Ditinjau dari segi derajat, maka sangat jauh bedanya antara orang yang ber’ilmu dengan orang yang tidak ber’ilmu. Tingginya derajat orang ber’ilmu diakui Allah dan Rasul-Nya, serta diakui oleh seluruh manusia yang mempunyai ‘akal. Firman Allah :
… قُـلْ هَـلْ يـَسْــتَـوِى الَّـذِيْـنَ يـَعْـلَـمُوْنَ وَالَّـذِيْـنَ لاَ يـَعْـلَـمُوْنَ اِ نَّـمَا يَــتَـذَ كَّـــرُ اُوْلُـوا اْلاَ لْــــبَـابِ
“Katakanlah ! Adakah sama orang-orang yang ber’ilmu dengan orang yang tidak ber’ilmu ? Hanya orang-orang yang ber’akal yang bisa menerima pelajaran”.
… يَـرْفَعِ الـلّـــهُ الَّذِيْـنَ امَــنُـوْامِنْـكُمْ وَالَّـذِيْنَ اُوْتُـواالْـعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَ الـلّـــــــــهُ بِــمَاتَــعْـمَـلُـوْنَ خَـبِــيْـرً ا
“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang yang ber’ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S.Al-Mujaadalah :11)
Jelaslah bahwa Iman dan ‘Ilmu tidak bisa dipisah-pisah.
“Iman tanpa ‘ilmu Hampa !".
,,Ilmu tanpa Iman Binasa ! ”
Kedua-duanya termasuk kedalam golongan orang yang Fasiq, sedangkan orang yang fasiq tempatnya adalah Neraka Jahanam tingkat paling bawah. Oleh karena itu imbangilah ‘ilmu dengan Iman. Karena Iman inilah yang akan membersihkan ‘ilmu dari kesesatan. Dan iman ini pulalah yang bisa mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hidup di Akhirat. Kendatipun demikian, melaksanakan keimanan tanpa ‘ilmu, hasilnya akan nihil dan kosong serta hampa.
Perhatikan Hadits :
مَنْ سَـلَـكَ طَـرِ يْـقًا يَـلْــتَـمِـسُ فِــيْـهِ عِلْـــمًا
سَــهَّــلً الـلّـــــهُ بِـهِ طَـرِ يْـقًاإِ لـىَ ا لْـجَــنَّــةِ
"Barang siapa yang merintis jalan mencari ‘ilmu. Maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga". (H.R. Muslim)
Bagaimana bisa demikian ? Kalau ‘ilmu yang dicarinya itu untuk menambah kuatnya Iman kepada Allah SWT. Sebab seringkali kita dapati ‘ilmu seseorang bisa melumpuhkan imannya kepada Allah. Dikarenakan sangat tinggi dan canggihnya ‘ilmu seseorang, maka ia akan menganggap bahwa itu semua adalah hasil dari kerja kerasnya dalam penelitian, berdasarkan ‘ilmu yang ada padanya. Sehingga tanpa disadarinya samarlah Qudrat dan Iradat Allah dalam pandangannya. Jika sudah begini. Maka ia sendiri yang menggali lobang untuk titiannya menuju ke Neraka Jahannam !
Memang derajat orang yang ber’ilmu itu terpuji dan sangat tinggi disisi Allah. Namun kalau ‘ilmu yang dituntut itu benar-benar untuk keridho-an Allah Jalla Wa’azza. Sementara pada Era yang canggih sekarang ini, kita dapati beberapa kelemahan yang bertengger pada kuduk orang yang ber ’ilmu.
Perhatikan Renungan orang-orang Tua dahulu ………
1. Sebelum mendapat ‘ilmu ia datang menghatur sembah, beserta dengan persembahan yang cukup aduhai…….
2. Setelah ia dapat ‘ilmu, maka ia ingin disembah. Disertai Amplop berisi uang yang banyak.
3. Setelah uangnya banyak, ia anggap segala Urusan. Wanita dan Nyawa Manusia, bisa dibeli. Ia lupa siapa yang menciptakan kali yang pertama. Dan ia lupa mau kembali kemana ???.
4. Dengan ‘ilmu ia merasa besar kepala. Sehingga hilang kebesaran Allah Jalla Wa’azza.
5. Dengan ‘ilmu ia merasa sempurna. Sehingga hilang kesempurnaan Allah Ta’ala.
6. Dengan ‘ilmu ia merasa bersih dan suci. Sehingga hilang kesucian Ilaahi Robbi.
Coba perhatikan dengan baik kalimat dibawah ini
1. Tidak dilarang memberi penghormatan kepada Guru. Namun tidak boleh di kultur.
2. Ingatlah !
Bahwa manusia tidak dibolehkan menyembah Manusia, kalaupun boleh hanya sekedar penghormatan yang setimpal selaku manusia. Ingatlah ! Allah itu Ash-Shomad ! (DIA tempat kita memohon) Alam ini adalah Milik-Nya. DIA Yang Maha Mengatur, serta Maha Pemberi Rezeki dan Maha Pemberi keselamatan. Setelah kita memohon kepada Allah. Mengapa keterlaluan mengkultus kepada yang selain Allah ? perbuatan yang begini bisa-bisa menggiring orangnya berbesar kepala, cukuplah sekedarnya saja jika berterima kasih kepada sesama Manusia.
3. Uang bukanlah segalanya, sehingga dianggap uang bisa membeli segala sesuatu yang ada dialam ini. Seperti membeli Iman dan Taqwa. Iman dan Taqwa tidak bisa dibeli dengan uang, atau dengan harta yang banyak. Iman dan Taqwa bisa dicapai hanya dengan penyerahan diri kepada Allah SWT seutuhnya. Melaksanakan segala perintahNya dan meninggalkan laranganNya.
4. Sifat lupa kepada sesuatu, memang tempatnya adalah di fikiran manusia. Tetapi jika ia lupa kepada Allah Tuhan Yang Maha menjadikan dirinya serta diri Ayah dan Ibunya. Ini tidak logis, sebab setiap diri dan Naluri Manu sia itu ada keinginannya untuk menyembah Tuhan. Kalau Tuhan-nya adalah Allah. Maka setiap detik ada rasa ke inginan untuk menyembah Tuhan-nya. Tetapi kalau Tu han-nya bukan Allah. Maka ia akan mencari sesembahan yang lain. Apakah itu Pohon Kayu. Batu. Matahari. Sendang (Air Terjun). Gunung, dan lain-lain. Namun naluri ber-Tuhan, pasti tumbuh dari dalam Hatinya, sebab memang Hati dan Fuad itulah yang akan mengingatkan manusia agar setiap detik wajib mengingat Allah. Lalu bagaimana mungkin ia bisa lupa. Sebab ‘Akalnya setiap saat memberi peringatan untuk ta’at kepada Allah. Hanya saja, telah banyak manusia disa markan iblis (terdinding pandangan ‘Akalnya) terhadap keberadaan Allah pada ‘Akalnya. Disebabkan sudah kelewat tinggi ‘ilmu yang ber-urusan dengan Dunia.
5. Telah banyak kita lihat, bahwa semakin tinggi ‘ilmu seseorang, maka ia akan bertambah sombong. Merasa besar kepala. Ia rasa orang lain takkan mungkin sederajat dengannya, karena ‘ilmu yang ia dapat sangat mahal biayanya, dan cukup lama ia pelajari. Tidak perduli apakah itu ‘ilmu ke Duniaan maupun ‘ilmu ke-Agamaan. Sama saja, padahal kesombongan itu adalah milik Allah SWT.
Barangsiapa yang berani berbuat kesombongan dan kecongkak-an. Maka Allah akan memasukkannya kedalam Neraka Jahannam. Tetapi kebanyakan manusia lupa daratan.
6. Orang ber’ilmu yang disertai dengan sifat Sombong, dan merasa sudah sempurna segala yang ada padanya, lalu tindak tanduknyapun berbeda jauh dari orang lain. Jika pendapatnya tidak digubris oleh orang lain, maka iapun akan blingsatan dan menuduh ke sana kemari. Sebab ia mengira pendapat orang lain itu tidak se-elok pendapat nya. Padahal yang namanya manusia, tidak ada yang sempurna, kecuali Allah.SWT. Berfikirlah …….
7. Ada Manusia yang setelah ia menuntut ‘ilmu Agama dirantau orang, lalu ia menganggap bersih. Dan segala tindak tanduk serta ucapannya harus bisa diterima oleh seluruh Masyarakat. Karena ia merasa telah termasuk pada jajaran orang yang suci. Tidakkah ia ingat. Bahwa kesucian itu adalah kepunyaan Allah. Kesucian manusia adalah relatif, ini hari suci besok sudah ternoda, ini hari bersih, besok sudah hitam legam. Oleh karena itu. Jangan membiasakan diri menyandang Haq Allah.
Dipersilahkan. Bahkan diwajibkan untuk menuntut ‘ilmu. Tetapi bukan untuk membusungkan Dada kepada Masyarakatnya, atau kepada orang lain.
"Tuntutlah ‘ilmu, sesungguhnya menuntut ‘ilmu adalah (sarana) pendekatan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla. Dan mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ‘ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia. ‘Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi Ahlinya di Dunia dan di Akhirat". (Ar-Robii’)
Keterangan Hadits diatas sangat jelas, bahwa orang yang menuntut ‘ilmu itu, adalah untuk sarana pendekatan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla. Bukan untuk membangga kan diri kepada orang lain. Jika berbuat demikian, maka Neraka-Neraka baginya. Berkata para orang ‘Arif :
Harta dapat dimusnahkan,
Tetapi ‘ilmu tidak dapat dicuri.
Orang berharta banyak lawan.
Orang ber’ilmu banyak kawan.
Orang berharta banyak susahnya.
Orang ber’ilmu banyak gembiranya.
Harta akibatnya menyusahkan.
Ilmu pengetahuan akibatnya menyenangkan.
Harta. Kita yang akan menjaganya.
Ilmu pengetahun. Ia yang akan menjaga kita.
Harta. Adalah kekayaan jasmani.
Ilmu. Adalah kekayaan Rohani.
Harta. Jika kita berikan, ia akan berkurang.
Ilmu. Jika kita berikan, ia semakin berkembang.
Harta. Semakin dipakai, semakin usang.
Ilmu. Semakin dipakai, semakin bercahaya.
Harta. Memudahkan orang tergelincir ke Neraka
Ilmu. Memudahkan orang menuju ke syurga.
Harta. Pasti tinggal di Dunia.
Ilmu. Besar kemungkinan dibawa ke Akhirat".
Ingatlah ! Islam itu bukan Agama yang menyuruh berkhayal menerawang bintang dilangit. Islam menganjurkan umatnya agar gesit berikhtiar dalam segala masalah, karena dipundak kita terletak Amanah Allah SWT. Firman Allah :
وَاِذَ قَالَ رَ بُّكَ لِـلْـمَـلـئِكَــةِ، اِ نِّـيْ جَاعِلٌ فِى اْلاَرْضِ خَلِـيْـفَــةً قَـالُـوْآ اَ تَـجْـعَـلُ فِـيْـهَامَنْ يـُّـفْـسِدُفِـيْـهَاوَيـَسْـفِـكُ الدِّمَآءَ وَ نَـحْـنُ نُـسَـبِّـحُ بِـحَمْـدِكَ وَنُــقَدِّسُ لَكَ قَالَ اِنّـيْ آ اَعْـلَمُ مَالاَ تَـعْمَلُوْنَ
Padahal kamilah yang tetap selalu mensucikan dan me muji-MU. Firman Allah ”Sesungguhnya AKU lebih me ngetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqarah : 30)
Mereka-mereka menyangka bahwa Allah itu adalah suatu oknum yang kejam, yang setiap saat memegang cambuk, untuk menyambuk para makhluq-Nya yang bersalah. Inagatlah !!! Bukankah Allah itu adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta Maha Pengampun, walau seberat apapun dosa seseorang akan diampuni. Terkecuali dosa Syirik. Amanah awal yang diemban oleh Manusia, yaitu menjadi Kholifah Allah. Di muka Bumi. Lalu bagaimana bisa menjadi Kholifah yang sukses, kalaulah ia tidak ber’ilmu ? Pada Surah Al-Baqarah ayat ke 31 Allah menanyakan kepada para Malaikat segala sesuatu nama yang berada disyurga. Namun para Malaikat mengatakan hanya Allah yang tahu. Karena kami tiada ‘ilmu untuk itu. Lalu ditanyakan kepada Nabi Adam.as. Maka langsung dijawab dengan tuntas, sebab Nabi Adam.a.s telah diberi ‘ilmu oleh Allah Jalla Wa’azza. Tanpa diketahui oleh para malaikat. Demikianlah, sehingga Allah tidak menyukai jika Kholifah-Nya gagal dalam mengemban tugas yang diserahkan kepada hamba-Nya. Dan akan membalasnya dengan siksaan yang sangat pedih di Neraka Jahannam.
Demikian pentingnya ‘ilmu. Sehingga Allah mengajar Nabi Adam segala bentuk ‘ilmu. Selanjutnya apakah kita masih mau menjadi orang yang tidak ber’ilmu ? Alangkah ruginya hidup jika tidak mempunyai ‘ilmu untuk Akhirat. Nabi.saw bersabda :
“Barangsiapa yang meng’amalkan ‘ilmu yang sedikit. Maka Allah akan menambah ‘ilmu yang belum diketahui nya” (H.R. Muslim)
تَــنَاصَحُوْافِى الْـعِلْمِ،وَلاَ يـَكْــتُـمْ بــَعْضُـكُمْ بـَعْضًا،فَـإِنَّ خِـيَانَـةً فِى الْـعِلْـمِ أَشَدُّ مِنْ خِـيَانَـةٍ فِى الْـمَالِ
“Saling berlaku jujurlah dalam ‘ilmu. Dan jangan saling merahasiakan. Sesungguhnya berkhianat dalam ‘ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berkhianat dalam harta”. (H.R. Abu Na’im)
إِ نِّـى أَخَافُ عَلىَ أُ مَّـتِيْ أَعْمَالاً ثَــلاَ ثَــةً،زَ لَّـةُ عَالِـمِ، وَحُكْـمُ جَا ئِـرٍوَهَـوً ى مُـتَــبَــعٌ
“Yang aku takuti terhadap umatku, ada tiga perbuatan, yaitu kesalahan seorang ‘Ulama. Hukum yang zalim. Dan Hawa nafsu yang di perturutkan”. (H.R. Asy-Syihaab)
إِنَّ الـلّــهَ لاَيــَـقْـبِضُ الْـعِلْمَ إِ نْـتِـزَاعًايـَـنْـتَـزِعُـهُ مِنَ الــنَّاسِ،وَ لـكِـنْ يَـقْـبِـضُ الْـعِلْمَ بِـقَـبْضِ الْـعُـلَـمَآءِ،حَــتَّى إِذالَـمْ يـَـتْـرُ كْ عَالــمًا، إِتَّـخـذاالـنَّاسِ رُؤَسَاءَ جُـهَّالاَ، فَـسُـئِــلُـوْا فَـأ َفْــتــوْا بِـغَــيْـرِعِلْـمِ، فَـضَــلُّــوْا وَ أَضَلُّـوْا
“Sesungguhnya Allah tidak menarik ‘ilmu dari manusia dengan cara merenggutnya. Tetapi dengan cara mewafat kan para ‘Ulama, sehingga tidak ada lagi tersisa seorang ‘Alim-pun. Dengan demikian manusia-manusia akan me ngangkat pemimpin-pemimpin yang Dungu. Lalu jika ia ditanya, maka ia akan memberi fatwa tanpa ‘ilmu penge tahuan. Mereka sesat dan menyesatkan (orang lain)” (H.R. Muslim)
Wahai saudaraku yang seiman ! wajarlah bagi kita untuk merasa takut, dan merasa kehilangan, dengan Wafatnya satu orang ‘Alim. Kalaulah boleh diganti, biarlah mati 1000 orang jahat, daripada Wafatnya seorang ‘Alim. Perhatikan Hadits diatas, sangat pilu dan hancur Hati kita merenungkan kalimatnya. Kita memohon kepada Allah, semoga masih tingggal dijaman kita ini orang-orang ‘Alim tersebut. Karena pemimpin-pemimpin yang jahat sudah banyak beredar dimuka Bumi. Kita renungkan Surah-surah Al-Qur-aan yang memerintahkan manusia agar ber’ilmu :
اُولـئِـكَ الَّـذِيْنَ هُدَى الـلّـــهُ فَـبِـهُـدَ هُمُ اقْـتَـدِهْطقُـلْ لاَّ اَسْـئَــلُـكُمْ عَـلَــيْـهِ اَجْـرًا اِنْ هُوَ اِلاَّذِكْــرًى لـِلْـعَـلَـمِـيْـنَ
“Merekalah yang diberi petunjuk oleh Allah. Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Hai Muhammad).”Aku tidak meminta upah kepadamu (dalam menyampaikan Al-Qur-aan). Al-Qur-aan itu adalah petunjuk bagi seluruh umat Manusia”. (Q.S. Al-An’aam : 90)
وَهَـذَاكِــتَبٌ اَ نْــزَلْـــنـهُ مُــبَـرَ كٌ مُّـصَـدِّقٌ الَّـذِيْ بـَـيْـنَ يـَـدَ يْـــــهِ وَ لِـتَــنْـذِرَامَّ الْـقُـرى وَمَنْ حَـوْ لَــهَا طوَ الَّـذِيْ يُـؤْمِنُـوْنَ بِاْلاخِرَ ةِ يُـؤْ مِنُـوْنَ بِــهِ وَهُـمْ عَـلى صَـلاَ تِــهِــمْ يـُـحَافِـظُـوْنَ
وَلَــقَـدْجِـئْــتُــمُوْا نَـافُـرَادى كَــمَاخَـلَـقْـنـكُـمْ اَوَّلَ مَـرَّةٍ وَّ تَـرَكْــتُـمْ مَاخَـوَالْــنكُمْ وَرَآءَظُــهُـوْرِكُـمْ وَمَانَــرى مَـعَكُمْ شُـفَــعَـآءَكُـمُ الَّـذِيْـنَ زَعَمْـتُـمْ اَ نَّــهُمْ فِـيْـكُمْ شُرَ كــؤُاط لَـقَدْ تَــقَـطَّـعَ بَــيْـنَكُـمْ وَضَلَّ عَـنْكُـمْ مَّاكُـنْـتُـمْ تَـزْ عُمُوْنَ
“Dan sesungguhnya kamu datang kepada KAMI sendiri-sendiri, sebagaimana kamu KAMI ciptakan pada kali yang pertama. Dan kamu tinggalkan di belakangmu (di Dunia) nikmat-nikmat yang KAMI berikan kepadamu. Namun tidak KAMI lihat menemuimu (bersama kamu) penolong-penolongmu yang kamu anggap bahwa mereka adalah sekutu Allah. Sesungguhnya telah putus hubungan antara kamu dengan mereka. Dan sia-sialah dugaanmu bahwa (berhala) mereka akan bisa menjadi pembela-pembelamu” (Q.S. Al-An’aam : 94)
Bahwa orang-orang yang mendustakan Allah, serta menyombongkan diri, akan menderita ‘Azab yang sangat berat sekali. Dan kematiannya dalam keadaan menderita. Sewaktu mereka-mereka akan kembali kepada Allah. Tidak ada seorang juapun yang dapat membelanya. Segala nikmat yang telah dikumpulkan di Dunia akan tinggal. Seluruh hubungan akan putus.
Setiap individu akan mempertanggung jawabkan ‘amalannya masing-masing. Perkiraan atau dugaan semula yang mereka anggap akan ada pembela, kiranya ibarat fatamorgana dipadang pasir yang memperdayakan.
Wahai insan ! Demikianlah jika kita mendahulukan fikiran, dan tiada menggubris kebenaran, maka pada akhir nya penyesalan panjang yang akan tampil. Itu semua bisa terjadi, karena kurangnya ‘ilmu. Kalaupun ada orang yang ingin berbagi ‘ilmu, ia malah tersinggung, bahkan bisa-bisa menjadi musuh bebuyutannya. Maka banyak baiknya me nuntut ‘ilmu untuk Akhirat itulah orang yang Ber’akal.
اِنَّ الـلّــــهَ فَالِـقُ الْـحَبِّ وَ الـنَّـوى يَـخْـرُجُ الْـحَـيَّ مِنَ الْـمَـيِّتِ وَ مُخْـرِجَ الْـمَـيِّتِ مِنَ الْحَيّ طذلِكُـمُ الـلّــهُ فَـاَ نى تُــؤْ فَـكُـوْنَ
“Sesungguhnya Allah yang membelah (menumbuhkan) butir dan biji, DIA mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Demikian itulah (Kekuasaan) Allah. Maka mengapa ka mu tidak mengindahkan-Nya ? (Tidak mau menyembah-Nya ?”. (Q. Al-An’aam : 95)
فَـالِـقُ اْلاِصْـبَاحِ وَجَـعَـلَ الَّـــــيْـلِ سَـكَـــنًاوَ الـشَّـمْسَ وَ الْـقَـمَـرَ حُسْــبَانًـا ذ لِكَ تَــقْـدِ يْـرُ الْـعَـزِ يْـزِ الْـعَـلِـيْــمِ
“Allah memberikan sinar Matahari dipagi hari. Dan men jadikan malam untuk beristirahat. Dan dijadikan-Nya Matahari dan Bulan (berputar) pada poros yang tepat. Begitulah ketentuan (ukuran yang ditetapkan) Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS.Al-An’aam: 96)
وَهُوَ الَّـذِيْ جَـعَـلَ لَـكُـمُ الـنُّـجُوْ مَ لـِتَــهْــتَـدُوْا بِــهَا فِيْ ظُـلُـمَـاتِ الْـبَـرِّ وَ الْــبَـحْـرِ قَـدْ فَـصَّــلْــنَااْلا يـتِ لـِـقَـوْ مٍ يَّــعْـلَــمُوْنَ
“Dan DIA lah yang menjadikan Bintang-bintang agar kamu mendapat petunjuk (pedoman) dalam (perjalanan) digelap gulita di daratan maupun di lautan yang gelap. Sesungguhnya KAMI telah menjelaskan tanda-tanda Ke kuasaan KAMI bagi kaum yang ber’akal” (Al-An’aam:97)
وَهُوَ الَّذِيْ اَ نشَـاَكُـمْ مِّنْ نَـفْسٍ وَّ احِدَ ةٍ فَـمُسْـتَــقَـرٌّ وَّ مُسْـتَـوْدَعٌ قَـدْ فَـصَّــلْــنَااْلا يتِ لـِـقَـوْ مٍ يَّــفْــقَــهُـوْنَ
“Dan DIA lah yang menciptakan kamu dari satu diri. Kemudian (diberi-Nya) tempat tinggal (di Dunia) dan tem pat tetap (di Akhirat). Sesungguhnya telah KAMI terang kan tanda-tanda (Kekuasaan KAMI) bagi kaum yang memahami”. (Q.S. Al-An’aam : 98)
وَهُوَ الَّـذِيْ اَ نْــزَلَ مِنَ السَّـمَآءِ مَـآءً، فَـاَخْـرَجْــنَابِــه نَــبَاتَ كُـلِّ شَيْءٍ فَـاَخْـرَجْــنَامِـنْـهُ خَـضِـرًا نُّـخْـرِجُ مِـنْـهُ حَــبًّا مُّـتَـرَ اكِــبًا
وَمِنَ الـنَّـخَـلِ مِنْ طَــلْـعِـهَاقِـنْـوَ انٌ دَ انِــيَــةٌ وَّجَــنّتٍ مِّنْ َاعْـنَابٍ وَ الـزَّ يـْتَــوْنَ وَ الـرُّ مَّـانَ مُشْـتَـبِـهًاوَّغَـيْـرَ مُـتَــشَا ِبـه اُ نـظُـرُوْ آ اِلـى ثَــمَـرِ هِ اِذآ اَ ثْـمَـرَ وَ يَــنْـعِـه اِنَّ فِيْ ذلِكُمْ َلا يـتٍ لِّــقَـوْ مٍ يُّــؤْ مِـنُـوْ نَ
"DIA-lah yang menurunkan air (hujan) dari Langit. Kemudian KAMI menumbuhkan ber-aneka ragam tumbuh-tumbuhan. Kemudian KAMI keluarkan Daun dan Ranting yang menghijau. Lantas KAMI keluarkan dari padanya biji (buah) yang lebat. Dan dari pohon Kurma mengurai mayang-mayang yang menjulai dan kebun-kebun Anggur. Zaitun dan Delima yang serupa dan berlainan bentuknya. Perhatikanlah waktu (tumbuh-tumbuhan) berbuah dan di waktu ranum. Sesungguhnya semua itu adalah bukti-bukti (Kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman”. (Al-An’aam:99)
ذ لِكُـمُ الـلّـــــــــــــــــهُ رَ بُّــكُـمْ لا اِ لــهَ اِلاَّهُـوَ، خَـالِـقُ كُلِّ شَيْءٍ فَـاعْــبُـدُوْ هُ وَهُـوَ عَـلى كُـلِّ شَيْءٍ وَّ كِــيْــلٌ
"Yang demikian itulah Allah. Tuhan-mu.Tidak ada Tuhan selain dari DIA. DIA Pencipta segala sesuatu. Dari itu, sembahlah DIA, dan DIA-lah Yang mengendalikan sesu atu”. (Al-An’aam : 102)
لاَ تُـدْرِكُــهُ اْلاَبــْصَارُ وَهُـوَ يـُـدْرِكُ اْلاَبــْصَارُ، وَهُـوَ الَّـطِــيْــفُ ا لْـخَـبِـيْـرُ
"DIA tidak dapat ditembus oleh penglihatan Mata (atau dengan alat microscop). Namun DIA melihat segala apa yang dapat dilihat oleh Mata. Dan DIA lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Al-An’aam : 103)
اِنَّ الـلّـــــهَ يــَـعْـلَـمُ مَايــَدْ عُـوْنَ مِنْ دُوْ نِــه مِنْ شَـيْءٍ وَ هُـوَ الْـعَــزِ يـْــزُ الْـحَـكِـيْـمُ وَ تِـلْـكَ اْلاَ مْـثَـالُ نَـضْـرِبــُـهَالِلــنَّاسِ، وَمَـا يـَـعْــقِــلُــهَـآ اِلاَّ الْــعَالِـمُـوْنَ
“Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang mereka seru selain dari Allah. Dan DIA Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.“Dan perumpamaan-perumpamaan ini KAMI turunkan untuk Manusia. Dan hanya orang-orang yang ber’ilmu yang dapat mengetahui”. (Al-Ankabuut: 42-43)
Wahai saudara-saudaraku ! Kiranya masih banyak ‘ilmu Allah yang belum dapat digali dan diteliti oleh Manusia. Oleh karena itu, sadarlah kita selaku hamba Allah. Betapa luasnya ‘ilmu Allah.SWT. Betapa banyaknya Ciptaan Allah. Sehingga tidak bisa dihitung oleh manusia. Maka sangat di anjurkan untuk mempelajari bagian-bagian yang tersembunyi dari seluruh ciptaan Allah. Karena dengan demikian akan menambah keimanan kita kepada Allah Jalla Wa’azza. Inilah cara yang selalu dianjurkan oleh Al-Qur-aan.
Sadarlah kita. Bahwasanya tidak ada istilah terlambat dalam menuntut dan mencari ‘ilmu diatas Dunia ini. Selagi Badan sehat wal-afiat.