28 May 2008

1. Adab Sebelum Sholat

1. Berkata Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya pada bab yang menerangkan arti mendirikan Sholat dengan mengemukakan pendapat para Sahabat dan Tabi’in yaitu berkata Ibnu ‘Abbas. ra :

إِ قَـامَـةُ الـصَّـــلاَ ةِ : إِ قَـامَــةُ فُـرُوْ ضِـــهَـا

“Mendirikan Sholat ialah melaksanakan segala Fardhunya (Rukun-rukunnya)”.

2.
Adh-Dhohaq menerangkan, Ibnu ‘Abbas berkata :

إِ قَـامَــةِ الـصَّــلاَ ةِ إِ تْــمَامُ الرُّ كُـوْ عٍ وَ السُّـجُـوْ دِ وَ الـتَّـــلاَ وَ ةِ وَ الْـخُـشُـوْ عِ وَ اْلإِ قْـــبَـالُ عَــلَــيْــهَـا فِــيْـــهَـا

“Mendirikan Sholat ialah menyempurnakan Ruku’, Sujud, Tilawah (bacaan). Khusu’, dan menghadapi Sholat dengan sesempurna-sempurnanya”.

إِ قَـامَــةُ الـصَّــلاَ ةِ الْــمُـحَا فِــظَــةُ عَـلىَ مَــوَ ا قِــيْــتِـــــــــــهَا وَ وَ ضُـوْ ءِ هَـا وَ رُ كُـوْ عِــهَـا
وَ سُـجُـوْ دِ هَـا

“Mendirikan Sholat ialah tetap memelihara waktu waktunya, serta Wudhu'nya. Ruku’ dan Sujudnya”.

Apabila ketiga makna di atas dikumpulkan maka menjadilah artinya : Mendirikan Sholat itu ialah :
- Memelihara waktu-waktunya.
- Menyempurnakan Khusu’nya.
- Dan melaksanakannya dengan sungguh sempurna !
Sempurna berdirinya, sempurna Takbirotul Ihramnya, sempurna Rukuknya, sempurna I’tidalnya, sempurna Sujudnya, sempurna Zikirnya, sempurna Do’anya, sempurna Khusu’nya, sempurna kehadiran Hatinya dan sempurna segala Adabnya.
Tegasnya, mendirikan Sholat ialah “Mewujudkan Ruh dan Haqikat Sholat dalam pelaksanaannya” sehingga tercapai Hikmah dan rahasia Sholat tersebut.
Al-Allamah As-Sayid Rasyid Ridho :
“Mendirikan Sholat ialah melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Dengan cara yang paling sempurna, yaitu melaksanakan Sholat karena pengaruh rasa “Kebesaran Allah serta Kemuliaan-Nya. Kemudian menunaikannya dengan Khusu’ kepada Allah”.
(Tafsir Al-Manar. Juz I halaman 50)
Abdul Aziz Al-Kully dalam kitab Ad-Adabun Nabawy : “Mendirikan Sholat ialah melaksanakannya dengan sebaik-baiknya serta berupaya Khusu’ di dalamnya. Memikirkan segala makna-makna dan tetap ingat Allah dan dengan sebenarnya Sholat itu dilaksanakan hanya untuk Allah, hanya kepada Allah kita berserah diri”.


Tata Tertib Sholat Sebelum Takbir.

a. Adab memulai Sholat :
Sholat adalah tiang Agama Islam. Pembuka pintu surga. Batas yang memisahkan antara Islam dan non Islam. Oleh karena itu, wajiblah bagi Mukmin memberikan perhatian sepenuhnya kepada Sholat yang akan dilaksanakannya. Cermat serta bersungguh-sungguh. Semoga bisa menjadi gapura kemenangan Dunia dan Akhirat.
Apabila kita mau mendirikan Sholat. Dan semoga Sholat tersebut bisa mencegah “Keji dan Munkar”. Dan semoga dalam pelaksanaan nantinya mendapat Ridho dari Allah SWT.
1. Hendaklah kita laksanakan Sholat sesuai menurut petunjuk dan tuntunan Rasulullah Saw. dan menurut kaifiat dan sifat yang telah dilaksanakan dan dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
2. Hendaklah tiap-tiap perbuatan di dalam Sholat disesuaikan benar-benar dengan Tata cara yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw. Walaupun banyak yang beralasan, mana mungkin kami bisa, karena kami tak pernah berjumpa dengan Beliau. Jika demikian ?! Sebaiknya Anda belajar dengan baik, agar jadi manusia yang tidak hanya ikut-ikutan, bahkan Sholat seperti anak-anak yang belum baligh. Malulah kita kepada Allah SWT.
3. Hendaklah kita memahami sebaik-baik faham tentang ilmu mengenai Sholat yang akan kita laksanakan. Dan sebaiknya fasih pula dalam bacaan agar Allah membukakan segala rahasia Sholat.
4. Tegasnya ! Hendaklah kita penuhi segala Adab-adab yang telah diterangkan oleh para Ustadz / Ustadzah, Mu’alim dan para Guru-guru yang menyampaikan kepada kita. Namun sering kita lihat, yang belajar itu tidak menggubris apa yang disampaikan oleh Gurunya. Untuk itu, janganlah menjadi orang yang keras hati dalam menerima pelajaran. Sehingga pelajaran yang baikpun payah masuk. Jangan perdulikan siapa yang menyampaikan ajaran yang dari Allah dan Rasul-Nya. Itu sudah pasti baik.
5. Ingatlah ! Selagi bisa. Kita upayakan sebaik mungkin cara kita menghadap Allah SWT. Kare na pada saat itu, kita benar benar mengaku sebagai hamba yang memiliki kelemahan dan kerendahan. Dan sangat kecil disisi Allah. Sekecil debu yang menempel di terompah Nabi Saw. Kita mengaku bahwa kita benar-benar sangat bergantung kepada Allah SWT. DIA Maha Kuasa. Maha Sempurna. Dan Maha Perkasa.
Kemudian Qomat :


اَلـلّـــهُ اَ كْــبَـرُ– اَلـلّـــهُ اَ كْــبَـرُ . اَشْـهَـدُ اَنْ لاَ اِلــهَ اِلاَّ الـلّـــهُ . اَ شْــهَـدُ اَنَّ مُحَــمَّـدً ارَّ سُـوْ لُ الـلّـــهُ . حَـيَّ عَـلىَ الصَّـلاَ ةِ حَـيَّ عَلىَ الْـفَـلاَ حْ . قَـدْ قَـامَتِ الصَّـلاَ ةِ قَدْ قَـامَتِ الصَّلاَ ةِ . اَلـلّـــــهُ اَ كْــبَـرُ– اَلـلّـــــهُ اَ كْــبَـرُ . لاَ اِلــهَ اِلاَّ الـلّــــــــــهُ
Jawaban yang lain sama dengan jawaban ketika mendengar suara Azan dikumandangkan. Dibawah ini jawaban Makmun ketika mendengar Mu’azzin membaca Qodqo matis-Sholah. 2 x :

اَقَـامَـهَاالـلّـــهُ وَ اَدَ مَـهَامَدَامَتِ السَّـموَاتِ وَ اْلأَرْضُ وَجَـعَـلَـنِى مِنَ الـصَّـالِـحِـيْـنَ

“Mudah-mudahan Allah menegakkan Sholat ini. dan mengekalkannya selama masih ada Bumi dan Langit dan menjadikan saya termasuk golongan orang yang shaleh”.
Do’a setelah Iqomat :

اَ قَـا مَــهَـا الـلّـــهُ وَ اَدَ مَــهَا وَجَــعَــلَـنِى مِنَ الـصَّـالِـحِـيْـنَ

“Mudah-mudahan Allah menegakkan Sholat ini dan menjadikan saya termasuk golongan orang-orang yang shaleh”.


6.
Berdiri dengan lurus menghadapkan muka ke arah Qiblat, dengan menundukkan muka dan kepala. Mata tetap memandang ke tempat Sujud.
7. Perbaharuilah Taubat dari segala Dosa. Baik itu dosa besar, dosa kecil, dosa zahir dan dosa batin yang terlanjur kita kerjakan masa lalu dan masa sekarang.
8. Pelihara Hati dari berbagai gurisan yang bermacam ragam, yang tumbuh dari lintasan yang akan memalingkan Hati hudhur kepada Allah. Pada sedetik saat itu, kita perbaharui penyesalan. Mohonlah kepada Allah, semoga Sholat yang kita laksanakan saat itu jangan tertolak. Oleh karena kemaksiatan yang telah kita lakukan pada saat sebelum berdiri sekarang ini.
9. Mohon kepada Allah agar dibentengi dari Syetan yang mengguris-guris Hati orang yang Sho lat, dengan ucapan yang terbit dari lubuk Hati :

رَبِّ اَعُـوْ ذُ بِـكَ مِنْ هَــمَـزَ اتِ الـشَّــيَـاطِـيْـنَ وَ اَعُـوْ ذُ بِكَ رَبِّ مِنْ اَنْ يـَحْـضُـرُوْنَ

“Tuhan-ku. Aku berlindung diri dengan Engkau Tuhan-ku. Dari guris-gurisan Syetan. Dan aku berlindung diri dengan Engkau. Tuhan-ku dari kehadiran Syetan-syetan itu”. (HR. Abu Daud)


Dalam melaksanakan Sholat, jangan tergesa-gesa, sehingga sibuk tak menentu. Jangan ikuti perangai buruk yang bisa membahayakan diri sendiri. Karena banyak kita lihat orang terburu-buru, sehingga Wudhu'nya tidak teratur dengan baik.



Adab-adab Khusus Terbagi Dua :
1. Adab khusus yang zahir dilaksanakan oleh anggota Tubuh yang zahir dibawah perintah Hati.
2. Adab Khusus yang Batin dilaksanakan oleh anggota Batin. Namun, lahir bekasnya pada anggota yang Zahir”.

Adab Batin dalam Sholat.

1. Adab tatkala berdiri :
Tatkala saat berdiri untuk menghadap Yang Maha Agung. Maka berdirilah dengan sebaik-baik berdiri. Berdiri tegak lurus, sigap sebagaimana tentara berbaris. Jangan malas-malas ! Ingatlah ! Anda berdiri dihadapan Allah ‘Azza Wajalla. yang menciptakan sekalian Alam ! Wajib anda ingat !!!
Kita berdiri menghadapkan seluruh jiwa raga, urat, darah, daging dan tulang. Menghadapkan Hidup dan Mati. Menghadapkan segala urusan Dunia dan Akhirat. Kita hadapkan diri ke arah Qiblat. Menunjukkan bahwa kita memalingkan Jiwa dari segala kekejian dan kemungkaran. Berpaling dari segala najis yang bertebaran di alam Dunia ini. Segala pekerjaan kita itu kita serahkan hanya kepada Allah SWT semata-mata. Ingatlah !!! DIA Maha “Hayyun Wa Qoyyum”. (Maha Hidup dan mengurus segala sesuatu dengan sendiri-Nya). DIA tidak berhajat kepada yang lain. Anda Ingat !!! Allah SWT adalah bersifat dengan “Qiyamuhu Bin Nafsih”. (mengurus segala sesuatu dengan sendiri-Nya). Maka berdiri dan Sujudlah untuk menyatakan Kerendahan selaku Hamba-Nya. Hadapkanlah wajah zahir syari’at-Nya dan hadapkan wajah batin Haqikat-Nya disertai dengan Tawadhuk, Tawarru’ serta dengan suka rela melaksanakan perintah Allah. Takutlah dengan urusan yang tersembunyi ………….. :
a. Berdiri menghadap Qiblat dengan Muka dan Dada
b. Membaca Allahu Akbar dengan Lisan
c. Hati menghadap hanya kepada Allah SWT.
Menurut adat manusia, apabila telah bersemi dalam jiwanya suatu keyakinan, maka akan dengan spontan lahirlah keyakinan tersebut di dalam Lidahnya serta angggota-anggota tubuhnya. Nabi Saw bersabda :

اِنَّ فِـى جَـسَـدِابْـنِ ادَ مَ مُـضْــغَــةً. اِذَاصَـلُـحَـتْ صَــلَـــــــــحُ الْـجَـسَـدُ كُــلُّــهُ

“Bahwasanya di dalam tubuh anak Adam itu ada segumpal Darah ! Apabila ia baik. Maka baiklah seluruh Tubuhnya”. (H.R Bukhari dan Muslim. Dari An- Nu’man. Dari Bashir. r.a)

Mengingat bahwasanya Allah SWT mengetahui segala gerakan hati seluruh Makhluq-Nya. Maka terimalah anjuran Rasullah Saw.
“Berdiri diantara kedua telapak kaki. Tidak mengumpulkan (rapat) kedua kaki dan tidak boleh mengangkat salah satu dari kaki ketika melaksanakan Sholat.
Peliharalah Tulang belakang dan Lutut, agar tegak lurus dikala berdiri. Ruku’lah dengan Thoma’ninah. Tundukkan kepala dan mata tetap memandang ke tempat Sujud. Bukan memandang jempol kaki ketika Ruku’ tersebut. Kedua jari tetap memegang Lutut, bukan memegang tulang kering. Dan Sujudlah dengan baik mata tetap memandang tempat Sujud, Sujudkan tujuh anggota, yaitu Kening/hidung, Kedua tapak tangan, Kedua Lutut, Kedua Jari-jari kaki."
Demikianlah sekedar mengingatkan bagi yang mau mendirikan Sholat. Bukan serampangan saja. Sebab yang kita hadapi itu adalah Allah SWT. DIA adalah Raja Dunia dan Akhirat.

Keutamaan Sholat Menghadap Qiblat serta Jari Jemari Lurus Menghadap Kedepan.

Abu Humaid Ra mengatakan, Bahwa hal itu mengacu kepada Sabda Rasulullah Saw :

عَـنْ أَ نَسٍ بْنِ مَـالِـكٍ قَـالَ. قَـالَ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ مَـنْ صَـلَّى صَـلىَ تَـــنَـا وَ اسْــتَــقْــبَــلَ قِــبْـلَــتَــنَا وَ اَ كَـلَ ذَ بِــيْــحَــتَــنَـا فَـذ لِـكَ الْـمُـسْــلِـمُ الَّـذِ يْ لَــهُ ذِ مَّــةُ الـلّـــهِ وَ ذِ مَّـــةُ رَ سُـوْ لِــهِ فَــلاَ تُــخْـفِــرُوْالـلّـــــــهُ فِـى ذِ مَّـــتِــهِ

“Dari Anas bin Malik Ra. ia berkata : Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang Sholat seperti Sholat kita. Berqiblat pada qiblat kita. Dan memakan sembelihan kita. Maka ia adalah orang muslim yang mempunyai jaminan dari Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu merusak jaminan Allah”. (Shohih Bukhari)

Hadits yang lain - Terjemahan Indonesianya : “Dari Bara’ bin Azib Ra. ia berkata : Rasulullah Saw bersabda : “Rasulullah Saw pernah mengajarkan Sholat dengan menghadap ke Baitul Maqdits selama empat belas atau tujuh belas bulan, sementara Rasulullah sendiri sangat senang sekali jika diperintah (oleh Allah) untuk menghadap ke arah Ka’bah. Kemudian Allah menurunkan Wahyu yang berupa ayat : Sungguh KAMI sering melihat mukamu menengadah ke langit”. Maka Nabi. Saw menghadap ke Ka’bah. Dan orang-orang bodoh di antara manusia (yaitu para Yahudi) berkata : “Apakah yang memalingkan mereka (Orang muslim) dari Qiblatnya dahulu ? (Baitul Maqdits) (Allah me-Wahyukan : ”Katakanlah ! “Kepunyaan Allah timur dan barat. Dia mem beri petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kejalan yang lurus”.(Al-Baqarah : 142) (H.R. Bukhari)

Dalam urusan mendirikan Sholat ini, banyak di antara Muslim dan Mukmin lalai dan lengah dalam menata diri, dan sering kita dapati bahwa mereka kurang Adab kepada Allah SWT.
Padahal mereka sesama manusia saja, saling menjaga adat dan istiadat, saling hormat, menghormati, saling menjaga susila dan moral, sehingga mereka sesama manusia saling ber-Adab. Lalu bagaimana Adab mereka kepada Allah SWT ??? Kabur dan Samar ???!!!

Saya faham. Anda akan mengatakan bahwa pelajaran yang anda baca ini sangat panjang sekali. Sehingga seakan-akan berlarut-larut sampai ke tujuan.
Memang benar. Saya selaku penulis, ingin membentangkan sepanjang yang kita lihat dan kita rasakan pada zaman sekarang ini semua pengalaman yang kita alami, dan pandangan yang kita lihat, terkadang sangat tidak sesuai dengan apa yang telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Untuk itulah maka dalam pelajaran ini penulis membentangkan semua yang pernah dialami dalam dunia Islam saat ini. Semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua. Amiiin..………

Lafaz Niat Kalau Sekiranya Kita Ucapkan.


Zuhur :

اُ صَــلِّى فَـرْضَ الـظُّــهْـرِ اَ رْ بـَـعَ رَ كَـــعـتٍ اَ دَ آ ءً لِـلّـــهِ تَــعَالـىَ

“Sengaja Aku Sholat Fardhu Zuhur Empat raka’at karena Allah Ta’ala”.

‘Ashar :

اُ صَـلِّى فَـرْضَ الْـعَـصْـرِ اَرْبــَـعَ رَ كَــعـتٍ اَدَ آ ءً لِـلّـــهِ تَــعَالـىَ

“Sengaja Aku Sholat Fardhu ‘Ashar Empat raka’at karena Allah Ta’ala”
.

Magrib :

اُ صَــلِّى فَـرْضَ مَـغْـرِبِ ثَــلاَ ثَ رَ كَــعَـتَـــيْـنِ اَدَ آ ءً لِـلّـــهِ تَــعَالـىَ

“Sengaja Aku Sholat Fardhu Magrib Tiga raka’at karena Allah Ta’ala”.

‘Isya’ :

اُ صَـلِّى فَـرْضَ الْـعِـشَاءِ اَرْ بـَـعَ رَ كَــعَـتٍ اَدَ آ ءً لِـلّـــهِ تَــعَالـىَ

Sengaja Aku Sholat Fardhu ‘Isya’ Empat raka’at karena Allah Ta’ala”.

Subuh :

اُ صَـلِّى فَـرْضَ الْـعِـشَاءِ اَرْ بـَـعَ رَ كَــعَـتٍ اَدَ آ ءً لِـلّـــهِ تَــعَالـىَ

“Sengaja Aku Sholat Fardhu Subuh Dua raka’at karena Allah Ta’ala”.

Sebagaimana yang telah diterangkan terdahulu. Maksud membaca Usholli itu ialah melafazkan niat sesaat sebelum Takbirotul Ihram. Ada orang yang menamakan :”Talaffuzh bin-niyah”. Yakni mengucapkan niat dengan lidah.
Mari kita perhatikan baik-baik dan sungguh-sungguh. Bahwa membaca Usholli itu bukan niat. Karena yang dikatakan Niat itu letaknya adalah di dalam Hati. Bukan dibaca di lidah. Ketika membaca Usholli sebelum Takbirotul Ihram belum jatuh niat. Tetapi ketika Takbir dimulai. Maka disana akan bekerja sekaligus tiga macam rincian, yaitu :
1. Kerja Qouli (Perkataan).
2. Kerja Fi’li (Fi’il/Gerakan).
3. Kerja Qolbi, yakni kerja Hati. Di dalam hati itulah kita mencetuskan niat.

Maka tidak cukup bagi orang yang Sholat jika hanya membaca Usholli saja. Tetapi hatinya tidak berniat lagi ketika Takbir. Oleh karena itu, lafaz membaca Usholli itu hanya sebagai pendorong ketetapan hati untuk melaksanakan tugasnya ketika Takbir dikumandangkan. Di dalam Kitab-kitab Fiqih Mazhab Syafi’i dikatakan bahwa membaca Usholli itu hukumnya adalah Sunnat, berfaedah untuk dilaksanakan. Kita perhatikan tulisan para pakarnya dibawah ini.

Tersebut di dalam Kitab “Minhaj” karangan Imam Nawawi, seorang Ulama besar dalam lingkungan Mazhab Syafi’i, yang bertitel “Mujtahid Fatwa” dan kitab beliau adalah kitab Fiqih Induk yang menjadi ibu dari beberapa Kitab-kitab Fikih yang dikarang oleh Ulama-ulama terkemudian berbunyi :

وَ الـنِّـيَـةُ بِـالْــقَـلْبِ وَ يـُـنْـدَبُ الـنُّـطْـقُ قُــبَـيْـلَ الـتَّــكْــبِـيْـرِ

“Dan Niat itu dalam hati. Sunnat mengucapkannya sebelum Takbir." (Kitab- Minhaj pada bab sifat Sholat).
Sangat jelas uraian di atas.

Imam Ibnu Hajar Al-Haitamy (wafat Thn 974 H) pengarang Kitab “Tuhfah”, yaitu “Syarah Minhajut-Tholibiin”, beliau berkata di dalam kitab tersebut :

وَ يـُـنْـدَبُ الـنُّـطْـقُ بِـالْـمَـنْـوِيْ قُــبَـيْـلَ الـتَّـكْـبِـيرِ لِـيْسَـاعِـدَ اللِّسَانُ الْـقَــلْبَ وَخُـرُوْجًامِنْ حِـلاَفِ مَنْ اَوْجَـبَـهُ وَ اِنْ شَذَّ وَ قِـيَاسًا

“Dan sunnat mengucapkan apa yang diniatkan, sesaat sebelum Takbir. Gunanya supaya Lisan dapat menolong Hati, juga karena ada orang yang mewajibkannya. Dan ada pula dikiaskan kepada apa yang terjadi dalam melaksanakan Haji”.
(Kitab Tuhfatul Muhtaj Juz II : 12)

Syekh Ibnu Hajar Al-Haitamy, seorang Ulama Fiqih terbesar dalam lingkungan Mazhab Syafi’i. Pengarang Kitab “Tuhfah” yang terkenal menerangkan bahwa membaca Usholli itu sunnat hukumnya berdasarkan :
1. Supaya bacaan itu dapat menolong Hati, yakni bacaan itu bisa dapat menyegerakan hadirnya Niat ke dalam Hati pada ketika membaca Takbir.
2. Ada Ulama yang mengatakan wajib ber-Usholli itu, supaya kita jangan terlalu jauh dari orang itu baik sekali kita ber-Usholli.
3. Qias, yakni dikiaskan kepada Ibadah Haji, dimana Nabi Saw memerintahkan agar Niat itu dibaca.

Berkata Imam Ramli (Wafat thn 1004 H) Pengarang Kitab Fiqih “Nihayatul Muhtaj”. Beliau berkata :

وَ يـُـنْـدَبُ الـنُّطْـقُ بِـالْـمَـنْـوِيِّ قُــبَـيْـلَ الـتَّـكْبِـيرِ لِــيْسَاعِدَ اللِّسَانُ الْـقَـلْبِ وَ ِلأَ نَّــهُ أَ بـْـعَدُعَنِ الْـوَسْـوَاسِ وَ لـلِّـخُـرُوْ جِ مِنْ خَـلاَفِ مَنْ اَوْ جَــبَــهُ

“Sunnat mengucapkan yang diniatkan itu (membaca Usholli) sesaat sebelum Takbir. Gunanya supaya Lidah dapat menolong Hati, untuk menjauhkan was-was dan jangan terlalu jauh dari Ulama yang memfatwakan wajibnya”. (Kitab Nihayah Juz I : 437)

Imam Khatib Syarbini (Wafat Thn 997 H) berkata dalam Kitab Al- Muhtaj, sebuah Kitab Fiqih Mazhab Syafi’i yang terkenal :
“Dan Sunnat mengucapkan apa yang diniatkan sesaat sebelum Takbir. Gunanya supaya ucapan itu dapat menolong menyegerakan Niat ke dalam hati dan juga untuk menjauhkan was-was”.

Tersebut dalam Kitab Fiqih “Fathul Wahhab”. Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshory (Wafat thn 926 H) Beliau berkata :
“Dan Sunnat juga mengucapkan apa yang diniatkan, supaya bacaan bisa menolong Hati”.(Fathul Wahhab Juz I halaman 38)

Tersebut di dalam Kitab “Fathul Mu’in” karangan Syeikh Zainuddin Al-Malibari. Beliau mengatakan :

وَسُنَّ نُــطْـقٌ بِـمَـنْـوِيْ قَــبْـلَ الـتَّـكْـبِـيْـرِ لِــيُـسَاعِـدَ اللِّـسَانُ الْـقُـلُبَ وَخُـرُوْجًـا مِنْ خِــلاَ فِ مَنْ اَوْجَــبَــهُ

“Dan Sunnat mengucapkan yang di-Niatkan sebelum Takbir. Gunanya supaya bacaan itu dapat menolong Hati. Dan supaya jangan terlalu jauh dari fatwa orang yang menfatwakannya”. (Fathul Mu’in dalam fasal sifat Sholat)

Demikianlah pendapat beberapa Ulama pakar yang kita kumpulkan pendapatnya mengenai bacaan Usholli, dan masih banyak Ulama-ulama besar yang sependapat. Para Ulama zaman dahulu ini, adalah ikutan Umat. Maka tidak mungkin mereka-mereka lupa terhadap Hadits Rasul dan Sunnah Nabi Saw, sehingga mereka buat yang tidak masuk akal atau silap dalam memberikan Fatwa kepada Umatnya. Itu semua tidak mungkin !

Qaidah ini dapat diterapkan soal Niat dan Usholli begini
1. Niat wajib diletakkan dalam hati ketika baca Takbir.
2. Menyegerakan hadirnya semua niat dalam Takbir sunnat hukumnya.
3. Membaca Usholli adalah satu jalan penolong untuk menyegerakan hadirnya Niat ke dalam hati, oleh karena hukumnya Sunnat.
Inilah maksud Ulama-ulama terdahulu, agar Lisan dapat menolong Hati, karena dorongan bacaan tersebut.

Jika anda ingin tahu siapa Ulama-ulama dahulu yang tidak sependapat membaca Usholli sebelum Takbir. Dan mereka mengatakan : Bahwa membaca Usholli itu ada sepuluh Bid’ahnya. Oleh karena, menjabarkan Niat itu Bid’ah adanya !
(Kitab Al-Madkhal Juz II halaman 274).
(Kitab Al-Ab’ad. Halaman 265 – 266).

Al-Hafiz Ibnul Qoyyim. Menerangkan dalam Kitab Az-Zad. Rasulullah Saw apabila berdiri untuk Sholat Beliau mengucapkan “Allahu Akbar” beliau tidak membaca apa-apa sebelumnya dan tidak pula melafazkan lafaz Niat. Seperti diutarakan oleh mereka-mereka yang mengucapkan : “Usholli Fardol ‘Ashri Arba’a roka’atin Qiblati adaan/Imaman/Makmuman”, Kesepuluh Kalimat ini Bid’ah. Keterangan :
1. Usholli. 6. Mustaqbilal.
2. Fardhol. 7. Qiblati.
3. Ashri. 8. Adaan.
4. Arba’a. 9. Imaman.
5. Roka’atin. 10. Makmuman.

Kesepuluh kalimat ini Bid’ah. Tidak ada diucapkan oleh Rasulullah Saw. baik sanad yang shohih maupun yang dho’if. Baik musnad maupun mursal. Demikian pula, tak ada diucapkan oleh para sahabat, juga tidak dipandang baik oleh para Tabi’iin, tidak pula oleh Imam yang empat. Hanya sebagian Ulama Muttakhirin salah memahami perkataan Asy-Syafi’i yang mengatakan bahwa “Sholat tidak sebagaimana Puasa”. Tiap-tiap orang masuk ke dalam Sholat dengan ucapan “Zikir”.
Mereka menyangka yang dimaksud Zikir ialah membaca Lafaz Niat yang dilafazkan oleh orang-orang yang hendak Sholat. Wahai kawan !!! Ini hanya masalah khilafiah. Tidak perlu berdebat dalam hal ini. Silakan pakai anda punya. Demikian pula kami.

0 comments: