Versi Imam Al-Ghozaly dalam Kitab “Ihya' ‘Ulumuddin”
Juz I. Nabi Saw. Bersabda :
Juz I. Nabi Saw. Bersabda :
` بـُـنِـيَ الـدِّ يْـنُ عَــلىَ الــنَّــظَـا فَـــةِ `
“Agama itu Dibina atas kebersihan”
(H.R. Ibnu Hibban bersumber Dari ‘Aisyah.r.a)
` مِــفْــتَـا حُ الـصَّــلاَ ةُ الـطَّــهُــوْ رُ `
“Kunci Sholat adalah Suci”
(H.R. Abu Daud – At-Turmudzy – Ibnu Majah)
` تَــنَــظَّــفُـوْ ا فَــإِ نَّ اْلإِ سْــلَـمَ نَــظِــيْــفُ `
“Bersihlah kamu ! Karena Islam itu Bersih”.
(H.R. Abu Daud. At-turmudzy. Ibnu Majah dari ‘Ali r.a)
Allah Berfirman :
فِــيْــهِ رِجَــلٌ يـُحِــبُّـوْنَ اَنْ يَّــتَــطَــهَّـرُوْا ط وَ الـلّـــهُ يــُحِبُّ الْــمُــطَّــهِــرِ يْـنَ
“Di dalamnya terdapat Orang-orang yang ingin Membersihkan Diri. Dan Allah menyukai Orang-orang yang bersih”. (Q.S. At-Taubah : 108)
` أَلـطَّــهُــرُ نِــصْــفُ اْلإِ يْــمَـانِ `
“Suci adalah separoh dari Iman”
(H.R. Muslim dan At-turmudzy)
Bagi mereka yang berpandangan terhadap yang Zahir-zahir. Maka mereka hanya meramaikan lahirnya Bersuci cukup dengan hanya melimpahkan Air dan menumpahkannya saja. Padahal urusan yang sangat penting sebenarnya, adalah Mensucikan Rahasia-rahasianya (Siir). Untuk itu. Janganlah merobohkan Batin dan membiarkan Batin itu berpoleskan keburukan-keburukan dan Kekotoran-kekotoran Jahiliyah Moderen ……… ………
Ingatlah ! Sejarah Adam A.s. Beliau disujuti oleh para Malaikat. Namun ia juga masih dihasut oleh Iblis La’natullah. Jika Anak cucu Adam ingin keluar dari Janabah Batiniah ini, sebagaimana asal-usul yang pertama, agar bisa bertemu dengan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maka hendaklah ia membersihkan dan mensucikan Batiniah Hatinya. Agar ketika saatnya bertemu dengan Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Kita telah dalam keadaan Suci dan Bersih dari Noda dan Dosa. Demikianlah anjuran para Ahli Ma’rifah.
Kemudian mereka berkata :
“Penyucian mempunyai Empat peringkat”.
1. Penyucian Zahir dari Hadats, yaitu keadaan-keadaan Badan yang tidak suci dari Najis. (Khitanan).
2. Penyucian anggota badan dari tindakan pidana dan Dosa.
3. Penyucian Hati dari Akhlaq-akhlaq tercela dan perbuatan perbuatan terkutuk. Dan keinginan yang dibenci Allah.
4. Penyucian Siir dari yang selain Allah yang merupakan perbuatan penyucian diri para “Nabi dan Shodiqiin serta Sholihiin dan Mukhlisin”.
Ingatlah ! Sejarah Adam A.s. Beliau disujuti oleh para Malaikat. Namun ia juga masih dihasut oleh Iblis La’natullah. Jika Anak cucu Adam ingin keluar dari Janabah Batiniah ini, sebagaimana asal-usul yang pertama, agar bisa bertemu dengan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maka hendaklah ia membersihkan dan mensucikan Batiniah Hatinya. Agar ketika saatnya bertemu dengan Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Kita telah dalam keadaan Suci dan Bersih dari Noda dan Dosa. Demikianlah anjuran para Ahli Ma’rifah.
Kemudian mereka berkata :
“Penyucian mempunyai Empat peringkat”.
1. Penyucian Zahir dari Hadats, yaitu keadaan-keadaan Badan yang tidak suci dari Najis. (Khitanan).
2. Penyucian anggota badan dari tindakan pidana dan Dosa.
3. Penyucian Hati dari Akhlaq-akhlaq tercela dan perbuatan perbuatan terkutuk. Dan keinginan yang dibenci Allah.
4. Penyucian Siir dari yang selain Allah yang merupakan perbuatan penyucian diri para “Nabi dan Shodiqiin serta Sholihiin dan Mukhlisin”.
Kebersihan dalam setiap peringkat, adalah setengah dari ‘amal yang sesuai dengan peringkatnya masing-masing. Sehingga puncak tertinggi dari ‘amal Siir adalah tersingkapnya Kebesaran dan keAgungan Allah SWT.
Ma’rifatullah tidak akan bersemayam dalam “Siir” sekiranya yang selain Allah tidak keluar darinya. Karena itu Allah Berfirman :
قُـــلِ الـلّـــــــــهُ ، ثـــمَّ ذرْ هُــمْ فِى خَــوْ ضِـــهِـــمْ يَـــلْـــعَـــبُــوْ نَ
“Katakanlah Allah ! (yang menurunkan Kitab itu) Kemudian (setelah kamu laksanakan tugasmu). Biarkanlah mereka bermain-main dengan kesesatannya”. (Q.S. Al-An’aam : 91)
Karena keduanya tidak mungkin berkumpul dalam satu Hati, sebagaimana Allah berFirman dalam Al-Qur-aan :
مَـا جَـــعَـــلَ الـلّـــــــــهُ لِـــرَ جُـــلٍ مِــنْ قَـــلْـــبَـــيْـــنَ فِى جَــوْ فِـــه
“Allah tidak menjadikan Dua buah Hati dalam rongga dada seseorang” (Q.S. Al-Ahzab : 04)
Adapun perbuatan Hati dan tujuannya, ialah harus dipenuhi Hati tersebut dengan akhlaq-akhlaq yang terpuji dan Aqidah-aqidah yang benar. Hati tidak akan bisa menyandang keduanya sekaligus. Selama Hati belum dibersihkan terlebih dahulu dari akhlaq-akhlaq yang tercela, dan bersih dari Aqidah-aqidah yang salah. Maka mensucikan Hati dari keadaan tersebut adalah tahapan pertama, yang sekaligus adalah prasyarat untuk tahapan yang kedua, yaitu pengisian Hati dengan akhlaq-akhlaq yang terpuji.
Inilah Maqam-maqam Iman. Yang pada setiap maqam terdapat peringkat. Seseorang tidak akan bisa mencapai peringkat yang lebih tinggi, kecuali setelah melewati peringkat yang paling bawah. Orang yang belum berikhtiar mensucikan seluruh anggota badannya dari segala larangan Allah. Tetapi langsung saja ia menghiasinya dengan keta’atan kepada Allah.
Maka jalan menuju kepada-Nya sangat sulit dicapai. Jangan mengira bahwa perkara semacam ini dapat dicapai dengan mudah dan santai. Sangat panjang rentang waktu dan masih banyak rintangan yang akan dilalui. Untuk itu. Renungkanlah setiap saat.
Maka jalan menuju kepada-Nya sangat sulit dicapai. Jangan mengira bahwa perkara semacam ini dapat dicapai dengan mudah dan santai. Sangat panjang rentang waktu dan masih banyak rintangan yang akan dilalui. Untuk itu. Renungkanlah setiap saat.
Penyucian tingkat pertama, ialah penyucian anggota Badan dari perbuatan-perbuatan ”Bashiroh” yaitu pandangan pandangan hayali yang sering muncul dalam diri seseorang. Sehingga terjadilah banyak Khayalan. Banyak Ilusi. Banyak Ilustrasi. Banyak Imajinasi dan lintasan-lintasan Hati yang sering mengganggu Taqorrub seseorang dalam menuju keyakinan yang Haqiki.
Penyucian adalah merupakan hasil Taqorrub dengan ‘amalan sunnat. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Qudsi:
"Senantiasa hamba-KU mendekatkan diri pada-KU dengan melakukan ‘Amalan-‘amalan sunnat, hingga AKU mencin tainya. Jika AKU telah mencintainya. Maka AKU akan menjadi Pendengarannya yang dengan itu ia Mendengar. AKU menjadi Penglihatannya, yang dengan itu ia Melihat. AKU menjadi Lisannya, yang dengan itu ia Bertutur kata. AKU menjadi Tangannya, yang dengan itu Memegang”.
Jika seorang Pesuluk yang mau sempurna, dan besar keinginannya sampai kepada tujuan yang Haqiki. Dan telah keluar dari Sangkar diri yang gelap gulita, serta bisa melewati Alam Jasad secara keseluruhan. Dan menghancurkan Gunung ke-Egoannya selumat-lumatnya. Berkat Tajalli Nuur Ar-Rububiyah. Dan tersingkap Hijab-hijab Cahaya kegelapan, maka ia akan melihat ke-Agungan Al-Haq yang Haqiki. Sehingga ia akan persis seperti kalimat Hadit Qudsi diatas.
Ketahuilah ! Manusia itu selagi ia berada di Alam Bendawi yang terdiri dari bahan dasar. Berarti ia masih berada dalam kawasan Perebutan Pengaruh. Bala Tentara Tuhan dengan Bala Tentara Iblis.
“Bala Tentara Allah berupa Belas kasih. Keselamatan. Kebahagiaan. Cahaya kesucian dan kesempurnaan. Sementara bala Tentara Iblis adalah berupa Kekufuran. Takabur. Sombong. Congkak. Menjauhi tempat yang suci. Dan lari dari kebenaran. Serta membawa kearah Neraka Jahannam.”
Jika sisi Rububiyah menang atas sisi Iblis. Maka manusia akan kembali kepada fitrah awalnya, yaitu suci. Suci itu dalam pandangan Haqikat adalah berupa Cahaya. Keselamatan. Dan Kebahagiaan.
Sebagaimana ditegaskan didalam Al-Qur-aan dan hadits-hadits Nabi Saw. bahwa selagi manusia berada di Alam ini, maka dengan kekuatan ikhtiarnya ia mampu meletakkan dirinya dibawah pengaruh salah satu dari kedua kekuatan tersebut. Tetapi jika dari awal sampai akhir fitrahnya ia tidak pernah mau terpengaruh oleh Tentara Iblis. Maka ia adalah termasuk seorang “Insan Ilaahi Kamil Mukamil”. Sekujur Tubuhnya penuh dengan cahaya. Suci dan bahagia. Hatinya adalah Cahaya kebenaran. Dan ia tidak menghadap selain kepada Kebenaran. Kekuatan Batiniah dan Lahiriahnya Bercahaya dan Suci. Ia tidak bertindak kecuali dibarengi kebenaran.
Kekuatan Iblis dengan bala Tentaranya tidak akan sanggup dan tidak mampunyai bagian dan pengaruh atas orang yang seperti ini. Karena ia Suci secara mutlak menurut kadar Manusia. Dan merupakan Cahaya murni yang beredar di Alam Allah yang sangat luas ini. Jika melihat dari kalimat dan gambaran akhlaqnya. Maka sudah pasti ia adalah Rasulullah Saw.
Ketahuilah ! Manusia itu selagi ia berada di Alam Bendawi yang terdiri dari bahan dasar. Berarti ia masih berada dalam kawasan Perebutan Pengaruh. Bala Tentara Tuhan dengan Bala Tentara Iblis.
“Bala Tentara Allah berupa Belas kasih. Keselamatan. Kebahagiaan. Cahaya kesucian dan kesempurnaan. Sementara bala Tentara Iblis adalah berupa Kekufuran. Takabur. Sombong. Congkak. Menjauhi tempat yang suci. Dan lari dari kebenaran. Serta membawa kearah Neraka Jahannam.”
Jika sisi Rububiyah menang atas sisi Iblis. Maka manusia akan kembali kepada fitrah awalnya, yaitu suci. Suci itu dalam pandangan Haqikat adalah berupa Cahaya. Keselamatan. Dan Kebahagiaan.
Sebagaimana ditegaskan didalam Al-Qur-aan dan hadits-hadits Nabi Saw. bahwa selagi manusia berada di Alam ini, maka dengan kekuatan ikhtiarnya ia mampu meletakkan dirinya dibawah pengaruh salah satu dari kedua kekuatan tersebut. Tetapi jika dari awal sampai akhir fitrahnya ia tidak pernah mau terpengaruh oleh Tentara Iblis. Maka ia adalah termasuk seorang “Insan Ilaahi Kamil Mukamil”. Sekujur Tubuhnya penuh dengan cahaya. Suci dan bahagia. Hatinya adalah Cahaya kebenaran. Dan ia tidak menghadap selain kepada Kebenaran. Kekuatan Batiniah dan Lahiriahnya Bercahaya dan Suci. Ia tidak bertindak kecuali dibarengi kebenaran.
Kekuatan Iblis dengan bala Tentaranya tidak akan sanggup dan tidak mampunyai bagian dan pengaruh atas orang yang seperti ini. Karena ia Suci secara mutlak menurut kadar Manusia. Dan merupakan Cahaya murni yang beredar di Alam Allah yang sangat luas ini. Jika melihat dari kalimat dan gambaran akhlaqnya. Maka sudah pasti ia adalah Rasulullah Saw.
Adapun sebagian orang Ma’shum, tidak seperti para Nabi dan Wali Allah. Mereka bukanlah pemilik keistimewaan secara mutlak seperti gambaran diatas, karena mereka tidak terlepas dari pengaruh Setan, seperti halnya Nabi Adam A.s. berani mendekati pohon Khuldi yang telah dilarang Allah Swt.
Kendatipun kita selaku anak keturunan Adam A.s. banyak sekali mendapat Hikmah dari seluruh kejadian ini. Dan wajib untuk memperjuangkan fitrah asli yang ada pada kita. Sebab jika cahaya fitrah sudah tercemar dengan segala kotoran Lahiriah dan Batiniah, sebatas mana yang tercemar itu, maka dengan sendirinya sejauh itu pula ia akan menjauh dari hamparan “Al-Qurb” (Yang Maha Dekat). Dan terpisah dari Hadirat Yang Maha Suci. Yang Maha Agung dan Maha Mulia.
Maka ia akan menjadi Tawanan Iblis dan Setan. Zahir dan Batinnya berada dibawah kekuasaan dan pengaruh mereka. “Setan akan menjelma ke dalam Hatinya kemudian ke dalam Pendengarannya dan ke dalam Penglihatannya. Serta Ke dalam Tangan dan Kakinya. Maka seluruh tindakannya di bawah pengaruh Iblis dan Setan”.
Jika seseorang sampai kepada maqam demikian ini, maka ia termasuk ke dalam golongan orang yang celaka. Karena ia tidak akan dapat menyaksikan kebahagiaan yang dijanjikan Allah Jalla Wa’azza.
Jika ia berhasil bertahan dalam maqam pertama, kemudian berikhtiar mendekatkan diri kepada Allah SWT menurut kadar kesiapannya, maka tanpa disadarinya ia telah masuk ke peringkat yang kedua dalam penyucian akhlaq. Tarikan-tarikan Ilaahiyah Ruhaniyah akan menariknya seperti magnet, dan ia akan asyik dengan puncak Tajalli Al-Asma’ lalu mendo rongnya keperingkat yang lebih tinggi. Sungguh. Tarikan Yang Maha Pengasih mengalahkan perbuatan Jin dan Setan serta Manusia yang bermuara kepada Iblis.
Seperti disebutkan dalam hadits : “Setiap kali Manusia mampu mendekatkan diri (Taqorrub) kepada Allah. Berarti ia ber-Akhlaq dengan Akhlaq-akhlaq Rububiyah”. Dan Nabi Saw. pernah bersabda : “Tuhan-ku telah mendidikku dengan sebaik-baik pendidikan”. Demikian tingkat pertama bagi pesuluk yang mau menekuni ajaran yang baik menurut pakar Ahli Tasawwuf dan Ahli Ma’rifah. Kuncinya adalah berakhlaq dengan Sunnah-sunnah Allah dan Sunnah-sunnah Nabi Muhammad Saw. serta melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya.
وَ ا تــبــعْ مَا يُـوْحى اِلَــيْـكَ مِنْ رَّ بّـكَ ط اِ نَّ الـلّـــهَ كَـانَ بــمَا تــعْــلَــمُـوْ نَ خَـبــيْــرً ا ` وَ تــوَ كَّــلْ عَــلَى الـلّـــــهِ ط وَ كَــفى بِـالـلّــــهِ وَ كِـــيْــلاً `
“Dan ikutilah apa yang di Wahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan”. “Dan bertaqwalah kepada Allah. Cukuplah Allah Pemelihara bagimu”. (Q.S. Al-Ahzab : 2 - 3)
Peringkat kedua. Dalam menata diri agar menghiasinya dengan akhlaq-akhlaq utama dan perilaku mulia. Jika hal demikian ini bisa bertahan selama mungkin, sehingga datang Natijah dari Allah untuk menelusuri jalan yang lebih tinggi. Insya Allah ia akan dilambari oleh Nuur Ilahiyah dari Allah yang sering diharap-harapkan oleh seluruh Ahli Ma’rifah.
Peringkat ketiga. Ialah sanggup memelihara kesucian Hati, yakni Taslim (penyerahan) Hati hanya kepada Allah. Setelah Taslim. Insya Allah Hati akan bercahaya. Bahkan Hati tersebut akan menjadi bagian dari Alam Nuur dan Derajatnya adalah Nuur Ilahiyat yang di-Anugerahkan Allah kepadanya.
Wahai Insan !!!
Setiap kali pekerjaan itu mulia. Maka sangat sulit untuk menempuhnya. Dan panjang pula liku-likunya. Serta banyak pula rintangan-rintangannya. Maka janganlah kita mengira bahwa semua urusan bisa digapai dengan cita-cita dan keinginan belaka. Tidak ! Tidak ! Tidak !
Memang. Orang yang pandangannya Buta dari perbedaan dan tidak memahami tingkat-tingkat Kesucian Derajat akhir, maka akan ia habiskan seluruh waktunya dalam Bersuci dengan hanya membuang air besar dan kecil. Kemudian mensucikan Pakaian. Dan membersihkan yang lahir-lahir saja. Serta mencari air yang banyak. Karena perkiraannya yang disertai khayalan akalnya. Bahwa yang Kotor itu pasti Batil. Dan wajib dicuci sebersih-bersihnya, sehingga mulia dipan dang orang banyak. Mereka lalai.
Melihat perilaku orang-orang yang terdahulu. Bahwa orang-orang dahulu itu. Menghabiskan seluruh waktunya dengan kesungguhannya. Bagaimana caranya agar bisa mensucikan “Hati”. Mereka Tertegun dan Ngeri. Apabila Syari’atnya berlepotan dengan kotoran-kotoran yang terletak didalam Hati, seperti, Sombong. ‘Ujub. Riya’. Takabur. Nifaq. Bodoh alias Jahiliyah Modern. Begitu mereka Belajar lalu mereka laksanakan Sholat. Mereka terus-menerus belajar merangkum Hati agar bersih dan suci dari segala kotoran yang bersarang di dalam Hatinya. Dan mereka sangat Resah dan Gelisah. Mereka masih saja Cemas. Apakah ‘Amalku ini diterima ? atau malah sebaliknya ? Dan mereka dengan harap-harap Cemas. Memohon kepada Allah Jalla Wa’azza. Semoga diberi Bimbingan menuju kejalan yang baik ………
Dan mereka menyiapkan Fikiran untuk mencari hal-hal yang kecil dan samar-samar (Subhat) bagi orang awam.
Dan mereka menyiapkan Fikiran untuk mencari hal-hal yang kecil dan samar-samar (Subhat) bagi orang awam.
Menurut pengalaman orang dahulu. Jika kita disibukkan mencari hal-hal yang di-Ridhoi Allah SWT. maka kita dapat menyibukkan Hawa-Nafsu kita yang sanagat banyak menghendaki agar kita banyak melaksanakan ‘Amalan-‘amalan Mubah. Yang lahir dari dalam diri sendiri. Maka dengan mencari kesibukan yang berlawanan dengan kehendak nafsu itu. Maka akan terhalang pekerjaan ma’siat walaupun sangat kecil. Karena Ma’siat dan keinginan Nafsu itu, walaupun kecil, ia akan menyibukkan pemilik fikiran itu.
Hendaklah kita Fikirkan contoh-contoh diatas tersebut. Semoga kita selamat dari ‘Amalan yang tidak ada nilainya di Sisi Allah SWT. dan perhitungkanlah di dalam memelihara Usia yang hanya tinggal sedikit lagi. Dengan ‘Amalan yang baik. Karena Kebersihan ‘Amalan Zahir itu, akan mendorong keImanan yang Batin.
Hendaklah kita Fikirkan contoh-contoh diatas tersebut. Semoga kita selamat dari ‘Amalan yang tidak ada nilainya di Sisi Allah SWT. dan perhitungkanlah di dalam memelihara Usia yang hanya tinggal sedikit lagi. Dengan ‘Amalan yang baik. Karena Kebersihan ‘Amalan Zahir itu, akan mendorong keImanan yang Batin.
Kesucian zahir itu ada tiga bagian
1. Suci dari Kotoran.
2. Suci dari Hadats besar dan kecil.
3. Suci dari kelebihan-kelebihan Tubuh. Yang bisa mengotori diri kita dari sesuatu, umpamanya Berkhitan. Memotong kuku Tangan atau Kaki. Mencukur Bulu di Ketiak. Bulu di Kemaluan. Dan menggunting Rambut di kepala.
Itu semua wajib menjadi perhatian kita. Karena hal tersebut adalah Anjuran Rasulullah Saw. Demikian kita petik dari Kitab “Ihya' ‘Ulumuddin” Juz I halaman : 411
Terjemah Drs. H. Moh. Zuhri