21 November 2007

Minuman Kaum Sufiah

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Barang siapa merasa akan minuman kaum sufiah niscaya mengetahuilah ia

Dan siapa yang mengetahuinya jadilah ia membeli walau dengan nyawanya

Berkata Syeikh Ahmad bin Alan AnNaqsyabandi dalam syarah qasidah ini, Barang siapa yang bersifat dengan segala perangai kaum sufiah dan menjalani akan jalan mereka itu zhohir dan batin yaitu zhohirnya seperti mufakat bagi syariat dan bathinnya seperti berpegang dengan thariqat, niscaya menerangi atasnya ketika itu segala nur hakikat dan jadilah sekalian maqam kaum sufiah dan sekalian hal mereka jadi makanan baginya yang dirasanya dan jadi minuman yang memuaskan dahaganya dan jadi obat yang menyembuhkan penyakitnya. Dan apabila ia telah merasa akan minuman kaum sufiah itu atas sifat ini dan telah mengetahuinya, niscaya ia berhadap atasnya dengan segala anggotanya dan dibelinya dengan nyawanya seperti kata setengah dari kaum sufiah itu jua

Seandainya nyawaku didalam tapak tanganku, kuberikan dengannya

Berkata Syeikh Ahmad dalam syarahnya, Dan jikalau diganti akan nyawa mereka yang diberikan untuk membeli minuman kaum sufiah itu dengan beberapa nyawa pada tiap-tiap sekejap mata dan diganti pula beberapa nyawa lagi, maka diberikannya pula untuk membeli minuman itu juga dan tiada jua menyamai akan mahal harga perkara yang akan dibelinya itu. Tetapi tiada yang mengetahuinya kecuali hanya bagi mereka yang telah merasainya.

Tiada mengenal akan rindu itu melainkan siapa yang merasainya

Dan tiada akan birahi melainkan siapa yang merasainya jua

Dan bagaimana akan menyamai beberapa nyawa yang diberikan untuk perkara yang dituntutnya itu, pada hal perkara yang dituntut itu adalah akhir bagi segala kesudahan dan itulah angan-angan segala mereka yang arif.

Dan setitik daripadanya memadai bagi sekalian makhluk jika mereka merasainya

Maka pingsanlah mereka itu atas sesuatu dengan heran

Berkata Syeikh Ahmad dalam syarahnya, Setitik daripada minuman kaum sufiah yang bernama minuman hakikat itu jika diminum oleh sekalian makhluk niscaya memadailah untuk mereka dan memabukkan mereka semuanya serta mengeluarkan mereka dari wujud yang waham kepada wujud yang hakiki, dan juga menerangi muka dan mata hati mereka dengan segala nur ketuhanan. Maka terhapuslah kelam yang jasmani artinya hapuslah kelam tubuh itu dan pingsanlah mereka didalam alam ini dan karam dalam lautan ihsan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Tiap-tiap ibarat yang musykil maknanya terbit dari mereka pada maqam ini. Bahwasanya pada maqam ini hilang padanya tamyiz karena diterangi oleh matahari hakikat dan hilanglah segala bintang farq dari pandangan Ahli Thariqat. Bermula maqam ini bernama maqam jam'a dan yang mempunyai maqam ini tiada dipandangnya pada maqam itu melainkan hak Allah Ta'ala dan fana ia dengan hak segala makhluk hingga fana ia dari dirinya sendiri. Tetapi yang lebih sempurna ialah kembali ia kepada maqam farq sesudah sampai kepada maqam jam'a dan itulah yang disebut maqam baqa dan maqam ahli tamkin dan maqam ahli irsyad yaitu maqam sekalian Nabi-nabi Alaihi Shalatuwassalam dan sekalian mereka yang mewarisinya yaitu sekalian Ulama Al-Amalin dan karena inilah berkata Junaid Al-Baghdadi tatkala ditanya ia, Apakah kesudahan itu ? maka katanya, ialah kembali kepada permulaan inilah kesudahan itu.

Berkata Syeikh Ahmad dalam syarahnya, Bermula mereka yang sangat birahi yang karam di dalam lautan birahi itu jikalau diberi minum ia beberapa gelas atas bilangan sekalian nafas dan dijadikan sekalian alam ini satu gelas niscaya tiada jua memuaskannya yang diminumnya itu. Bermula yang demikian itu tiada berkesudahan dan bahwasanya yang dimaksud itu tiada mungkin dinyatakan dengan ibarat. Dan bahwasanya segala ibarat ulama sufiah menyatakan hakikat minuman itu hanyalah isyarat jua yang menghampirkan faham dan tiada meluaskan ia melainkan iman jua. Maka tiada yang merasai minuman itu melainkan mereka yang telah dikaruniai Allah masuk suluk dan sampai ia kepada maqam ihsan. Itulah yang tau akan rasa minuman tersebut dan tiada pula ia mengkhabarkan rasanya itu kepada orang lain sekali-kali. Adalah misalnya seperti barang yang jika bertanya mereka yang belum merasai lezat jima’ kepada mereka yang telah merasainya. Katanya apakah rasa jima’? maka tiadalah dapat mereka yang merasai itu memberi jawab hanyalah sekedar mengatakan rasa jima’ lezat yang amat sangat dan tiada didapatnya jawab yang lain dari itu. Maka jika mereka yang bertanya hendak mengetahui akan hakikat lezatnya itu maka tiada dengan bertanya kepada orang yang telah merasai hanyalah dengan dirasa dan diperbuat seperti yang telah diperbuatnya itu barulah ia tau akan rasanya itu. Dan jika ditanya pula ia akan hakikat lezatnya itu niscaya tiada pula dapat mengkhabarkan hakikat lezatnya hanyalah sekedar tau sendirinya jua. Karena itulah berkata Sayyidu Thoifah Sufiah Abu Qosim Junaid Al-Baghdadi, Semata-mata membenarkan dengan thariqat kami ini ialah Wilayatu Sughra.

Puas dan dahaga pula ia senantiasa jua mereka yang meminumnya

Senyuman dan mabuknya bermula mahbubnya itu memberi minum jua

Kata Syekh Ahmad dalam syarahnya, Tiada berhenti mereka yang meminum akan minuman kaum sufiah itu puas dan dahaga ia karena tiap-tiap puas ia niscaya bertambah dahagalah ia seperti kata setengah ulama, Dua orang yang sangat lapar tiada dapat kenyang. Keduanya itu pertama mereka yang menuntut ilmu dan kedua mereka yang menuntut akan dunia. Maka betapalah akan boleh kenyang dan boleh puas mereka yang menuntut akan hak Allah Taala dan yang dituntutnya tiada baginya kesudahan.

Adalah Alhamdani telah menghasilkan ia akan ilmu aqal dan sekalian ilmu naqal dan umurnya baru delapan belas tahun, maka berkata ia itu, Aku tilik pada halku kemudian daripada menghasilkan sekalian ilmu itu maka tiada aku dapat hatiku melainkan berhamburan jua. Maka aku berhadap kepada mentelaah akan sekalian kitab-kitab karangan Imam Ghazali empat puluh tahun lamanya hingga telah aku sifatkan dia dan aku pahami dia dan sangkaku hasillah maksudku. Maka tiba-tiba datang Imam Ghazali dan aku lazimi ia dua puluh hari lamanya, maka menerangilah ia atasku segala ihwal dan zohirlah bagiku pekerjaan yang jika aku tuntut ia seribu tahun niscaya tiada jua sampai yang demikian itu. Dan bahwasanya yang dituntut kaum sufiah itu ialah Zat Al-Haq SWT tiada menyimpang mereka itu atas nama dan sifat hingga jika berdiri mereka itu dalam tuntutnya selama-lamanya niscaya dilihatnya jua mereka pada permulaan berjalan.

1 comments:

Anonymous said...

Mana sambungan tulisannya? Koq digantung?