahui tentang segala Larangan dan Suruhan Allah. Namun, sering lupa dengan Dalil-dalil yang menguatkan perbuatan kita sehari-hari. Oleh karena itu Penulis kutipkan sebagai pegangan bagi yang memerlukan. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw. :
أَ فْــضَــلُ الـــنَّاسِ اَ لْــمُــؤْ مِنُ الْــعَالِــمُ الَّـذِى إِنِ احْـتِــيْــبَـــعْ إِ لَــيْــهِ نَــفَــعَ ، وَ إِنِ اسْــتَــغْــنَى عَــنْــهُ أَ غْــنَى نَــفْــسَــهُ `
“Se-Utama-utama Manusia. Adalah Orang Mukmin yang ‘Alim (Ber’ilmu). Yang jika ia dibutuhkan, maka ia berguna Dan jika ia tidak dibutuhkan. Maka ia mencukupkan dirinya”. (H.R. Al-Baihaqi. Dalam Kitab Syu’abul Iman dari Abu Darda dengan Sanad yang lemah).
أَ لإ ِ يْـمَانُ عُرْ يَـانٌ وَ لِـبَاسُـهُ الـتَّــقْـوى، وَ زِ يْــنَــتُــهُ الْـحَــيَاءُ وَ ثَــمَـرَ تُــهُ الْــعِــلْـمَ
“Iman itu Telanjang. Pakaiannya adalah Taqwa. Perhiasannya ialah Malu. Dan Buahnya adalah ‘Ilmu”. (H.R. Al-Hakim dalam Tarikh Naisabur dari Riwayat Abu darda. Dengan Sanad yang lemah).
Nah … Demikianlah Wahai Saudaraku se-Iman. Semoga kita semua bisa memahami yang sedalam-dalamnya mengenai Hadits-hadits Rasulullah Saw. selaku pegangan bagi orang-orang Islam. Dan tempat pengambilan Hukum Islam yang kita cintai sepanjang masa ……………….
Kemudian jika Anda ingin meneliti kebenaran tentang masalah ini perhatikanlah Terjemah Surah Al-Ma-idah ayat 6 dan surah Al-Ma-idah Ayat 43
0 comments:
Post a Comment