15 February 2008

3. Pengertian Tuhan dalam Ilmu Tauhid

Kalimat Tuhan dapat dipergunakan untuk apa saja yang dipuja dan yang disembah oleh Manusia. Baik persembahan yang benar atau persembahan yang salah.
Agar jangan salah sangka dalam hal ini. Maka sebaiknya kita perhatikan Firman Allah berikut ini :

اَ فَـرَءَ يْتَ مَنِ تَّـخَـذَ اِلــهَـه هَو ـهُ،وَ اَضَــلَّــهُ الـلّـــهُ عَـلىَ عِـلْـمٍ وَخَــتَـمَ عَـلى سَـمْـعِـه وَ قَــلْـبِـه وَ جَــعَـلَ عَـلى بَـصَـرِ ه غِشـوَ ةً فَـمَـنْ يَّــهْــدِ يْــهِ مِنْ بَــعْـدِ الـلّـــهِ اَ فَــلاَ تَـــذَ كَّــرُوْنَ

“Apakah engkau mengetahui. Orang yang memper-Tuhan-kan Hawa Nafsunya ? Dan Allah membiarkan mereka sesat, sesudah ia tahu. Dan Allah menutup rapat Pendengaran dan Hatinya. Dan DIA tutup Pemandangannya. (jika telah demikian). Maka siapakah yang dapat memberinya Petunjuk selain dari Allah ? Apakah mereka tidak mengambil Pelajaran” (Tentang yang demikian itu ?)”. (Q.S. Al-Jaatsiah : 23)

Selanjutnya, Kalimat “Tuhan” itu dapat diartikan dan dipergunakan untuk menamakan Persembahan yang sebenarnya. Ialah Tuhan Pencipta Alam Semesta ini tercantum di dalam Al-Qur-aan. Firman Allah :

فَاعْـلَـمْ اَ نَّــه لاَ اِلــهَ اِلاَّ الـلّـــهُ وَاسْــتَــغْـفِـرْ لـِذَ نـبِـكَ وَ لـِلْـمُـؤْ مِـنِـيْـنَ وَ الْـمُـؤْ مِـنـتِ وَ الـلّـــهُ يَــعْـلَــمُ مُــتَـــقَــلَّــبَـكُـمْ وَ مَــثْــو ـكُـمْ

“Maka ketahuilah ! Bahwasanya “Tidak ada Tuhan selain dari Allah”. dan mohonlah Ampunan (dari-Nya) Semua kesalahanmu dan kesalahan orang-orang yang Beriman baik Pria maupun Wanita ! Allah Maha Mengetahui tempat bekerjamu dan tempat istirahatmu” (Q.S. Muhammad : 19)

وَ اِلــهُـكُـمْ اِلــهٌ وَّ احِــدٌ، لاَ اِلـــهَ اِ لاَّ هُـوَ الــرَّحْــمـنُ الــرَّ حِــيْــمُ

“Tuhan-mu Tuhan Yang ESA. Tidak ada Tuhan yang lain hanya DIA. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Baqarah : 163)

اَلـلَـــهُ لاَ اِلـهَ اِلاَهُـوُ الْحَيُّ الْـقَــيُّـوْ مُ ، لاَ تَــأْ خُـذُ ه سِنَـةٌ وَّ لاَ نَــوْ مٌ

“Tiada Tuhan. Melainkan Allah. DIA Hidup kekal. Berdiri sendiri mengurus (Alam semesta). Tidak mengantuk dan tidak pula tidur” (Al-Baqarah : 255)

Kalimah Syahadat artinya ialah kita men-Tauhidkan Allah SWT Tuhan yang sebenarnya. Sebab jika Allah, sudah pasti Tuhan. Tetapi jika Tuhan, belum tentu Allah. Karena banyak kita lihat orang yang memper-Tuhan-kan Pohon Kayu besar. Batu yang dibuat Berhala. Memper-Tuhankan Jabatan. Memper-Tuhankan Diri dan Hawa Nafsunya. Serta memper-Tuhankan Uang. Sekiranya kita kutipkan semua, maka halaman pelajaran ini akan penuh. Hanya untuk Dalil-dalil seperti di atas. Sekiranya kurang puas, maka bukalah Al-Qur-aan dan Bacalah Kitab Hadits Rasulullah Saw. yang Mu’tabar.

Kalimat Tauhid, jika kita kembangkan, maka maknanya adalah “Aku Mengakui Tiada Tuhan Selain Allah”. Maka dapat diartikan “Aku Mengetahui atau Bersaksi”. Menetapkan dan mengakui dengan keyakinan yang mantap, alias tidak goyah lagi. Bahwa yang sebenar-benarnya di-Sembah hanya Allah semata. Dan dengan demikian aku menyatakan dengan sejujur nya : ”Perkataanku. Perbuatanku. Dan Perangaiku. Tunduk patuh terhadap Allah SWT. Tidak kepada yang lain”.
Pengertian yang demikian, hanya berlaku apabila seseorang itu, telah menetapkan bahwa ia beribadah hanya karena Allah semata. Dan ia tidak akan mau beribadah kepada yang selain Allah. Ini makna yang terkandung dalam pengertian “Tauhid Uluhiyah”. Selanjutnya jika seseorang mengatakan bahwa ia meyakini hanya Allah Tuhan sekalian ‘Alam. Ini makna yang terkandung dalam pengertian “Tauhid Rububiyah”. Kedua nama Tauhid tersebut akan kita bentang pada Bab mendatang. Marilah kita perhatikan Pengalaman orang-orang ‘Arif di dalam mencari kehadiran Allah yang meliputi seluruh ‘Alam ini :

كَــيْـفَ يَـتَـصَــوَّ رُ أنْ يَحْجُــبُـهََ شَيْءٍ وَ لَــوْ لاَ هُ مَاكَـانَ وُجُـوْ دُ كُلِّ شَيْءٍ

Bagaimana mungkin. Sesuatu bisa menjadi dinding bagi Allah, padahal kalau tidak karena DIA. Segala sesuatu itu tidak akan pernah ada !” (Faham orang ‘Arif-billah)

Tetapi orang-orang yang mendahulukan akalnya, maka mereka akan berkata bahwa Allah sudah pasti terdinding oleh sesuatu. Kalau tidak, maka sudah pasti dapat dilihat oleh Mata kasar manusia khususnya. Dan makhluq lain pada umumnya.
Menurut faham orang ‘Arif tadi. Begitulah pendapat orang yang kurang ‘ilmu tentang ke-Tuhanan padahal dinding itu adalah dirinya sendiri !!!
Perhatikan ayat :

هُـوَ اْلأَ وَّ لُ وَ اْلأخِرُ وَ الـظَّـاهِرُ وَ الْــبَاطِـنُ وَهُوَ بِكُـلِّ شَيْ ءٍ عَـلِــيْـمٌ

“DIA yang Awal. Dan DIA yang Akhir yang Zahir. Dan yang Batin. Dan DIA Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-Hadiid : 3)

لَــه مُـلْـكُ السَّـمـو تِ وَ اْلأَرْضِ وَ اِلَى الـلّـــهِ تُــرْ جَــعُ اْلأُ مُـوْ رُ

“Kepunyaan Allah Kerajaan Ruang Angkasa dan Bumi. Dan kepada Allah di kembalikan segala urusan. (Q.S. Al-Hadiid : 5)

يُـــوْ لـِـجُ الَّــيْـلَ فـِى الـنَّـــهَارِ وَ يُـوْ لـِجُـوْ الـنَّــــهَارَ فـِى الَّـــيْـلِ وَ هُوَ عَـلَــيْــمٌ بِــذَاتِ الـصُّــدُ وْ رِ

“DIA memasukkan Malam kepada Siang. Dan memasukkan Siang kepada Malam. DIA Maha Mengetahui apa yang ada dalam Dada (Hati seseorang)”. (Q.S.Al-Hadiid : 6)

وَ لَــقَـدْخَـلَــقْــنَـااْلاِ نْـسَانَ وَ نَــعْــلَـمُ مَـاتُــوَسْوِسُ بِــه نَــفْـسُـه وَ نَـحْـنُ أَ قْـرَ بُ اِلَــيْــهِ مِنْ
حَــبْــلِ الْــوَ رِ يْــدِ


“Dan sesungguhnya KAMI Menciptakan manusia. Dan KAMI mengetahui apa yang terguris di dalam Hatinya. Dan KAMI lebih dekat kepadanya dari pada Urat lehernya”. (Q.S. Qoof : 16)

Ayat di atas menerangkan kepada kita. Bahwa semua yang ada di Alam ini adalah dijadikan oleh Allah. Bukan terjadi dengan sendirinya. Seperti Pendapat Karl Marx dan Lenins yang Atheis (Anti Tuhan).
Maka sudah sewajarnya manusia menetapkan dari Lisan sampai ke dalam Lubuk Hati Sanubarinya bahwa :
Allah itu ada !
Sebelum Alam semesta itu ada.
Allah itu ada !
Sebelum makhluq Alam semesta itu ada

Allah itu ada !
Sebelum kata ada itu ada.
Allah itu senantiasa ada ! Walaupun kata ada itu sudah tidak ada !

Demikian sulitnya kita mencerna ‘Ilmu Tauhid itu. Sebab yang dikajinya adalah menetapkan segala kesimpulan dan kepercayaan Agama hanya dengan Dalil Yakin.
Yang arahnya menuju kepada “Al-Haq”. Untuk mengenal sesuatu yang Wajib. Dan yang Mustahil bagi Al-Haq dan Rasul-Nya.
Ilmu Tauhid adalah salah satu ilmu yang melaksanakan Ajaran Islam dan Bersumber dari Al-Qur-aan dan Sunnah-sunnah Rasul-Nya yang merupakan Ruh Islam. Dan tujuan ilmu Tauhid adalah untuk mempertebal Iman di dalam Islam, serta meninggikan Akhlaq bagi umat Islam.
Ilmu Tauhid adalah ilmu untuk ber-Ibadah dan untuk mendidik Rohani Manusia agar mudah melaksanakan Ibadah Wajib dan Sunnat, serta ber’amal yang baik. Sehingga diridhoi Allah Jalla Wa’azza. Sehingga Manusia mengenal suatu cabang ‘ilmu : “Syari’at”. “Thariqat”. Haqikat”. “Ma’rifah”. Yang kesemuanya itu adalah kembali kepada ‘ilmu Allah SWT. Bukan ilmu rakitan manusia, atau rakitan para Ulama-ulama dahulu. Mereka-mereka hanya membuat suatu Metoda, yaitu jalan pintas agar orang lebih mudah memahaminya, dan mudah melaksanakan ilmu tersebut.
Ilmu Tauhid menitik beratkan : Kalimat Syahadat. Shalawat. Wirid. Berdo’a disertai Zikir yang tetap. Tujuannya adalah agar manusia mendapat Natijah yaitu “Petunjuk dan Bimbangan dari Allah”. Sehingga terhindar dari rayuan gombal setan yang sering bergentayangan di muka bumi ini, lalu manusia akan tertarik Hatinya Berpindah Qiblat kepada Iblis La’natullah. Yang pada akhirnya akan masuk ke dalam Neraka Jahannam bersama-sama si-Iblis dan Kroni-kroninya.
Ilmu Tauhid mengharapkan kehalusan Budi pekerti. Mengharapkan Kebersihan Hati. Kemurnian Jiwa. Hati diajak Syuhud hanya kepada Allah SWT bukan kepada yang selain Allah. Dengan demikian datanglah Wajibnya kepada kita untuk betul-betul mendalami makna “Dua Kalimah Syahadat” yang kita bincangkan ini.
Dan bagi sebagian Ahli Tauhid menyatakan bahwa kebanyakan manusia zaman sekarang untuk melafazkan Syahadat itu saja sudah bersalah-salahan. Konon pula mau menetapkan makna dan kandungan isi Syahadat tersebut. Seperti :

أَ شْـــهَـــدُ أ نْ لاَ إِ لـــهَ إِ لاَّ الـلّـــــــهُ

Indonesianya kalau dibaca dengan jelas :
“Asyahadu Anlaa Ilaaha Illa-llah”.
Jika kita baca secara Leterlet sedemikian rupa, maka makhrajnya jadi salah. Sebab menurut Abjad Arab dan ilmu Tajwid, huruf “AN” itu tersembunyi, tidak boleh dinyatakan.
Jika itu dinyatakan, maka akan hilang makna Tauhidnya. Maka dengan demikian tanpa disengaja, kita akan terseret kelembah dosa. Karena menzahirkan masalah yang tersembunyi. Yang benar Ucapan atau Lafaznya ialah : “Asyhadu – Alla – Ilaaha – Illal - llah”.
Demikian bunyi aslinya, agar utuh makna dan artinya. Dan tidak menyeret kita ke lembah dosa. Kita mengambil contoh dengan kalimat di bawah ini :

أَشْــهَـدُ أَنْ لاَ اِلــهَ إِلاَّ الـلّـــهُ وَ أَشْــهَــدُ أَنَّ مُحَـمَّــدًا رَّسُوْ لُ الـلّــــهُ
لاَ إِ لــهَ إِلاَّ الـلّـــهُ مُحَــمَّــدٌ رَّسُــوْ لُ الـلّــــهُ

Kita perhatikan dengan teliti. Mengapa jika Awalannya Asyhadu. Maka pada Kalimat Akhirnya “Muhammadar-Rosulullah”. Selanjutnya manakala Awalan Kalimatnya adalah “Laa - Ilaaha – Illallah”. Maka pada Kalimat Akhir akan berbunyi : ”Muhammadur-Rosulullah”.
Demikianlah agar jangan salah dalam membaca Kalimat aksara Arab tersebut. Seperti antara “Dar”- dengan “Dur” itu. Yang kita ketahui, bagi orang awam kalimat demikian ini akan disamakannya saja. Masalahnya hanya itu-ke-itu saja Koq ! Inilah yang bisa gawat.

Demikianlah suatu contoh yang seharusnya benar-benar diperhatikan oleh Kaum Muslim yang ingin baik. Dan bagi mereka-mereka yang mendalami ‘Ilmu Tauhid. Sebab mudah saja Lidah yang tidak bertulang terperangkap dengan Aksara Arab tersebut, sehingga bacaan kita menjadi salah. Salah baca, salah arti. Salah arti berarti salah maknanya. Untuk itu, hati-hatilah di dalam memahami Dua Kalimah Syahadat itu. Sebab tidak terlepas dari Metoda para Ahli Tasawwuf. Karena mereka sangat Faham dengan penjelasan masalah ini secara mendalam, sehingga mendasar. Kita perhatikan Hadits :

بُـنِيَ اْلإِسْـلاَ مُ عَـلىَ خَـمْــسٍ شَــهَادَ ةِ أَنْ لاَ إِ لــهَ إِلاَّ الـلّــــهُ ..

"Islam itu dibangun atas Lima (dasar), yaitu : "Bersaksi Bahwa Tidak ada Tuhan. Melainkan Allah dan seterusnya…… (HR. Bukhari & Muslim)

Perintah Allah yang paling agung adalah Tauhid, yaitu jangan menyekutukan Allah dengan yang lain dalam beribadah. Oleh karena itu, manusia yang ingin memeluk Agama Islam, ia wajib mengucapkan Kalimah Sumpah. Kalimah Janji setia. Melalui ucapan Dua Kalimah Syahadat. Selanjutnya perintah Allah yang sangat berkesan, adalah jangan melakukan Syirik. Yaitu beribadah kepada yang selain Allah di samping beribadah kepada-Nya. Dalil untuk ini :

وَ اعْــبُـدُ الـلّـــهَ وَ لاَ تُـشْـرِكُــوْ ابِــه شَــيْـــأً.....

"Sembahlah Allah. Dan janganlah kamu persekutukan DIA dengan apa juapun". (Q.S. An-Nisaa’ : 36)

Demikian kunci "Tauhid" telah di isaratkan Allah kepada seluruh manusia. Apakah kita sudah tidak mau lagi menerima Perintah Allah ? Tinggal terserah diri pribadi masing-masing. Sebab diri itu hanya satu. Kalau yang satu itu masuk ke neraka, maka kita juga yang merasakannya. Kalau yang satu itu Ibadahnya diridhoi Allah SWT, maka kita juga yang merasakan. Hadits Shohih Rasulullah Saw. pada lembaran awal adalah Hadits penjelasan yang memuat seluruh masalah tentang Islam. Di dalam mengucapkan “Dua Kalimah Syahadat” diterangkan secara global. Bersabda Rasulullah Saw. :

“Bahwa Tiada Tuhan yang pantas untuk disembah. Melainkan hanya Allah”. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwa Muhammad itu, adalah hamba dan Rasul-Nya”.

Maksudnya, hendaklah kita melakukan penyerahan diri secara total dengan segenap “Jiwa. Raga. Akal. Fikiran. Urat. Darah. Daging. Tulang. Dan lain sebagainya”. Sebab segala sesuatu yang ada pada diri kita atau yang di Alam ini, adalah ciptaan Allah SWT. Mari kita perhatikan Firman Allah di dalam Al-Qur-an :

اَ لَـمْ نَـجْـعَـلِ اْلاَرْضَ مِـهـدًا. وَّ الْجِـبَالَ اَوْ تَـادًا. وَّخَـلَــقْـنكُـمْ اَزْوَ جًا وَّجَــعَــلْــنَـا نُــوْ مَـكُـمْ سُــبَا تًـا . وَّجَــعَــلْـــنَـاالَّــيْــلَ لِــبَاسًا. وَّجَـعَـلْــنَـاالــنَّــهَـارَ مَــعَـاشًـا. وَّ بَـنَـيْــنَا فَـوْ قَــكُـمْ سَــبْــعًاشِدَادًا . وَّجَـعَـلْــنَاسِرَاجًاوَّهَّاجًا. وَّ اَ نـزَ لْــنَامِنَ الْـمُـعْصِرَ اتِ مَآءً ثَجَّاجًا . لــِنُخْـرِ جَ بِـه حَــبًّـا وَّ نَـــبَا تًـا . وَ جَــنَـتٍ اَ لــــفَـا فًـا

“Bukankah KAMI telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan ? Dan Gunung-gunung sebagai pasaknya (pengaman) ? Dan KAMI jadikan kamu berpasang-pasangan ? Dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan KAMI jadikan Malam sebagai pakaian. Dan KAMI jadikan Siang untuk mencari penghidupan. Dan KAMI bina di atas kamu Tujuh Ruang Angkasa yang kokoh dan (rapi). Dan KAMI jadikan Pelita sangat terang (Matahari). Dan KAMI turunkan dari Awan, Air yang banyak mencurah. Dan dengan Air itu KAMI tumbuhkan Biji-bijian. Serta tumbuh-tumbuhan. Dan Kebun-kebun yang sangat lebat (dan subur) ?” (Q.S. An-Nabaa’ : 6 s/d 16)

اِنَّ فِى خَـلْـقِ السَّمـوتِ وَ اْلاَرْضِ وَاخْــتِــلاَ فِ الَّـــيْــلِ وَ الـنَّـــــهَارِ وَ الْــفُــلْـكِ الَّــتِـيْ تْـجْـرِيْ فِى الْـــبَحْرِ بــِمَا يَـنْـفَـعُ الـنَّاسَ وَمَآ اَنـزَ لَ الـلّــهُ مِنَ السَّــمَـآءِ مِنْ مَـآءٍ فَــاَحـْـيَا بِـهِ اْلاَرْضَ بَـعْـدَ مَـوْ تـِـهَا وَ بَثَّ فِــيْــهَامِنْ كُـلِّ دَ آ بــَّـةٍ، وَّ تَـصْـرِ يْـفُ الـرِّ يــــحِ وَالسَّحَابِ الْـمُسَـخَـرِ ِبَــيْـنَ السَّــمَـآءِ وَ اْلاَرْضِ َلا يـتٍ لّــِقَــوْ مٍ يَّــعْــقِـلُــوْ نَ

“Sesungguhnya dalam penciptaan Ruang Angkasa dan Bumi. Dan silih bergantinya Malam dan Siang. Juga Bahtera yang berlayar di laut membawa keperluan manusia. Dan air hujan diturunkan Allah dari langit. Lalu dengan air itu DIA hidupkan Bumi yang tandus. Dan DIA kembang biakkan segala jenis Hewan. Serta (dikendalikan-Nya) perkisaran Angin dan Awan antara Langit dan Bumi. (semua itu) Sungguh-sungguh menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Allah, bagi kaum yang mau memikirkan. (Q.S. Al-Baqarah : 164)

اَ لَـمْ تَــرَوْا كَــيْـفَ خَـلَــقَ الـلّـــهُ سَــبْــعَ سَـمـوَتِ طِــبَـاقًـا. وَجَـعَـلَ الْـقَـمَـرَ فـِـيْــهِـنَّ نًــوْرًا وَّجَـعَـلَ الـشَّـمْسَ سـِرَاجًـاوَ الـلّـــهُ اَ نْــبَـتَــكُـمْ مِّنَ اْلاَرْضِ نَــبَـا تًـا . ثُـمَّ يُــعِـيْـدُ كُـمْ فِــيْــهَـا وَ يـُـخْرِجُـكُـمْ اِخْـرَ اجًـا

“Tidakkah kamu perhatikan. Bagaimana Allah menciptakan Tujuh Ruang angkasa bertingkat-tingkat ? Dan diciptakan-Nya di Ruang Angkasa itu Bulan bercahaya. Dan Matahari bersinar (memancarkan cahaya) Dan Allah Menciptakan kamu dari Tanah, dengan sebaik-baiknya. Kemudian DIA mengembalikan kamu ke dalam Tanah. Dan mengeluarkan kamu dari padanya (pada hari Qiyamat, dengan sebenar-benarnya)”. (Q.S. Nuh : 15 s/d 18)

اَ فَـرَ أَ يْــتُــمْ مَّاتُـمْــنُـوْ نَ . ءَ اَ نْــتُــمْ تَخْــلُــقُـوْ نَــه اَمْ نَحْـنُ الْخَالِـقُـوْنَ . نَـحْـنُ قَـدَّ رْ نَـا بَــيْـنكُـمُ الْـمَـوْتَ وَ مَانَـحْـنُ بِـمَـسْــبُـوْ قـِيْنَ . عَـلىَ اَنْ نُّــبَـدِّ لَ اَمْــثَـالَــكُـمْ وَ نُــنْــشِـئَــكُـمْ فـِيْ مَـالاَ تَــعْـلَــمُوْ نَ . وَ لَــقَـدْ عَــلِـمْـتُــمُ الـنَّـشْـأَ ةَ اْلاُوْلى فَـــلَـوْ لاَ تَـذَ كَّــرُوْنَ . اَ فَـرَ ءَ يْــتُـمْ مَّا تَحْـرُ ثُــوْ نَ . ءَ اَ نْــتُـمْ تَـزْ رَ عُـوْ نَــه اَ مْ نَـحْـنُ الـزَّ ارِعُـوْ نَ . لَـوْ نَـشَـآءُ لَـجَـعَــلْــنـهُ حُـطَـامًافَـظَــلْــتُـمْ تَــفَــكَّـــهُـوْنَ . اِ نَّـالَـمُـغْـرَ مُوْ نَ بَـلْ نَـحْـنُ مَحْـرُوْ مُـوْنَ . اَ فَـرَءَ يْـتُــمُ الْـمَآءَ الَّـذِ يْ تَــشْـرَ بـُوْ نَ . ءَ اَ نْــتُــمْ اَ نْــزَ لْ تُــمُـوْ هُ مِنَ الْـمُـزْنِ اَ مْ نَـحْـنُ الْـمُـنْـزِ لُـوْ نَ . لَـوْ شَآ ءُ جَـعَــلْــنـهُ اُجَـاجًا فَــلَــوْ لاَ تَـشْــكُــرُوْ نَ . اَ فَـرَ ءَ يْـــتُــمُ الـــنَّـارَ الَّــتِـيْ تـُـوْرُوْنَ
ءَ اَ نْــتُــــمْ اَ نـشَــأْ تُــمْ شَجَــرَ تَـــهَـآ اَ مْ نَـحْـنُ الْـمُــنْــشِـئُــوْنَ نَـحْـــــنُ جَــعَــلْــنــهَا تَــذكِــرَ ةً وَّ مَــتَـاعًـا لِّــلْــمُـقْــوِ يْــنَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan tentang Nuthfah (mani) yang kamu pancarkan ? Kamukah yang menciptakannya? atau KAMI yang menjadikannya ? KAMI telah menentukan Kematian di antara kamu. Dan KAMI sangat Kuasa untuk menggantikan kamu dengan orang orang yang seperti kamu (dalam Dunia). Dan menjadikan kamu (di Akhirat) dalam bentuk yang tidak kamu ketahui ! Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui Penciptaan yang pertama. Maka mengapa kamu tidak mengambil Pelajaran ? (Bukankah lebih mudah untuk menciptakan kali yang kedua ?). kemudian Apakah kamu perhatikan apa yang kamu tanam ? Kamukah yang menumbuhkannya ? atau KAMI yang menguraikan kelopaknya ? Jika KAMI kehendaki. Pastilah KAMI jadikan ia kering kerontang dan hancur luluh. Dan kamu akan jadi heran dan tercengang. Sembari berkata : “Sesungguhnya kami menderita kerugian”. Bahkan kami telah menjadi orang yang bangkrut, tidak mendapat apa-apa”. Kemudian Apakah tidak kamu perhatikan air yang kamu minum ? Kamu kah yang menurunkannya dari Awan, atau KAMI yang melimpahkannya ? Kalau KAMI kehendaki. Niscaya KAMI jadikan air itu Asin. Tetapi. Mengapa kamu tidak mau bersyukur ? Dan tidakkah kamu memperhatikan Api yang kamu nyalakan. Dengan menggesek-gesekkan Kayu. Kamukah yang menciptakan Kayu itu. atau KAMI yang menjadikannya ?! Padahal KAMI jadikan Api itu untuk Peringatan. Namun berguna bagi Musafir yang berada di padang Pasir”. (Q.S. Al-Waqi’ah : 58 - 73)

Maka tidak samar bagi orang yang mempunyai akal, walau yang paling bodoh sekalipun. Sebab dengan akalnya ia akan dapat merenungkan serta berfikir, terhadap segenap kandungan isi ayat-ayat di atas tersebut. Dan memutar fikirannya terhadap keajaiban-keajaiban Ciptaan Allah, dan seharusnya kita sangat Ta’jub dan terkesan terhadap Firman Allah Ta’ala di dalam Al-Qur-aan :

اَ فـِى الـلّــــهِ شَــكٌّ فَاطِـرَ الـسَّــمـوَ اتِ وَ اْ لاَرْضِ

“Apakah ada keraguan kalian terhadap Allah Pencipta Ruang Angkasa dan Bumi ?” (Q.S.Ibrahiim : 10)

Ayat ini dalam rangka seruan agar manusia menta’ati Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Esa. DIA yang memberi nikmat kepada manusia. Nikmat melihat. Nikmat mendengar. Nikmat berkata-kata. Nikmat berfikir. Nikmat Islam. Nikmat Iman. Nikmat segala Nikmat, yang dilimpahkan Allah untuk manusia.

رَبُّ الْـمَشْرِقَــيْـنِ وَرَبُّ الْـمَـغْـرِ بَــيْـنِ . فَـبِأَيِّ اَ لآءِ رَ بِّـكُـمَا تُــكَــذِّ بَـانِ

“Tuhan yang menentukan kedua tempat terbitnya Matahari dan kedua tempat terbenamnya (diwaktu musim panas dan musim dingin). ”Maka Nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu Dustakan ?”. (Q.S. Ar-Rahmaan : 17 - 18)

Berdasarkan ayat di atas, kalimat Tauhid : “Aku mengakui Tidak ada Tuhan yang wajib di sembah melainkan Allah. Dengan demikian aku menyatakan dengan Perkataanku. Perbuatanku. Dan Kelakuanku”.
Pengertian yang demikian wajib kita tanamkan ke dalam lubuk Hati Sanubari, sehinga mantap Hati melaksanakan Ibadah hanya karena Allah, bukan karena yang lain. Dan inilah kalimat yang terkandung dalam pengertian Tauhid Uluhiyyah.
Ilmu Tauhid Uluhiyyah inilah yang memerlukan dalil. Ingin tahu untuk apa sebenarnya Allah mengutus para Rasul-Nya kemuka Bumi ini ?
Mari kita perhatikan ayat Al-Qur-aan di bawah ini :

وَ مَآ اَرْسَـلْـــنَـا مِنْ قَــبْـلـِكَ مِنْ رَّسُـوْ لٍ اِلاَّ نُــوْحِى ا ِلَــيْــهِ اَ نَّــــهُ لاَ اِ لــــهَ اِ لاَّ اَ نَـا فَـاعْـــبُـدُ وْ نِ

“Dan KAMI tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan KAMI Wahyukan kepadanya. Bahwasanya “Tidak ada Tuhan selain AKU”. Maka sembahlan AKU”. (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 25)

وَ لَــقَـدْ بَــعَــثْـــنَـا فـِيْ كُـلِّ اُ مَّــةٍ رَّسُـوْ لاً اَنِ اعْــبُـدُوْاالـلّـــهَ وَ اجْــتَــنِــبُـواالــطَّاغُـوْتَ

“Dan Sesungguhnya KAMI telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (yang menyeru) “Sembahlah Allah. dan jauhilah Toghut (selain Allah)”. (Q.S. An-Nahl : 36)

Menyembah kepada Allah hendaknya lahir dari Hati yang murni, sehingga betul-betul Ta’at dan patuh kepada yang wajib kita ta’ati. Dan sebagai tanda keta’atan kita tersebut. Maka bertawakkallah kepada Allah semata. Percaya kepada Kekuasaan-Nya. Dan menurut logikanya orang yang cinta kepada Allah, maka ia akan selalu menyebut Nama Allah. Dan bersedia melaksanakan Syari’at-Nya. Bersifat dan berperangai baik. Baik dalam bentuk Perkataan, Perbuatan, atau Sikap Jiwanya, sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Karena itu, setiap individu Muslim benar-benar yakin bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Dan Keyakinan yang demikian itu, lahir dari dalam lubuk Hati yang paling dalam.
Sehingga pengakuan Lidahnya benar-benar sesuai dengan penyaksian Hatinya. Dengan demikian semoga nilai kehambaannya meningkat dan bertambah mantap, serta pengaruhnya akan bertambah kuat ke dalam Jiwa orang itu. Sehingga orang tersebut akan memohon pertambahan ilmu yang berkaitan dengan Agama yang dianutnya. Dan ia akan mengakui segala kekurangannya di hadapan Allah SWT.
Karena ia menyadari bahwa sedetikpun ia tidak pernah lepas dari Kekuasaan Allah. Dan dapat ia rasakan di dalam hidupnya ia terus menerus menerima Nikmat-nikmat Allah dari segala penjuru, sehingga ia tak dapat menghitungnya. Walaupun sekecil-kecil hitungan.
Jika manusia sudah dikuasai oleh sifat-sifat kehambaan, maka ia akan terhindar dari menyembah yang selain Allah. Sebab ia akan benar-benar mengakui bahwa ia adalah hamba Allah, dan meyakini kebenaran itu datangnya hanya dari Allah. Dan yang wajib disembah hanya Allah. Jika pola berfikir yang demikian ini telah terpatri di dalam Hati seseorang, Insya Allah ia akan selamat Dunia & Akhirat. Karena ini adalah suatu derajat yang paling tinggi bagi seorang hamba.

Tauhid Rububiyah Melahirkan Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Rububiyyah ialah merupakan keyakinan yang bulat dalam bentuk pengakuan bahwa Allah adalah sumber segala kejadian. Dengan keyakinan yang demikian itu, maka akan lahirlah “Tauhid Uluhiyyah”. Yaitu, setelah diakui kebenarannya sebagai pencipta segala yang ada. Maka lahirlah dalam Jiwa suatu bentuk pengakuan, jika demikian, yang wajib disembah hanya Allah semata. Tidak ada sesuatu yang lain berhak disembah selain dari Allah. Sebab DIA-lah yang menciptakan manusia dan seluruh Alam ini. Metode yang demikian ini, adalah metode yang cukup ringkas dan mudah dimengerti dan sangat jelas arahnya dalam memberikan penjelasan kepada kita. Karena seringkali kita dapati suatu metode yang berliku-liku, sehingga kabur dalam penjelasanya.
Kita perhatikan ayat pendukung bagi Tauhid Uluhiyah :

اَ يُـشْرِكُــوْنَ مَالاَ يـَخْــلُـقُ شَـيْـأً وَّ هُمْ يـَخْـلَــقُـوْنَ
وَ لاَ يـَسْــتَـطِــيْـعُوْنَ لَــهُمْ نَـصْـرًاوَّ لاَ اَ نْـفُسَــهُـمْ يَــنْـصُـرُوْ نَ

“Apakah mereka mempersekutukan Tuhan (dengan berhala-berhala) yang tidak sanggup menciptakan apa jua pun ? Sementara berhala-berhala itu sendiri adalah buatan Manusia”. “Dan berhala-berhala itu tidak mampu menolong penyembahnya. Dan ia sendiri tidak sanggup menolong dirinya”. (Q.S. Al-A’raaf : 191 - 192)

Sangat jelas keterangan ayat di atas, bahwa sesembahan yang selain Allah, adalah lemah. Sekalipun lalat menyerang, sesembahannya itu tidak akan dapat menghalau atau menghindar dari serangan lalat tersebut. Oleh sebab itu, akal yang sehat tidak akan bisa menerima sesembahan selain dari Allah. Dan tidak dapat menerima jika Allah disamakan dengan Tuhan-Tuhan mereka yang Kuffar.
Telah jelas bagi kita bahwa Allah adalah Pencipta segala yang ada. Dan yang selain dari Allah adalah makhluq. Makhluq pasti sangat lemah dan banyak kekurangannya. Untuk itu berfikirlah wahai Insan …

Ada beberapa hal yang akan membatalkan Iman.
1. Jahil/Bodoh tentang ADA-nya Allah.
2. Jangan ada prasangka atau kira-kira terhadap yang kita yakini, sebab itu juga akan membatalkan Iman !
3. Tauhid Meng-ESA-kan Allah pada Af’al-Nya. Pada Sifat-Nya. Pada ZAT-Nya.
4. Pengenalan terhadap Allah. Tujuannya ialah untuk mendekatkan diri dengan berbagai metoda. Agar Hamba bisa dekat dengan Allah, agar mantap yang ber-Agama itu.
5. Ada Ilmu lewat Syari’at.
6. Ada Ilmu lewat Thariqat.
7. Ada Ilmu lewat Hakiqat.
8. Ada Ilmu lewat Ma’rifat.
Semua ilmu itu baik. Jika ada orang yang berkata bahwa Ilmu-ilmu diatas itu tidak betul. Maka orang yang berkata itulah yang tidak benar dalam melaksanakan Agamanya.

0 comments: