07 April 2008

27. Ta'rif - Takut kepada Allah SWT

“Takut kepada Allah ‘Azza Wajalla ialah terasa benar benar Kekuasaan dan Kekuatan Allah serta tembusan Iradah-Nya”.
Mari kita perhatikan surah di dalam Al-Qur-aan :

وَجَـعَــلَ فـِـيْــهَارَوَ اسِـيَ مِنْ فَـوْ قِــهَا وَ بَـارَ كْ فِــيْـهَا وَ قَـدَّ رَ فِــيْــهَآ اَ قْـوَ ا تَــهَا فِيْ اَرْ بـَـعَــةِ اَ يَّـامٍ سَـوَ آ ءً لـِلّــسَّآ ئِــلِــيْـنَ. ثُـمَّ اسْـتَــوى اِلَى السَّـمَآءِ وَ هِـيَ دُخَانٌ فَــقَالَ لَـــهَا وَ لــِلا رْضِ أْ تِـــيَا طَــوْ عًـا اَوْ كَــرْ هًا قَـالَـــتَـآ اَ تَــيْــنَا طآ ئِــعِــيْـنَ

“Dan DIA menciptakan gunung-gunung (yang mengokohkan bumi) serta diberi-Nya keberkahan di bumi itu dan di tentukan-Nya makanan penghuninya dalam empat tahap. (Demikian penjelasan) bagi orang-orang yang bertanya”. “Maka DIA melanjutkan menciptakan ruang angkasa dan ruang angkasa itu (selagi) masih merupakan asap. Kemudian diperintahkan-Nya kepada mereka (asap) Dan kepada bumi. ”Datanglah kamu keduanya untuk mematuhi perintah-KU. Dengan suka hati (rela) atau karena terpaksa”. Maka keduanyapun menjawab: ”Kami datang dengan suka hati (rela)”. (Q.S. Fussilat : 10-11)

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa menciptakan Alam semesta. Pendapat para Ahli Astronomi tentang Alam semesta, mereka mengatakan bahwa Bumi yang kita pijak sekarang ini adalah salah satu Planet dari sekian banyak kelompok Planet. Bumi beserta Planet-planet Mercury, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Neptunus, Pluto. Mereka berputar mengelilingi Matahari. Matahari dengan pengiring-pengiringnya itu hanyalah sebahagian kecil dari Bintang-bintang yang tidak terhitung jumlahnya. Dan kumpulan itu dinamakan Galaxy. Galaxy ini diduga semulanya hanya satu, tetapi ternyata kemudian berjuta-juta yang belum dapat dipastikan berapa jumlahnya. Dalam satu Galaxy diperkirakan seratus ribu juta Bintang. Galaxy-galaxy itu diperkirakan memenuhi ruang angkasa sampai jarak Sepuluh ribu juta Tahun cahaya. Jika dalam satu detik cahaya menempuh jarak kira-kira 300.000 km. Kita semua akan menggeleng-gelengkan kepala memikirkan berapakah luasnya ruang angkasa itu sebenarnya ? Alam semesta adalah suatu misteri yang belum terungkap oleh manusia. (Demikian Buku “The Night Sky by Mary”. T. Bruch).

Kita perhatikan Ayat yang lain :

لَـه مَافِى السَّــمـوَ ا تِ وَمَافِى اْلاَرْضِط وَهُوَ الْـعَـلِـيُّ الْـعَـظِـيْمٌ . تَـكَادُالسَّـموَ اتُ يَـتَــفَطَّـرْنَ مِنْ فَـوْ قِـهِنَّ وَ الْـمَلـئِـكَـةُ يُسَــبِّحُـوْنَ بـِحَـمْدِرَ بِّــهِمْ وَ يـَسْـتَــغْـفِـرُوْنَ لـِمَـنْ فِى اْلاَرْضِ اَ لاَ اِنَّ الـلّــــهَ هُـوَ الْـغَـفُــوْرُ الـرَّحِـيْـمٌ . وَ الَّذِ يْـنَ الـتَّـخَـذُوْا مِنْ دُوْ نــِه اَوْ لــِيَـآءَ الـلّــــهُ حَـفِــظٌ عَـلَـــيْــهِـمْ وَ مَآ َا نْـتَ عَـلَــيْــهِـمْ بِــوَ كِـــيْــلٍ


“Kepunyaan-Nya apa yang ada di Ruang angkasa dan Bumi. Dan DIA-lah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar”. “Hampir saja seluruh Ruang angkasa pecah belah di bagian atasnya (karena Kebesaran Allah). Sementara para Malaikat Bertasbih memuji Tuhan-nya serta memohonkan Ampun bagi orang-orang yang ada di Bumi. Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. “Dan orang-orang yang mengambil Pelindung selain dari Allah. Allah pasti mengawasi mereka. Dan engkau (Hai Muhammad) bukanlah pengawas bagi mereka”. (Q.S. Asy-Syuura 4, 5, 6)

لَـه مَــقَالِــيْـدُ السَّــمـوَ اتِ وَاْلاَرْضِ، يَــبْـسُـطُ الـرِّزْقَ لـِمَـنْ يَّــشآءُ وَ يَــقْـدِرُ اِ نَّــه بِـكُـلِّ شَـيْ ءٍ عَــلِــيْــمٌ

“Kepunyaan-Nya-lah Perbendaharaan Ruang angkasa dan Bumi. Dilapangkan-Nya Rezki bagi siapa saja yang kehendaki-Nya. Dan dibatasi bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya DIA Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Asy-Syuura : 12)

Menghadirkan Hati dalam segala masalah sungguh sangatlah berat, karena di celah-celah keinginan manusia untuk berbuat baik, disana pula Iblis memainkan peranannya. Iblis tidak senang jika manusia itu bisa mantap dalam menghadirkan Hati di dalam Sholatnya. Maka kerja Iblis yang menggoda, tidak tercapai dengan sempurna. Oleh karena itu, diputarnya keadaan ‘Ilmu, yang sesungguhnya ‘Ilmu itu akan membawa ke arah kebenaran, kiranya digoreskan Iblis kepada orang-orang yang berilmu suatu rasa bangga dan tinggi hati. Maka dengan sendirinya manusia akan berpecah belah setelah sampai ilmu kepadanya.

وَ مَا تَـفَـرَّ قُـوْآ اِلاَّ مِنْ بَـعْدِ مَاجَآءَ هُمُ الْـعِـلْـمُ بَـخْــيًا بـَـيْـنَــهُـمْ وَ لَــوْ لاَ كَـلِــيْـمَـةٌ سَــبَـقَـتْ مِنْ رَّ بِّـكَ اِلىَ اَجَـلٍ مُّسَــمًّى لَّــقًضِيَ بَــيْــنَــهُـمْ وَ اِنَّ الَّـذِ يْنَ اُوْرِ ثُــوْاالْـكِــتَابَ مِنْ بَـعْدِ هِمْ لَــفِـيْ شَـكٍّ مِّـنْـهُ مُرِ يْـبٍ

“Dan mereka berpecah belah sesudah sampai kepada mereka ‘Ilmu Pengetahuan, disebabkan mereka saling mendengki. Kalau tidaklah karena keputusan yang telah terdahulu (untuk menunda ‘Azab) sampai saat yang telah ditentukan, niscaya mereka sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang telah di wariskan Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka. Selalu dalam keragu-raguan yang membingungkan”. (Q.S. Asy-Syuura : 14)

Orang-orang yang menerima Kitab dari Allah. Mereka semua mengetahui Kebenaran Al-Qur-aan namun mereka membantah dengan dorongan Hawa Nafsunya. Yang demikian itu sering kita lihat dan perhatikan dimanapun kita berada. Apakah itu ilmu Duniawi maupun ilmu Ukhrowi. Sama saja. Mereka akan saling membanggakan diri, meninggikan derajat. Bahwa kelompoknyalah yang paling benar. Dan Metoda merekalah yang paling baik. Ketekunan dan ta’at cara mereka yang paling benar. Walaupun masih terlihat banyak kekurangan-kekurangannya.

اَ لَـمْ يَـأْنِ لـِلَّـذِ يْـنَ ا مَــنُـوْآ اَنْ تَـخْـشَـعَ قُــلُـوْ بُــهُـمْ لِـذِكْـرِ الـلّــــهِ وَ مَا نَــزَ لَ مِنَ الْحَــقِّ ، وَ لاَ يـَـكُـوْ نُـوْا كَـالَّـذِ يْـنَ اُوْ تُـواالْـكِــتَـابَ مِنْ قَــبْـلُ فَـطَالَ عَـلَــيْــهِمُ اْلاَ مَـدُ فَــقَسَتْ قَــلُـوْ بـُـهُمْ وَ كَــثِـــيْــرٌ مِّــنْــهُـمْ فَا سِقُـوْ نَ

“Apakah belum datang waktunya bagi orang-orang Beriman untuk tunduk Hatinya mengingat Allah ? Dan kebenaran yang turun (kepada mereka). Janganlah mereka seperti orang-orang yang telah diturunkan kepada mereka Kitab sebelumnya. Kemudian setelah lama masa yang mereka tempuh, lalu Hati mereka menjadi kesat. Dan kebanyakan mereka menjadi orang-orang fasiq”. (Q.S. Al-Hadiid : 16)

Menghadirkan Hati di dalam segala keadaan. Terutama di dalam melaksanakan Sholat, tidak bisa tidak harus kita buat. Karena dengan kehadiran Hati inilah perasaan gelisah akan hilang. Rasa susah akan kembali menjadi senang. Rasa bimbang akan kembali menjadi tenang. Rasa marah dan gundah akan sirna dan kembali menjadi tenteram. Sehingga dalam mendirikan Sholat terasa kesejukan dan kenyamanan berada di dalamnya. Karena hadir Hati dalam pelaksanaan tersebut. Kemudian setelah keluar dari Sholat kita seakan-akan dapat merasakan bagaimana Syahdunya Sholat yang kita laksanakan tersebut. Dan yang demikian ini menjadi kewajiban buat kita untuk melusurinya. Parhatikan Firman :

حَافِـظُـوْاعَلىَ الصَّـلـواتِ وَ الصَّـلـواةِ الْــوُسْطـى وَ قُـوْ مُـوْالـِلّـــهِ قـنِتِــيْنَ

"Peliharalah semua Sholatmu dan Sholat Wustho (yang paling baik - ‘Ashar yang banyak gangguannya). Dan berdirilah (Hadapkan Wajahmu kepada Allah) dengan kekhusu’an yang penuh". (Q.S. Al-Baqarah : 238)

Setelah kita dapat melatih diri agar bisa hadir Hati saat di dalam Sholat, maka kita harus pula mencobanya di luar Sholat dan di dalam segala keadaan. Agar semua yang kita laksanakan senantiasa dalam keadaan hadir Hati atau dalam bahasa lainnya, kita akan tekun - menekuni segala sesuatu yang dikerjakan.
Sehingga jiwa kita termasuk ke dalam kategori Jiwa "Muthmainah" yaitu Jiwa yang tenang dan terundang untuk kembali kepada Allah dan masuk ke dalam surga-Nya. Orang yang demikian ini akan tetap ingat kepada Allah Jalla Wa’azza ………

اَ لَّـذِ يْنَ اِذَاذُ كِـرَ الـلّـــهُ وَجِـلَتْ قُــلُــوْ بـُــهُـمْ وَ الصَّابِـرِيْـنَ
عَـلى مَـآ اَصَا بَــهُمْ وَ الْــمُـقِــيْـمِـى الصَّـلـوا ةِ ، وَ مِـمَّارَزَ قْــنــهُـمْ يُــنْــفِــقُــوْ نَ

Yaitu orang-orang yang apabila disebut Nama Allah. Gemetar Hatinya. Orang-orang yang sabar waktu tertimpa musibah. Dan orang-orang yang mendirikan Sholat. Serta orang-orang yang menafkahkan sebagian dari Rezqinya yang diberikan Allah kepadanya”.(Q.S. Al-Hajj : 35)
Renungkan … … … … … …

اِ نَّــمَا الْـمُـؤْ مِنُـوْنَ الَّـذِ يْنَ اِذَاذُ كِـرَ الـلّــهُ وَجِـلَتْ قُــلُـوْ بـُـهُمْ وَ اِذَا تُُـلِــيَتْ عَـلَــيْـهِمْ ايـتُــهُ زَادَ تْــهُمْ اِ يْـمَا نًـا وَعَـلىَ رَ بِّـــهِمْ يَـتَـوَ كَّــلُـوْنَ الَّـذِ يْنَ يـُـقِـيْـمُوْ نَ الصَّـلـو ةَ وَ مِـمَّارَزَ قْــنَا هُمْ يـُـنْــفِــقُــوْ نَ

"Sesungguhnya orang yang beriman. Ialah orang yang apabila disebut Allah. Maka Gemetarlah Hatinya Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah. Bertambahlah imannya dan kepada Tuhan mereka bertaqwa". "(Yaitu) orang-orang yang mendirikan Sholat dan menafkahkan sebagian Rezqi yang KAMI berikan kepadanya". (QS.Al-Anfaal : 2 – 3)

Melihat Ayat demi Ayat yang ditampilkan di atas, semoga dapat kita raba kemana maksud dan makna ayat-ayat tersebut. Dan menjadi teladan yang baik bagi orang yang ingin menghadirkan Hati dalam Sholatnya. Sebab bagaimana mungkin akan hadir hati seseorang, jika Imannya goyah. Perhatikan ayat :

قَـدْ اَ فْــلَـحَ الْـمُـؤْ مِـنُـوْنَ. اَ لَّذِ يْـنَ هُمْ فِيْ صَـلو تـِـهِمْ خَاشِعُوْنَ وَ الَّـذِ يْـنَ هُمْ عَنِ الـلَّـغْـوِ مُـعْـرِضُـوْ نَ

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang Beriman"(Yaitu) orang-orang yang Khusus’ dalam Sholatnya". "Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (Perbuatan dan Perkataan) yang tidak berguna". (Q.S. Al-Mukminuun : 1 s/d 3)

Sangat jelas maksud Ayat di atas, bahwa orang yang Beriman itu adalah orang yang Khusu’ dalam Sholatnya. Tetapi bagaimana mau Khusu’ jika Hatinya tidak hadir ketika melaksanakan Sholat ? Bahkan hatinya melayang-layang entah kemana-mana.
Kehadiran Hati dalam pelaksanaan Sholat ini sangat dituntut kepada yang mendirikan Sholat, agar Sholatnya utuh. Kemudian melahirkan sifat-sifat yang baik kepada orangnya. Sehingga aman dan tenteramlah masyarakat di sekelilingnya.

اُ تْــلُ مَآ اَوْحِيَ اِلَــيْـكَ مِنَ الْـكِــتَابِ وَ اَ قِــيْـمِ الصَّـلو ةَ اِنَّ الصَّــلـو ةََ تَــنْــهى عَنِ الْــفَــهْـشَآءِ وَ الْـمُـنْـكَـرِ وَ لَـذِكْــرُالـلّـــهِ اَ كْــبَـرُ وَ الـلّـــهُ يَـعْـلَـمُ مَا تَـصْــنًــعُوْ نَ


"Bacalah (selalu) Al-Qur-aan yang telah di-Wahyukan kepadamu ! Dirikan Sholat ! Sesungguhnya Sholat itu (bisa) menghalangi dari perbuatan Keji dan Munkar. Sesungguhnya Mengingat Allah itu lebih besar (Faedah dan kesannya). Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan".(QS. Al-Ankabuut : 45)

Sangat jelas bahwa pegangan untuk menghadirkan Hati di dalam melaksanakan Sholat tersebut adalah dari Firman Allah SWT. Dan Hadits Nabi Saw bukan Rakitan para Ulama dahulu kala.

Buah Khusyu' dalam Sholat.
Wahai saudaraku.. Sangat baik kita ketahui bahwa setelah hadir Hati dalam melaksanakan Sholat, dan itu semua adalah untuk memancarkan cahaya di dalam Hati. Yang selanjutnya akan merupakan kunci bagi ‘ilmu -‘ilmu "Mukasyafah". Dan untuk mencapai itu semua, diperlukan beberapa persyaratan yang harus terpenuhi :
1. Menghindarkan diri dari berbagai penyakit Hati.
2. Pengikhlasan segala ‘Amal yang kita perbuat semata-mata hanya karena Allah.
3. Seluruh pelaksanaan ‘Amal-Perbuatan mengikuti Rukun dan Syaratnya.
4. Jangan tinggalkan rasa malu di dalam diri kita.

Wali-wali Allah yang dikasyafkan (disingkapkan) baginya Kerajaan Langit dan Bumi serta Rahasia-raha sia Rububiyah, selalu mengalaminya sewaktu dalam keadaan Khusu’ pada saat Sholat. Itu semua bisa terjadi, disebabkan Hadirnya Hati sewaktu melaksanakan Sholat. Terutama di saat ia sedang Sujud. Karena pada waktu Sujud seorang hamba berada sangat dekat dengan Tuhan-nya.

……… وَ ا سْــجُــدْ وَ ا قْـــتَـــرِ بْ

"…Dan Sujudlah serta dekatkan (diri kepada Allah)”

Mukasyafah (tersingkap) yang dialami oleh seseorang yang sedang Sholat adalah sesuai dengan kadar kejernihan Hati dari kekeruhan duniawi. Hal itu bisa dirasakan kuat atau lemahnya. Banyak atau sedikitnya. Yang nyata atau tersembunyi dalam memalingkan wajah Hati ke arah urusan-urusan dunia ini. Sehingga sesuatu dapat tersingkap Haqikatnya bagi seseorang. Namun bagi orang lain terkadang hanya tersingkap sebagian dari Tamsilan atau Ibaratnya saja, seperti tersingkapnya kasyaf seseorang yang menggambarkan dunia ini seperti bangkai, dan setan seperti anjing yang duduk di atas bangkai. Kemudian kedua-duanya mengundang Manusia agar dekat kepada mereka. Maka menzahirlah ke dalam perbuatannya sehari-hari, yaitu ia tidak lagi menginginkan urusan dunia ini karena Haqikat Dunia ini telah tersingkap baginya pada saat Mujahadah kepada Allah ketika Sholat.
Demikian pula terdapat perbedaan dalam obyek yang tersingkap. Beberapa dari mereka tersingkap baginya sebagian dari sifat dan ke-Agungan Allah. Kemudian bagi beberapa orang yang lain lagi, tersingkap sebagian Tindakan Allah. Dan bagi yang lain tersingkap sebagian ‘Ilmu Mu’amalah (kelakuan) Allah yang mustahil-mustahil dalam pandangan manusia.
Sangat banyak sebab tersembunyinya tersingkapnya Tabir Tajallinya hal-hal tersebut. Yang terpenting di antaranya ialah Himmah seseorang. Jika Himmahnya sedang terpusat pada suatu masalah tertentu, maka hal itulah besar kemungkinan dapat Terkasyaf.

أَ نَـاعِـنْدَ ظَـنِّ عَــبْـدِى بِـى وَ أَ نَـامَـعَـهُ حـيَـنَ يَـذْ كُــرُ نـِى فَـإِنْ ذَ كَـرَ نـِى فِى نَــفْسِـهِ ذَكَـرْ تُــهُ فِى نَــفْـسِى وَ إِ نْ إِ لَـــيْــهِ ذِرَ اعًا وَ إِنِ اقْــتُــرَ بَ إِ لَـيَّ ذِرَ اعًا اَ قْــتَــرَ بْتُ إِ لَـــيْـــهِ بَـاعًا وَ إِ نْ أَ تَـا نِى يَـمْـشِى أَ تَـــيْــتُــهُ هَـرْوَ لَــةً

"AKU sesuai dengan dugaan hamba-KU kepada-KU. Dan AKU bersama dengannya ketika ia ingat kepada-KU. Jika ia ingat kepada-KU di dalam Hatinya. AKU pun ingat kepadanya di dalam Hati-KU. Dan jika ia ingat kepada-KU dalam lingkungan khalayak ramai. Niscaya AKU pun ingat kepadanya dalam lingkungan khalayak yang lebih ramai lagi baik. Dan jika ia mendekat kepada-KU sejengkal. AKU pun mendekat pula kepadanya sehasta. Dan ia jika mendekat kepada-KU sehasta. Niscaya AKU mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia datang kepada-KU dengan berjalan. Maka AKU mendatanginya dengan berlari". (HQR. Syaikhani dan At-Turmudzy dati Abu Hurairah Ra)

Mengingat hal-hal penyingkapan ini tidak akan terpantul, kecuali pada cermin-cermin bersih mengkilap. Sementara cermin-cermin yang yang ada semua berkarat. Maka dengan sendirinya Hidayah pun tetap terselubung. Hal ini bukan karena kebakhilan Sang Pelimpah Hidayah, tetapi semata-mata disebabkan karat yang melekat pada saluran Hidayah ! Karat tersebut adalah Kejahilan manusia itu sendiri. Renungkan ucapan :

إِذَاذَاق الـشَّـخَـصُ حَــرَّ مُـخَـا لَــفَـةِ الْـهَــوى فِى الـدُّ نْـــيَا، لَــمْ يُــذِ قْــهُ الـلّـــهُ تَــعَـلىَ كُــرَ بَ فِى الْــعُــقْــبِـىذَ كَــرَ نـِى فِى مَــلإٍ خَــيْـرٍ مِـنْــهُ وَ إِ نِ اقْــتُــرَ بَ إِلَى شِـبْـرًا اَ قْــتَــرَ بْـتُ

"Apabila seseorang telah dapat menahan diri, sehingga merasakan panasnya (tersiksa) melawan hawa nafsu di dalam dunia. Maka ia akan diselamatkan Allah SWT dari dahsyatnya panas di hari kemudian".

Untuk meninggalkan dan menjauhi segala macam Kebakhilan dan Kejahilan yang akan menjurus kepada perbuatan durhaka. Ada pesan-pesan dari ‘Umar bin ‘Abdul Aziz. Khalifah Umayyah ketujuh yang sangat Adil. Hampir sama adilnya dengan ‘Umar bin Kahattab R a :

أَ يُّــهَاالــنَّاسُ ِلأَ تَـسْـتَـصْغِـرُواالـذُّ نُــوْبَ وَالـتَّـمِسُـوْا تَـمْحَــيْصَ مَاسَــلَــفَ مِـنْــهَا بِـالـتَّــوْ بَــةِ إِنَّ الْـحَسَــنَـاتِ يُـذْ هِــيْـنَ السَّـــيِّــأَتِ ذلـِكَ ذِكْـرى لـِلـذَّاكِـر ِيـْنَ ، وَ قَالَ أَ يــْضَاخَابَ وَخَسِـرَ مـَنْ خَـرَ جَ مِنْ رَحْـمَـةِ الـلّـــهِ الَّــتِـى وَ سِعَـتْ كُـلِّ شَيْ ءٍ وَحُـرِّ مَ الْجَـــنَّــةُ الَّـتِـى عَـرْضُـهَاالسَّـمـوَ اتِ وَ الأَرْضُ وَ أَعْــلَــمُوْا أَنَّ اْلأَ مَانَ غَــدً ا لِـمَنْ خَافَ رَ بـَّــهُ وَ بَـا عَ قَــلِــيْــلاً بِـكَــثِــيْــرٍ وَ فَـا نِــيَا بِــبَاقٍ

"Wahai seluruh Manusia ! Janganlah kamu menganggap kecil dosa-dosa itu. Selidiki dan berikhtiarlah untuk mengikis habis apa-apa yang telah di-lakukan. Dengan jalan melakukan Taubat". (Allah telah ber-Firman:"Sesungguhnya Perbuatan-perbuatan baik itu akan menghilangkan segala perbuatan jahat. Itulah Peringatan bagi orang yang mau Ingat !!!,, selanjutnya Beliau berkata : "Telah sia-sia dan merugi orang-orang yang keluar dari Rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu, dan telah di haramkan untuk masuk surga yang luasnya seluas Langit dan Bumi".
"Ketahuilah ! Bahwa Perasaan aman pada hari esok (hari Qiyamat) nanti telah tersedia bagi orang yang takut kepada Rob-nya, (Orang yang tidak takut kepada Rob-Nya) ialah orang yang suka menjual barang yang sedikit untuk ditukarkan dengan yang banyak. Orang yang suka menukar yang Fana’ dengan yang kekal abadi !!!

Ingatlah ! Seandainya janin yang baru terpancar dari Sulbi orang tuanya memiliki akal, niscaya ia akan mengingkari keberadaan manusia dalam udara yang luas ini. Dan sekiranya anak bayi memiliki suatu daya nilai, walaupun terbatas yang dimiliki anak usia Tiga atau Empat tahun, mungkin saja mereka akan mengingkari pengakuan orang-orang dewasa tentang hal-hal yang berkaitan dengan Kerajaan Allah di Langit dan Bumi. Sebab mereka belum tertutup oleh tirai hijab yang dikasyafkan Allah kepadanya.
Demikianlah keadaan manusia pada setiap tahapan hidupnya selalu saja cenderung mengingkari apa-apa yang akan terjadi pada tahapan selanjutnya. Anak-anak yang masih bersih dari hijab, memandang dengan Himmahnya bahwa para orang-orang tua sudah jadi Bodoh dan Tolol mengimani Allah dan Rasul-Nya. Itu semua bisa terjadi karena manusia itu tertutup oleh segala hijab hasil dari segala perbuatannya ketika lapang maupun sempit.

Barang siapa mengingkari Wilayah Kewalian, ia akan terpaksa pula mengingkari Tahapan Nubuwah (Kenabian). Sementara semua makhluq telah diciptakan bertahap-tahap. Maka, jika sikap tersebut dapat dibenarkan, niscaya setiap orang akan mengingkari segala yang berada dibalik tingkatan pengetahuannya sendiri. Inilah manusia yang persis Katak di bawah Tempurung, ia kira hanya seluas itulah dunia itu. Setelah ia keluar dari kungkungan tempurung, baru ia sadar bahwa dunia itu sangat luas. Ini suatu sindiran buat kita semua.
Kita faham benar, bahwa ada orang-orang tertentu yang mencari Haqikat kebenaran melalui cara perdebatan dan pembahasan yang kacau balau. Sehingga kaji Haqikat tercermin buruk perangai dalam kenangan masyarakat banyak. Bukan melalui cara Pensucian Qolbi dari segala sesuatu yang selain Allah. Maka akibatnya mereka telah kehilangan Haqikat dan kemudian mengingkarinya. Ini adalah suatu peringatan bagi kita semua, bahwa Haqikat itu sangat mudah hilangnya dari Qolbi manusia. Mana kala ia ditunggangi oleh hal-hal dunia.
Oleh sebab itu, siapa saja yang tidak termasuk dalam kalangan Ahli Mukasyafah, setidak-tidaknya ia beriman kepada yang gaib dan mempercayainya sampai ia mampu menyaksikannya sendiri melalui berbagai Metoda. Maka termasuklah ia orang-orang yang beruntung di Dunia dan Akhirat.
Dalam suatu Hadits Nabi Saw. disebutkan :”Apabila seseorang hamba sedang berdiri di dalam Sholatnya. Allah SWT mengangkat Tirai yang menghalangi antara DIA dan hamba-Nya itu, lalu DIA menghadapi-Nya. Para Malaikat berbaris, mulai dari kedua bahunya sampai ke langit. Malaikat juga Sholat mengikuti Sholatnya, dan mengucapkan Amiin atas doa orang itu. Dan sesungguhnya, seorang yang sedang Sholat ditaburi segala kebajikan dari puncak langit sampai garis pembatas rambut di kepalanya.
Di saat itu pula akan terdengar suara : "Sekiranya hamba yang sedang Sholat ini menyadari siapa yang diajaknya bermunajat, niscaya ia tidak akan menoleh ke arah manapun. Dan sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka bagi orang-orang yang Sholat. Sedangkan Allah SWT. menunjukkan kebanggaan-Nya kepada para Malaikat-Nya. Terutama Malaikat yang berkenan dengan hamba-Nya yang sedang Sholat".
(Hadits ini disebutkan oleh pengarang Kitab "Quthul Qulub". Dan oleh As-Sahruwardi dalam Kitab Al-Awarif).

Demikianlah terbukanya pintu-pintu langit bagi si hamba yang sedang Sholat dan saat itu si hamba langsung berhadapan dengan Wajah Allah SWT. Adalah isyarat tentang Mukasyafah yang dikarenakan hadirnya Hati seseorang sewaktu melaksanakan Sholat.
Jika kita renungkan secara makna atau arti yang tersirat, maka dapatlah kita ketahui yang dimaksud langit disini adalah Hijab atau tirai yang mendinding antara hamba dengan Allah SWT. Antara Makhluq dengan Tuhan-nya.
Bahwa tertulis di dalam Kitab Taurat yang berbunyi :"Hai Anak Adam ! janganlah engkau terhalang dari berdiri dihadapan-KU. Laksanakanlah Sholat seraya menangis. AKU-lah Allah yang menghampiri Hatimu. Dan dengan cara gaib engkau melihat Cahaya-KU".
Banyak para Ahli Ma’rifah berkata : "Kami menilai bahwa kerawanan Hati, ratapan yang terurai dari Hati sanubari akan menghasilkan Penyingkapan kegaiban oleh seseorang yang Sholat dengan Tawadhu’, Tawaruk, dan Khusu’.
Orang yang Sholat sehingga dapat mencapai rasa yang sedemikian rupa adalah disebabkan penghampiran Allah SWT kepada Hati orang tersebut. Dan mengingat penghampiran itu bukanlah suatu penghampiran yang memerlukan ruang dan waktu. Maka tidak ada arti lain. Kecuali penghampiran dengan Hidayah dan Inayah serta Rahmat dari Penyingkapan Tirai selaku Hijab.
Diriwayatkan pula. Apabila seseorang hamba melaksanakan Sholat, perbuatannya itu dikagumi oleh sepuluh baris Malaikat, setiap baris terdiri atas Sepuluh ribu Malaikat. Allah SWT pun menyanjung-nyanjung dihadapan Seratus ribu Malaikat tersebut. Hal ini disebabkan si hamba telah menghimpun beberapa gerakan-gerakan, dari mulai Berdiri, Ruku’, Duduk, Sujud dan Salam. Serta membaca Ummul Kitab dan Ayat Al-Qur-aan yang mulia di sisi Allah SWT. Dan saat itu pula Allah SWT. membagi-bagikan gerakan-gerakan itu di antara Empat puluh ribu Malaikat. Para Malaikat yang berdiri tidak Ruku’ sampai hari Qiyamat. Dan ada yang hanya Sujud tidak akan berdiri sampai hari Qiyamat. Demikian pula yang Duduk tidak akan bergerak hingga hari Qiyamat. Kedekatan dan Derajat yang diberikan Allah SWT. kepada para Malaikat itu akan terus berlaku secara ketat dalam keadaan yang sama. Tidak bertambah dan tidak berkurang. Karena itulah Allah ber-Firman :

وَ مَامِـنَّا اِلاَّ لَــه مَــقَا مٌ مَّـعْــلُـوْ مٌ . وَ اِ نَـا لَـــنَــحْــنُ الـصَّافُــوْ نَ . وَ اِ نَّـا لَـــنَــحْــنُ الْــمُــسَـــبِّــحُــوْ نَ


"Setiap dari kami (para Malaikat) mempunyai tugas tertentu". "Dan sesungguhnya kami berbaris (menunaikan Perintah Allah)". "Dan sesungguhnya kami tetap Bertasbih Memuji-Nya". (Q.S. Ash-Shoffaat : 164 - 166)

Namun manusia berbeda dengan Malaikat. Manusia meningkat dari tingkat yang satu ke tingkat yang lebih tinggi. Dan terus menerus mendekatkan diri kepada Allah Jalla Wa’azza. Serta manusia akan memperoleh tambahan dari kedekatannya kepada Allah. Sedangkan pintu tambahan untuk Malaikat tertutup. Masing-masing Malaikat sudah memiliki satu tingkatan saja, yang tidak dapat dilampauinya. Malaikat tidak akan berpindah dari jenis ibadah yang dijalaninya dan tidak akan berhenti melakukannya. Firman :

وَ لَـه مَنْ فِى السَّـموَاتِ وَ اْلاَرْضِ وَمَنْ عِـنْدَ هُ لاَ يَـشْــتَــكْـبِرُوْ نَ عَنْ عِــبَادَ تِــــه وَ لاَ يــَسْــتَـحْــسِــرُوْنَ يُــسَـــبِّـحُـوْنَ الَّــيْــلَ وَ الـنَّـــهَارَ لاَ يـَــفْـــتَــرُ وْ نَ

"Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang ada di langit maupun yang di bumi. Dan para Malaikat yang ada di dekat-Nya. Mereka tidak merasa Angkuh menyembah-Nya. Dan tidak pula merasa letih". "Mereka tetap bertasbih Siang dan Malam tidak ada henti-hentinya". (Q.S. Al-An-Biyaa’ : 19 - 20)

Pada haqikatnya kunci tambahan itu adalah Sholat. sebagaimana Firman-Nya :

قَـدْ اَ فْــلَــحَ الْــمُــؤْ مِــنُـوْ نَ . ا لَّـذِ يْـــنَــهُـمْ صَــلـو تِـــهِـمْ خَاشِـعُـوْ نَ

"Sesungguhnya beruntung orang yang Beriman". "(yaitu) orang-orang yang Khusu’ dalam Sholatnya. (Q.S. Al-Mukminuun : 1 - 2)

Dalam ayat tersebut Allah SWT memuji mereka-mereka yang Sholat, selain karena Iman kepada Allah mereka juga khusu’ dalam Sholatnya. Kemudian Allah mengakhiri pelukisan sifat orang-orang yang beruntung tersebut karena Sholatnya :

وَ الَّـذِ يْـنَ هُـمْ عَــلىَ صَــلـو تــِـهِـــمْ يـُحَا فِـظُــوْ نَ

"Dan orang-orang yang yang memelihara Sholat nya". (Q.S. Al-Mukminuun : 9)

Selanjutnya Allah menyebutkan di dalam Al-Qur-aan. Hasil yang akan mereka peroleh, disebabkan adanya sifat-sifat tersebut dengan Firman-Nya :

اُولــئِـكَ هُـمُ الْــوَ ارِ ثُــوْ نَ . ا لَّـذِ يْـنَ يَـرِ ثُــوْنَ الْــفِــرْدَ وْسَ هُـمْ فِــيْــهَا خــلـِدُوْ نَ

"Mereka itulah orang-orang yang akan menjadi pewaris". "(yang) Mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya". (Q.S. Al-Mukminuun : 10 - 11)

Dalam ayat-ayat tersebut, Allah melukiskan bahwa mereka bersama-sama menerima keberuntungan dan mendapat Anugerah kemenangan dan pada akhirnya menikmati surga yang tak pernah terlihat oleh mata di dunia. Dan tak pernah terdengar oleh Telinga. Serta sedikitpun tak pernah tersirat dalam ingatan.

0 comments: