29 March 2008

26. Ta'rif (Defenisi) Ikhlas

Maksud Ikhlas itu ialah melaksanakan Ibadat hanya semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Bukan karena melahirkan ta’at di hadapan umum. Dan bukan pula mengharap pujian dan sanjungan orang, agar disayang dan mendapat perhatian dari masyarakat.
Jika ditegaskan, bahwa Ikhlas itu ialah mebersihkan ‘Amal dalam beribadah dari perhatian umum. Agar Hati tidak Riya dan merasa ‘Ujub (heran kepada diri). Sebagaimana yang di Perintahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya :

قُــلْ اِ نّـِيْ اُمِـرْ تُ اَنْ اَ عْـــبُــدَ الـلّـــهَ مُخْــلِـصًالَّـــهُ الـدِّ يْـنَ

“Katakanlah !!! Saya diperintah (hanya) menyembah Allah dan ber-Agama dengan tulus ikhlas karena-Nya”. (Q.S. Az-Zumar : 11)

وَ اُمِرْتُ ِلأَنْ اَ كُــوْنَ اَوَّ لَ الْـمُسْـلِـمِـيْـنَ. قُـلْ اِ نِّـيْ اَخَافُ اِنْ عَصَــيْتُ رَ بِّـيْ عَـذَابَ يـَـوْ مٍ عَـظِــيْمٍ. قُـلِ الـلّـــهَ اَعْــبُـدُ مُخْــلِـصًالَّــهُ دِ يْـنِـيْ . فَاعْـــبُـدُوْا مَاشِـئْــــتُــمْ مِّـنْ دُوْ نـِــــه قُـلْ اِنَّ الْـخسِـرِ يْـنَ الَّـذِ يْـنَ خَسِـرُوْآ اَ نْــفُسَـــهُـمْ وَ اَ هْـلِــيْــهِـمْ يـَوْ مَ الْــقِــيَا مَـةِ اَلاَ ذ لـِكَ هُـوَ الْـخُـسْــرَ انُ الْــمُــبِـــيْــنُ

“Saya disuruh menjadi orang pertama berserah diri”.“Katakanlah ! Sesungguhnya saya takut terhadap ‘azab pada hari Qiyamat. Jika saya durhaka kepada-Nya”.* “Katakanlah !!! hanya Allah saja yang aku sembah dengan Ikhlas dalam menjalankan Agamaku”. “Maka sembahlah Hai orang-orang Musyriq apa saja yang kamu sukai selain dari Allah ! “Katakanlah !!! “Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang yang merugikan dirinya sendiri dan keluarganya pada hari Qiyamat. “Ingatlah !!! Yang demikian itu adalah kerugian yang sangat nyata”.* (Q.S. Az-Zumar : 12 s/d 15)

اِلاَّ الَّـذ ِيْـنَ تَـابـُـوْا وَ اَصْــلَحُـوْ ا وَ اعْــتَــصَــمُـوْا بِـالـلّــــهِ وَ اَخْــلَــصُـوْ ا دِ يْــنَـــهُـمْ لـِلّــــهِ فَــأُو لــئِـكَ مَـعَ الْــمُـؤْ مِــنِــيْــنَ، وَ سَــوْ فَ يُــؤْ تِ الـلّـــــــهُ الْـمُــؤْ مِـنِــيْـنَ اَجْــرًا عَـظِــيْــمًا

“Kecuali orang-orang yang Taubat. Dan melakukan islah (Tidak lagi mengulangi kesalahan yang lama, kemudian berbuat baik dan benar). Dan berpegang teguh kepada Agama Allah dan dengan Ikhlas mematuhi (Agamanya) karena Allah. Maka mereka akan bersama-sama orang-orang yang beriman. Dan Allah akan memeberi orang-orang yang beriman Pahala yang sangat besar”. (Q.S. An-Nisaa’ : 146)

Orang yang tidak ikhlas, akan melihat situasi dan kondisi. Dimana yang enak, kesanalah ia akan pergi. Mereka kira itu adalah sikap yang baik dan bisa menipu Allah.
فَـادْ عُـواالـلّـــهَ مُخْــلِـصِـيْـنَ لَــهُ الـدِّ يْـنَ وَ لَـوْ كَــرِهَ الْـكــفِــرُوْنَ

“Serulah Allah saja. Dengan beribadah yang Ikhlas kepada-Nya. Walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya”. (Q.S. Al-Mukmin : 14)

اِنَّـآ اَ نْزَ لْــنَآ اِلَــيْـكَ الْـكِــتَابَ بِـالْحَـقِّ فَاعْــبُدِالـلّــهَ مُخْـلِصًالَّـهُ الدِّ يْنَ

“Sesungguhnya KAMI menurunkan Kitab (Al-Qur-aan) kepadamu berisi kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan Ikhlas”. (Q.S. Az-Zumar : 2)

وَ مَآ اُمِرُوْآ اِلاَّ لِـيَـعْــبُـدُ الـلّـــهَ مُخْـلِـصِيْـنَ لَــهُ الـدِّ يْـنَ ، حُــنَــفَـآ ءَ وَ يـُـقِــيْمُـوْاالـصَّـلاَ ةَ وَ يـُـؤْ تُــواالـزَّ كــو ةَ وَ ذ لـِـكَ دِ يْـنُ الْــقَــيِّــمَـةِ

“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Allah. Mengikhlaskan Agama bagi-Nya (mengharap Ridho-Nya) Mendirikan Sholat. Dan membayar Zakat. Demikianlah Agama yang benar”. (Q.S. Al-Baiyinah : 5)

قُـلْ اَ تـُحَـآجُّـوْ نَـــنَـا فِى الـلّـــهِ وَ هُــوَ رَ بُّــنَا وَ رَ بُّـكُـمْ ط وَ لَــــنَآ اَعْــمَالُـــنَا وَ لَــكُـمْ اَعْـمَا لُـكُـمْ ج وَ نَـحْـنُ لَــه مُـخْــلِـصُـوْ نَ

“Katakanlah ! “Apakah kamu mau Berdebat dengan kami, tentang (Ketunggalan) Allah ?”. “Padahal DIA-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami pahala ‘Amalan kami. Dan bagimu pahala ‘Amalan kamu. Dan hanya kepada-Nya kami menyembah dengan Ikhlas”. (Q.S. Al-Baqarah : 139)

Pendapat ‘Abdul Qosim ‘Abdul Karim Al-Qusyai riy. Dalam Risalahnya :

أَ ْلإِخْـلاَصُ إِفْـرَدُالْحَـقِّ سُــبْحَا نَــهُ وَ تَــعَـالىَ فِى الـطَّاعَــةِ بِـالْـقَـصْدِ

“Ikhlas itu ialah Mendahulukan Ta’at Ibadat hanya untuk Allah Yang Haq saja”.
(atau membulatkan tekad dan tujuan dalam Beribadah kepada Allah saja)”.

Maksudnya ikhlas itu ialah Melaksanakan Ibadah semata-mata hanya karena hendak mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Bukan karena Ria dan ingin dilihat oleh masyarakat banyak. Berpegang kepada Hadits Nabi Saw :

مَنْ أَعْطَى لـِلّــهِ تَــعَـلىَ وَ مَــنَـعَ لـِلّــهِ تَــعَـلىَ وَ أَحَـبَّ لـِلّـــهِ تَـعَـلىَ وَ أَ بـْـغَـضَ لـِلّــــهِ تَــعَــلىَ وَ أَ نْــكَــحَ لـِلّــــهِ تَـعَـلىَ فَــقَــدِ سْــتَــكْــمَــلَ إِ يْــمَا نُـــهُ

“Barangsiapa memberi karena Allah. Menolak karena Allah. Mencintai karena Allah. dan Menikah karena Allah. Maka sempurnalah Imannya”. (H.R. Abu Daud)

Maksudnya ialah segala sesuatu wajib dengan karena Allah. Ia marah karena Allah, tidak marah karena Allah. Segala urusan atau pekerjaan hanya karena Allah.

Ulama besar Abu ‘Ali - Ad-Daqqoq berpendapat :

أَ ْلإِ خْـلاَصُ الـتَّــوَ قِّى عَنْ مَــلاَحَـظَــةِ الْـخُــلْــقِ ، وَ الـصَّــدْ قُ الـتَّــنَــقِى عَنْ مَـطَا وَ عَـةِ الــنَّــفْـسِ

“Ikhlas itu ialah memelihara Ibadah dari perhatian manusia. Dan benar itu ialah bersih Hatinya dari mengikuti hawa nafsu”.

Tegasnya, orang yang Mukhlis itu, tidak hadir rasa riya di dalam Hatinya. Dan setiap ia melaksanakan Ibadah apakah perbuatannya itu dilihat orang atau tidak, sama saja. Dengan kata lain :

أَ ْلإِخْـلاَ صُ أَنْ تَـسْــتَــوِيْ أَ فْـعَـلُ الْــعِــبَادِ فِى الـظَّاهِـرِ وَ الْـــبَاطِــنِ

“Ikhlas itu ialah “Bersamaan perbuatan pada zahir dan batin”. (Melaksanakan sesuatu di muka orang, sama saja dengan melakukannya di belakang orang)”.

Kita perhatikan Hadits di bawah ini :

إِنَّ الـلّـــهَ تَــعَـلىَ لاَ يَــنْـظُــرُ إِلىَ أَجْـسَادِكُـمْ ( أَ وْصُـوَ رِكُـمْ ) وَ لاَ إِ لىَ أحْــسَا بِـكُـمْ وَ لاَ إِلىَ أ مْــوَا لِـكُـمْ وَ لـكِـنْ يَــنْـظُــرُ إِلىَ قُــلُــوْ بِـكُـمْ . فَـمَـنْ كَـانَ لَــهُ قَـــلْـبِ صَالِــحٌ تَـحَــنـَّـنَ الـلّـــهِ عَــلَــيْـهِ. وَ أَ مَّا أَ نْـــتُــمْ بَـــنِى آ دَ مَ فَــأَحَــبُّـكُـمْ إِلىَ الـلّــــهِ أَ تْــقَا كُــمْ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula (memandang) kedudukanmu maupun harta kekayaanmu. Tetapi Allah menilik pada Hatimu. Barangsiapa memiliki Hati yang Sholeh maka Allah menyukainya. Bani Adam yang sangat dicintai Allah adalah yang paling Taqwa”. (H.R. Ad-Dailami dan Muslim)

مَنْ أَسْـخَـطَ الـلّــــهَ فِى رِضَاالـــنَّا سِ سَـخِـطَ الـلّــــهُ عَــلَـــيْــهِ وَ أَسْـخَـطَ عَــلَـــيْــهِ مَـنْ أَرْضَا هُ . وَ مَـنْ أَ رْضَى الـلّــــهَ فِى شَـخَـطِ الـــنَّا سِ رَضِـيَ الـلّــــهُ عَــنْــهُ وَ أَ رْضَى عَــنْـهُ مَنْ أَسْخَـطَ فِى رِضَا هُ حَــتَّى يُـزَ يِّــنَــهُ وَ يُـزَ يِّـنَ قَــوْ لُــهُ وَ عَـمَــلُــهُ فِى عَــيْــنِــهِ

“Barangsiapa meraih murka Allah untuk meraih kerelaan manusia. Maka Allah murka kepadanya. Dengan murka itu maka menjadikan orang yang semula senang jadi murka kepadanya*. Namun barangsiapa yang meraih Ridho Allah. (Meski dengan itu) akan menarik kemurkaan manusia. Maka Allah akan meridhoinya. Dan menyenangkan orang yang pernah memurkainya. Sehingga Allah memperindahnya. Memperindah ucapannya dan perbuatannya dalam pandangan-Nya”. (Ath-Thabrani)

مَنْ أَحْسَـنَ فِــيْـمَا بَــيْــنَـهُ وَ بَــيْـنَ الـلّــــهِ كَـــفَا هُ الـلّــــهُ مَا بَــيْــنَــهُ وَ بَــيْـنَ الـــنَّا سِ وَ مَـنْ أَصْــلَـحَ سَــرِ يْــرَ نَــهُ أَصْــلَــحَ الـلّــــهُ عَــلاَ نِـــيَــتَـــهُ


“Barangsiapa memperbaiki hubungan dengan Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungannya dengan manusia. Barangsiapa memperbaiki apa yang dirahasiakannya, maka Allah akan memperbaiki apa yang dizahir kannya”. (H.R. Al-Hakiim)

Kalimat Orang ‘Arif yang Bijaksana :
‘Amal perbuatan tanpa Niat adalah suatu kesukaran. Dan Niat tanpa Ikhlas adalah Riya. Sementara Riya itu sebanding dengan Munafiq. Dan Riya dengan Durhaka itu adalah sama. Ikhlas tanpa kebenaran dan pembuktian adalah bagaikan debu yang beterbangan.

وَ قَـدِمْـنَآ اِلىَ مَاعَـمَـلُـوْ ا مِنْ عَـمَــلٍ فَـجَــعَــلْــنــهُ هَــبَآ ءً مَّــنْــثُــوْ رًا

“Dan KAMI hadirkan (diperlihatkan) ‘Amalan yang mereka lakukan. Kemudian KAMI jadikan (‘amalan) itu menjadi Debu yang beterbangan (Sehingga sedikit pun tidak berguna bagi mereka)”. (Q.S Al-Furqoon : 23)

Bagaimana mungkin orang yang tidak mengetahui Haqikat Niat itu bisa membetulkan Niatnya atau memperbaiki ikhlasnya, sementara ia sendiri tidak mengetahui Haqikat Ikhlas itu sendiri. Dan bagaimana orang yang Ikhlas menuntut dirinya masuk ke dalam kategori kebenaran ? apabila ia sendiri tidak mengetahui arti kebenaran itu dengan sebenar-benarnya.
Maka tugas yang pertama bagi setiap individu, hamba yang ingin ta’at kepada Allah SWT adalah wajib belajar tentang Niat dengan sebenarnya sehingga faham betul Haqikat Niat tersebut. Kemudian ia harus membetulkannya dengan perbuatan setelah memahami Haqikat kebenaran. Dan Ikhlas itu adalah jalan kedua menjadi perantara hamba menuju keselamatan dan kemurnian fitrahnya.

إِذَاالـتَّــقـى الصَّــفَّانِ نَــزَ لَـتِ الْــمَــلاَ ئِـكَــةُ تَــكْـــتُـبُ الْـخَــلْــقَ عَـلَى مَـرَ تِــبِــهِمْ فُلاَنِ يُـقَـا تِــلُ لـِلـدُ نْــيَـافُــلاَنِ يـُـقَا تِــلُ حَـمِـيَّـةَ فُــلاَنِ يـُــقَاتِــلُ عَـصَـبِــيَّــةً ، أَ لاَ فَــلاَ تَــقُــوْلُــوْا فُــلاَنٌ قُــتِــلَ فِى سَـبِــيْــلِ الـلّــــهِ فَـمَـنْ قَا تَــلَ لــِتَــكُــوْنَ كَــلــِمَــةُ الـلّــــهِ هِيَ الْــعُــلْـــيَا فَــهُــوَ فىِ سَــبِــيْــلِ لـلّـــــهِ

“Apabila dua Barisan Perang bertemu. Maka Malaikat turun untuk menulis kerja manusia menurut tingkatan mereka. Si fulan berperang karena dunia. Si fulan berperang karena marah. Si fulan berperang karena fanatik golongan. Ingatlah ! Janganlah kamu berkata. ”Si fulan terbunuh di jalan Allah. Sebenarnya ialah barangsiapa yang berperang hanya untuk meninggikan Agama Allah. Itulah yang di jalan Allah”. (H.R. Ibnu Mubarak hadits dari Ibnu Mas’ud)

0 comments: