29 January 2008

18. Thoharoh (Bersuci)

Arti Thoharoh, menurut bahasa adalah “Bersih”, tetapi menurut Syara’, artinya adalah bersih dari Hadats dan Najis. Dan bersuci dikarenakan Hadats hanya bagian Badan saja.
HADATS ADA DUA MACAM :
1. Hadats - Besar
2. Hadats - Kecil.
Cara menghilangkan Hadats besar ialah dengan Mandi atau Tayamum. Menghilangkan Hadats kecil bisa dengan Berwudhuk atau Tayamum. Bersuci dari Najis berlaku pada “Badan. Pakaian. dan Tempat”. Dan cara menghilangkannya ialah harus dicuci dengan Air Suci dan Mensucikan, yakni air bersih.

Kedudukan Thoharoh dalam Ibadat.
Thoharoh (bersuci) adalah suatu masalah yang penting dalam Agama Islam. Dan merupakan pangkal dan pokok dari Ibadah yang menjadi penyongsong (mengawali) bagi manusia dalam menghubungkan diri kepada Allah SWT.

عَـنْ أَبِـى مَالـِكٍ الأَشْـعَـرِى قَالَ : قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّــــهْ صَـلَّى الـلّــــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ الـطَّــهُوْرُ شَـطْـرَ اْلإِ يــْـمَانِ ، وَ الْـحَـمْـدُ لـِلّــــــــهِ
تَــمْـلأُ الْـمِـزَ انَ وَسُــبْحَانَ الـلّــــــهِ وَ ا لْـحَـمْـدُ لِـلّــــــهِ تَــمْــلآ نِ
أَوْ تَــمْـلأُ مَابـَـيْـنَ السَّــمـوَاتِ وَ اْلأَرْضِ وَ الصَّــــــــــــــلاَ ةُ نُــوْ رٌ، وَ الصَّـدَ قَـةُ بـُرْهَـانٌ وَ الصَّــبْــرُ ضِـيَاءٌ وَ الْــقُـرْآ نُ حُـجَــةٌ لَـكَ أَوْعَـلَــيْـكَ كُـلُّ الـنَّا سِ يَـخْـدُوْ فَــبَا ئِــحَ نَــفْـسَــهُ فَــمُـعَــتِــقُــهَا أَوْ مُـوْ بِــقُــهَـا


“Dari Abu Malik Asy-‘Ariy, katanya : “Bersabda Rasulullah Saw. “Kebersihan itu sebagian dari ke-Imanan. Membaca Shubhanallah dan Al-Hamdulillah. Pahalanya sebesar Langit dan Bumi. Sholat itu Pelita. Sedekah itu Bakti. Sabar itu Cahaya. Dan Al-Qur-aan itu akan menjadi Kawan atau Lawanmu. Manusia itu sepanjang hidupnya bekerja untuk keselamatan dirinya atau kecelakaan buat dirinya”. (H.R. Muslim)

Tidak Sah Sholat seseorang, jika tidak dengan ber-Thoharoh. Sabda Rasulullah Saw :

عَنِ ابْـنِ عُمَرَ قَالَ: إِ نِّـى سَمِعْتُ رَسُـوْلُ الـلّــهِ صَلَّـى الـلّـهُ عَـلَـيْهِ وَسَـلَّمَ يَـقُـوْ لُ:لاَ تُــقْــبَـلُ صَـلاَ ةٌ بِــغَـيْـرِطَــهُـوْ رٍ وَ لاَ صَـدَ قَــةٌ مِــنْ غُـــلُــوْ لٍ

“Dari Ibnu ‘Umar r.a. ia berkata : “Kudengar Rasulullah Saw. Bersabda Katanya :”Tidak diterima Sholat tanpa bersuci. Begitu pula Sedekah yang didapat dari Korupsi”. (H.R. Muslim)

عَنْ أَبِـى هُرَ يْـرَ ةَ عَن مُحَـمَّـدٍرَسُـوْ لِ الـلّــهِ صَـلَّى الـلّــهُ عَـلَـــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ فَـذَ كَـرَ أَحَادِ يْثَ مِـنْـهَا وَ قَـالَ رَسُـوْلَ الـلّـهِ صَـلَّى الـلّــهُ عَـلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ :لاَ تُــقْــبَـلُ صَـلاَ ةَ أَحَـدِكُــمْ إِ ذَا أَحْــدَثَ حَــتَّى يَــتََــوَ ضَّــأَ

"Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah Saw :“Tidak sah Sholat seseorang yang berhadats. Sebelum ia berwudhuk”. (H.R. Muslim)

Jauh sebelum pelaksanaan Berwudhuk, maka kita akan mengamati persoalan Air terlebih dahulu. Sebab air yang suci tersebut ada beberapa macam :

Macam-macam Air dan Pembagiannya.
Alat utama untuk bersuci adalah air. Ditinjau dari Hukumnya, air dapat dibagi menjadi 4 macam :
1. Air Muthlaq (air yang sewajarnya).
Yaitu air suci dan yang dapat mensucikan (Thohir Muthohir). Artinya air itu dapat dipergunakan untuk bersuci. Dan menurut pakarnya ada 7 macam :
a) Air Hujan.
b) Air Sungai.
c) Air Laut.
d) Air Sumur/Perigi.
e) Air Pancuran/Mata air.
f) Air Embun.
g) Air Salju.
2. Air Makruh.
Yaitu air yang suci dan dapat mensucikan. Tetapi makruh jika digunakan untuk berwudhuk. Seperti air Musyammas yaitu air yang terjemur diterik Matahari dan tempatnya terdiri dari Logam atau Kaleng atau Aluminium. Karena dikhawatirkan air tersebut telah mengandung Bakteri atau Virus yang bisa menyebabkan penyakit kulit bagi sipemakainya.
3. Air Suci. Tetapi tidak dapat digunakan untuk bersuci (Thohir ghoiru Muthohir).
Yaitu air yang boleh diminum. Tetapi tidak Sah untuk Bersuci, seperti :
a) Air yang sedikit dan telah dipakai untuk bersuci. Walaupun tidak berobah warna dan sifatnya. Air itu disebut air Musta’mal.
b) Air suci yang bercampur dengan benda suci, seperti Air Teh, Air Kopi, Air Limun, Air Kelapa. Dan lain sebagainya.
4. Air Mutanajis.
Yaitu air yang terkena atau tercemar oleh najis. Air Mutanajis ini, apabila kurang dari dua Kulah. Maka tidak sah dipakai untuk bersuci. Tetapi jika air tersebut lebih dari dua Kulah, dan tidak berobah sifatnya, yaitu “Baunya. Rupanya. dan Rasanya", maka Sah dipakai untuk bersuci.
Untuk ukuran dua Kulah, jika dengan ukuran isi pada suatu tempat yang persegi empat, ialah :
Panjangnya = 1 ½ Hasta
Lebarnya = 1 ½ Hasta
Dalamnya = 1 ½ Hasta.
Dalam hal ini. Kami penyusun tulisan ini. Menganjurkan, agar Tuan-tuan bertanya kembali kepada para pakar Hukum Islam, seperti KUA atau para ‘Ulama dan para Ustadz di daerah kita masing-masing, agar lebih mantap lagi pengetahuan yang sudah ada.

0 comments: