29 January 2008

20. Hal Istinja'

Arti Istinja’, yaitu bersuci dari buang air besar maupun buang air kecil. Istinja’ dapat dilakukan dengan salah satu dari Tiga cara :
1. Membasuh tempat keluarnya Najis dengan Air sampai bersih betul. Dengan Dalil :

عَنْ عَـطَاءِ بْـنِ أَبِـى مَـيْـمُوْ نَـةَ قَالَ سَمِعْتُ أَ نَّسَ بْـنِ مَلِـكْ يَـقُـوْلُ كَانَ رَسُـوْ لُ الـلّــهِ صَـلَّى الـلّــهُ عَـلَــيْهِ وَسَـلَّـمَ : إِذَادَخَـلَ الْـخَـلاَءَ أَحْـمِـلُ أَ نَـاوَغُـلاَ مِ مَعِـيْ نَـحْـوِى إِذَاوَ ةً مِنْ مَـاءٍ فَــيَـسْــتَــنْـجِيْ بِـالْــمَـآءِ

“Dari ‘Atha’ bin Abi Maimunah r.a. katanya : “Aku mendengar Anas bin Malik r.a. berkata : “Biasanya jika Rasulullah Saw. pergi ke tempat buang air. Maka saya bersama seorang Pemuda lainnya membawakan sebejana Air untuk dipakai oleh Beliau untuk bersuci”. (H.R. Ibnu Majah)

عَـنْ قَـــتَـادَ ةْ عَنْ مُـعَاذ ةَ عَنْ عَا ئِــشَـةَ أَ نَّــهَا قَالَـتْ مُرْنَ أَ زَوَ اجَـكُـنَّ أَنْ يَّـسْــتَــطِــبُـوْا بِـالْـمَاءِ فَـإِ نّـِـي أَ سْــنَــحْــيِـــيْـــهِـمْ مِــنْــهُ أَنَّ رَسُـوْ لُ الـلّــــــــــــهِ صَــلَّى الـلّـــــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَـــلَّــمَ كَانَ يَــفْـــعَـــلُــــهُ

“Dari Qatadah dari Mu’az. Katanya ‘Aisyah r.a. pernah berkata : ”Perintahkan Suami-suami kamu untuk bersuci dengan Air. Sesungguhnya saya malu untuk menyampaikannya kepada mereka, yang biasa dilakukan Rasulullah Saw. ketika Bersuci”. (H.R. Sunan An-Nasa’iy halaman : 21)

2. Membersihkannya dengan Batu atau benda kesat dan keras lainnya. Sekurang-kurangnya dengan Tiga buah Batu, jika tidak ada Batu, dapat dipergunakan benda-benda yang lain, asalkan kesat atau keras. Dengan Dalil:

عَنْ هِـلاَ لٍ بْـنِ يَـسَافٍ عَنْ سَـلَـمَـةَ ابْـنِ قَــيْسٍ عَنْ رَسُـوْلُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّــهُ عَلَــيْهِ وَسَـلَّـمَ قَالَ : إِ ذَا اَسْـتَـجْـمَرْتَ فَـأَوْ تَــرُ

“Dari Hilal bin Yasaaf. Dari Salamah bin Qais. Rasulullah Saw. bersabda : “Jika kamu Bersuci. Maka Bersucilah dengan jumlah yang ganjil”. (H.R. .An-Nasa’iy)

Larangan Bersuci kurang dari Tiga Batu

عَنْ عَــبْدٍالـرَّحْمـنِ بْـنِ يَــزِ يْـدُ عَنْ سَـلْـمَـنِ قَالَ : قَـالَ لَــهُ رَجُــلٌ إِنْ صَاحِـبَـكُـمْ ، لَــيُـعَـلِّـمُـكُـمْ حَــتَّى الْخِـرَ اءَ ةِ قَالَ أَجَـلْ نَــهَانَـا أَنْ نَــسْــتَـــقْــبِــلَ الْـقَــبْــلَــةَ بِـخَائِــطِ أَوْ بَـوْ لِ أَوْ نَــسْــتَـــنْــجِـــــيَ بــإِ يْـمَا نِــنَا أَوْ نَــكْــتَــفِـيَ بِـأَ قَـلَّ مِنْ ثَــلاَ ثَــةِ أَحْـجَارِ

“Dari ‘Abdur-Rahman bin Yazid. Dari Salman. Katanya ada seorang Yahudi berkata kepada (Salman) : “Sesungguhnya Sahabatmu (Muhammad) senantiasa mengajarkan padamu, sampai-sampai cara buang air dengan duduk sekalipun”. Jawab Salman : “Benar ! Beliau melarang kami untuk menghadap ke-Qiblat, baik diwaktu buang hajat maupun kencing. Dan (harus) Bersuci dengan tiga buah Batu”. (H.R. An-Nasa’iy)

Larangan Bersuci dengan Tahi Hewan yang sudah kering dan Tulang.

عَـنْ أَ بِـى صَالِـحْ عَنْ أَبِـى هُرَ يْـرَ ةَ عَنِ الـنَّبِـيَّ صَـلَّى الـلّـهُ عَلَــيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : إِ نَّـمَا أَ نَـا لَـكُـمْ مِـثْــلَ الْـوَ الـِدِ أَعَـلِّـمَكُـمْ إِ ذَاذَهَبَ أ حَـدُ كُــمْ إِلَى الْـخَــلاَ ءِ فَـــلاَ يــَسْــتَـــقْــبِــلَ الْــقِـــــبْــلَــةَ وَ لاَ
يـَسْــتـدْ بــُرْهَانَ وَ لاَ يـَسْـتَـــنْــجِ بـِـيَــمِـيْــنِـهِ وَ كَانَ يَـأ مُـرُ بِـثَــلاَ ثَـــةِ أَحْجَارِ وَ نَــهَـى عَنِ الـرَّ وْ ثَ وَ الـرِّ مَّـةِ

“Dari Abu Shaleh. Dari Abu Hurairah r.a. Dari Nabi Saw. Bahwa Beliau Bersabda :“Sesungguhnya saya bagi kamu adalah seperti Ayah yang mengajar kan sesuatu kepada kamu, yaitu jika salah seorang dari kamu masuk kekakus / WC. Janganlah kamu menghadap ke Qiblat. Jangan pula membelakangi Qiblat. Dan jangan Bersuci dengan Tangan Kanan” Dan Beliau menganjurkan Bersuci dengan Tiga Batu. Serta melarang Bersuci dengan kotoran Hewan dan Tulang”. (H.R. An-Nasa’iy)

3. Dibersihkan dengan Batu terlebih dahulu. Kemudian baru dibasuh dengan Air. Dengan Dalil :

وَعَنِ ابْـنِ عَـبَّاسٍ رَضِيَ الـلّــهُ عَـنْـهُـمَـا إِنَّ الـنَّـبِـيَّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـلَّمَ سَـأَلَ أَهْلَ قُــبَاءٍ،قَالَ: إِنَّ الـلّـــهَ يـُثَــنِى عَـلَـيْـكُمْ فَـقَالُـوْ ا: أَ نَـا نَــتَّــبِـعُ الْحِـجَارَ ةَ الْــمَاءَ

“Dari Ibnu ‘Abbas r.a. Bahwasanya Nabi Saw. pernah bertanya kepada penduduk Quba’. Seraya Bersabda : “Sesungguhnya Allah pernah memuji kamu sekalian”. Mereka menjawab : “Sebab kami setelah ber-istinja’ dengan Batu, lantas kami bersihkan dengan Air“. (H.R. Bazaar dengan Sanad lemah asalnya dari Abu Daud)
Kalimat diatas dikutip dari Kitab : “Bulughul Maram”
Selanjutnya kita perhatikan Hadits dibawah ini :

عَنْ إِبْـنُ عَـبَّـاسٍ قَالَ مَرَّرَسُوْلُ الـلّــهِ صَـلَّى الـلّــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـلَّمَ عَـلَى قَــبْـرَ يْـنِ فَــقَــلْ أَ مَـا إِ نَّـــهُـمَا لَــيُـعَـذَّ بَـانَ وَ مَـا يُــعَـذِّ بَـانِ فِى كَــبِــيْـرٍ أَ مَّـا أَحَـدُ هُمَا فَـكَا يـَـمْـشِ بـالـنَّـمِـيْـمَـةِ وَ أ مَّا اْلأَخِـرُ فَــكَانَ لاَ يــَسْـتَــتِــرُ مِنْ بـَـوْ لِـهِ قَـالَ فَـدَ عَابِـعَسِــيْـبِ رَطْبٍ فَـشَـقَّـهُ بِـاَ ثْــنَــيْـنِ ثُـمَّ غَرَسَ عَـلَى هَذَاوَ احِدًاوَعَلَى هَذَاوَاحِدً ا ثُـمَّ قَالَ لَــعَــلَّــهُ أَنْ يـُخَــفَّـــفَ عَــنْــهُــمَـا مَالَــمْ يَــيْــبَــسَـا

“Dari Ibnu ‘Abbas r.a. katanya sewaktu Nabi Saw. melewati Kuburan yang masih baru. Beliau berkata : “Bahwasanya ada dua orang sedang disiksa, oleh karena kesalahan yang biasa dianggap sepele (enteng). Salah satu dari keduanya, adalah Tukang Fitnah. Dan yang lainnya. Tidak beristinja’ dari Kencingnya” Kata Ibnu ‘Abbas r.a. selanjutnya : “Kemudian Nabi Saw. meminta Pelepah Kurma, lalu dibelah menjadi dua. Kemudian Beliau pancangkan diatas Kuburan masing-masing. Sambil Beliau berkata : “Mudah-mudahan keduanya dapat ketenangan selama Pelepah Kurma ini belum kering”. (H.R. Shohih Muslim Juz I hal 202)

وَعَنْ أَبِـى هُـرَ يـْرَ ةَ رَضِيَ الـلّــهُ عَــنْـهُ قَالَ : قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّــــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْــهِ وَسَــلَّـمَ : إِ سْــتُــتََـرِهُوْ ا مِنَ الْـبَـوْ لِ فَــإِنْ عَا مَّــةَ عَـذَابِ الْـقَــبْـرِ مِــنْــهُ

“Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata : “Rasulullah Saw. Bersabda : “Bersihkanlah Kencing. Sebab kebanyakan siksa Kubur (terjadi) dari padanya”.
(H.R. Daroqhutny)

Memperhatikan dengan serius beberapa Sunnah-sunnah Rasulullah Saw. diatas tersebut. Maka para‘Ulama dahulu sangat menganjurkan agar setiap orang Muslim yang ber-Istinja’, agar ber-Istibra’. (yakni berdehem-dehem) agar supaya semua air kencing yang masih tertinggal pada Kelamin bergerak keluar memancar-mancar. Oleh karena tekanan Istibra’ tersebut. Dan ber-Istibra’ tersebut diharuskan Tiga kali, sehingga benar-benar bersih air seni yang tinggal di Badan. Dalam hal ini dapat Tuan dan Puan buktikan sendiri. Manakala buang air kecil maupun besar. Jika Tuan dan Puan buat demikian, maka akan keluar semua air yang masih tertinggal disana. Terutama bagi orang yang sudah berkeluarga. Dan menurut ‘Ulama yang teliti. Inilah Air seni yang selalu tinggal di Badan, jika orangnya bangkit berdiri maka akan keluar menetes ke celana dalam. Dan termasuklah percikan Air seni yang melekat pada Paha dan Betis atau pada Kaki. Dan menurut pandangan, manusia yang seperti inilah yang disiksa sesuai dengan Hadits Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim di atas.
Namun sangat kita sayangkan. Kepada para Pendidik jaman sekarang. Mereka sangat kurang memperhatikan yang bersangkutan dengan masalah Air seni ini. Dan mereka sering menganggap enteng dengan keberadaan Air seni yang tinggal dan melekat di Badan, tanpa di sadari oleh yang punya badan. Maka dengan sendirinya mereka tidak menganjurkan kepada Anak didiknya untuk memperhatikan Hadits-hadits yang berkaitan dengan Air Kencing yang menetes.
Dan telah kita baca bersama berbagai hadits yang menyatakan bahwa masalah tidak bersih Badan dari Kencing. Maka mereka akan tersiksa didalam kuburnya.

Memberi Salam kepada orang yang sedang buang air atau sedang berada di Jamban/WC

عَـنْ نَـافِـعْ عَـنُ بـْنِ عُـمَـرَ قَـالَ مَـرَّ رَجُـلٌ عَـلَى الـنَّـبِـيَّ صَـلَّى الـلّــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـلَّـمَ ، وَ هُـوَ يَــبُـوْ لُ فَـسَـلَّـمَ عَـلَــيْـهِ فَـلَـمْ يــُـرَ دُّ عَـلَــيْـهِ السَّـــلاَ مُ

“Dari Nafi’. Dari Ibnu ‘Umar r.a. katanya :”Pernah seseorang lewat, padahal Nabi Saw. sedang buang Air kecil, lalu orang itu memberi Salam kepada Beliau, tetapi tidak dijawab salam orang tersebut”.
( An-Nasa’iy. Dalam Kitab Shohihnya halaman 17)

Agar Manusia Muslim jangan salah langkah dalam hal-hal yang kecil ini. Maka sangat di anjurkan untuk belajar sampai kepada masalah yang sekecil-kecilnya di dalam Agama. Itu semua untuk menjaga agar jangan serampangan dalam melaksanakan Ibadah. Hanya di karenakan kelalaian yang sedikit.
Dengan kelalaiannya tersebut. Maka semau-mau mulut saja menyalahkan orang lain. Atau ia akan membawa orang lain tersesat dalam melaksanakan Ibadah. Dan di suatu saat ia akan menyalahkan dirinya sendiri. Kemudian frustasi dan berlanjut dengan perbuatan yang dilarang oleh Agama. Setelah kita semua tahu bahwasanya memberi Salam ketika orang sedang di dalam WC adalah tidak baik. Maka jangan kita lakukan perbuatan yang merendahkan Agama Islam tersebut.

Fardhu dan Syarat Istinja’

1. Menghilangkan Warnanya.
2. Menghilangkan Baunya.
3. Menghilangkan Rasanya.

Rukun Istinja’ itu terbagi Empat
1. Orang yang Ber-Istinja’.
2. Yang di-Istinja’kan, yaitu Kubul dan Dubur.
3. Yang di-Istinja’kan itu, adalah sesuatu yang ke luar dari dua jalan yang kotor. Kubul dan Dubur.
4. Ber-Istinja’ itu. dengan Air atau Batu.

Kesempurnaan Istinja’ itu terbagi Dua
1. Suci.
2. Ikhlash.
Apabila hendak masuk kedalam Kakus/WC. Hendaklah dahulukan Kaki yang sbelah Kiri. Dan berdo’a :

عَـنْ أَ نَسٍ قَالَ : كَانَ رَسُـوْ لُ الـلّـــــــهِ صَــلَّى الـلّـــــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّــمَ ، إِ ذَ ا دَخَــلَ الْـخَــلا ءِ، اَلـلّـــــــهُـمَّ إِ نِّـى أَ عُـوْ ذُ بِـكَ مِـنَ الْـخُـــبُـثِ وَ الْــحَــبَا ئِـثْ

“Dari Anas r.a. ia berkata :“Apabila Rasulullah Saw. masuk kekamar kecil. Beliau berkata : “Ya Tuhan-ku. Sesungguhnya saya memohon perlindungan kepada-Mu, dari Godaan Setan Lelaki dan Setan yang Wanita”. (H.R. Tujuh Imam)

عَنِ الْحَكَـمِ الْـبَصِـرِ يْ، عَـنْ أَبـِـى إِ سْـحَـقْ ، عَـنْ أَِبِـى حُـجَــيْــفَــةْ، عَـنْ عَـلِـيّ ، فَالَ : قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّــــهِ صَـلَّى الـلّــــهُ عَــلَــيْــهِ وَسَــلَّـمَ، سَــتْـرُمَ بَـيْـنَ الْـجِنِّ وَعَـوْ رَ اتِ بَــنِــيْ آ دَ مَ ، إِذَ ادَخَــلَ الْـكَـنِــيْـفِ، أَنْ يَّــقُـوْ لُ : لبـسْـــمِ الـلّـــــهِ ..

“Dari Al-Hakim Al-Bashri. Dari Abu Ishaq. Dari Abu Hujaifah r.a. dari ‘Ali r.a. “Rasulullah Saw Bersabda : Penyekat (batas) antara Jin dan Aurat Bani Adam. Bila ia masuk WC. Adalah mengucapkan Bismillah ………
(H.R. Terjemah Sunan Ibnu Majah. Juz I halaman : 242)

Apabila membasuh tempat keluarnya Najis, hendaklah dengan Tangan sebelah Kiri. Dan disiram dengan Air hingga bersih betul. Kemudian membaca Do’a :

الـلّـــــهُمَّ طَــهَِّـرْ قَــلْـبِـيْ مِـنَ الـنِّــفَاقِ وَحَـصِّـنْ فَـرْجِيْ مِـنَ الْــفَــوَ ا حِـشْ

“Ya Allah. Bersihkanlah Hatiku dari (perbuatan) Nifaq. Dan peliharakanlah Farajku dari segala kekejian”.

Telah Ber-Ijma’ para ‘Ulama atas kebolehan Berdo’a dalam Hati bagi orang-orang yang sedang Berhadats atau Berjunub maupun didalam keadaan Nifas dan Wiladah.

حَــدَ ثَــنَا هَـرُوْنُ بْـنُ إِ سْـحَاقِ، ثَــنَا عَــبْـدُالـرَّحْــمـنِ الْـمُـحَارِ بِـيْ، عَـنْ إِسْــمَا عِــيْــلَ بْـنِ مُـسْــلِــيْـمُ ، عَـنِ الْـحَـسَـنِ وَ قَــتَادَ ةَ ، عَـنْ أَ نَـسٍ بْـنِ مَــلِـكِ قَـالَ كَانَ الـنَّـبِــيَّ صَــلَّى الـلّـــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ ، إِ ذَ ا خَـرَ جَ مِـنَ ا لْـخَــلاَ ءِ قَـا لَ :
أَ لـحَــمْـدُ لـِلّـــــهِ الَّــذِيْ أَ ذْ هَبَ عَــنِّـى اْلأَ ذ ى عَـافَــنِــيْ


“Mewartakan kepada kami Harub bin Ishaq. Mewartakan kepada kami ‘Abdur-Rahman bin Al-Muharibiy dan Isma’il bin Muslim. Dari Al-Hasan dan Qatadah dari Anas bin malik r.a. ia berkata :“Adalah Nabi Saw. ketika keluar dariKakus/WC. Beliau berucap :”Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan suatu penyakit dariku. Dan telah menyembuhkan aku”.
(H.R. Sunan Ibnu majah Juz I halaman : 244)
(Dalam Kitab Al-Azkar Hadits terletak di Halaman 14)

Mengingat Allah ketika sedang di Jamban/WC

حَـدَ ثَــنَا سُــوَ يْــدِ بْـنِ سَـعِـيْـدِ بْـنِ زَ كَــرِ يَـا بْـنِ أَ بِـيْ زَ ا ئِـدَ ةْ عَـنْ أَ بِــيْــهِ عَـنْ خَالِــدِ بْـنِ سَــلَــمَــةَ عَـنْ عَــبْـدِ الـلّـــــهِ الْـــبَــهِـى عَـنْ عُـرْ وَ ةَ عَـنْ عَائِـــشَــةَ، أَنَّ رَسُـوْ لُ الـلّـــــهِ صَــلَّى الـلّـــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَـــلَّـمَ : كَانَ يَــذْ كُـرُ الـلّـــــهَ عَــلَىكُـلِّ أَحْـيَـانِــهِ

“Mewartakan kepada kami Suwaid bin Sa’id. Mewarta kan kepada kami Yahya bin Zakariya bin Abu Zubaidah dari ayahnya. Zakariya dari Kholid bin Salamah dari ‘Abdullah Al-Bahiliy. Dari ‘Urwah. Dari ‘Aisyah r.a. Bah wasanya Rasulullah Saw. selalu mengingat Allah (Zikir) kepada Allah di setiap waktu (dan saat)”. (H.R. Terjemahan Sunan Ibnu Majah Juz I Halaman : 246)

Syarat-syarat Istinja’ dengan batu / benda keras.
1.
Batu atau Benda itu keras dan bersegi. Dan harus suci serta dapat membuang / membersihkan Najis.
2. Batu atau Benda itu tidak bernilai (dihormati) oleh Manusia maupun Jin. Misalnya Batu Masjid. Atau bahan Makanan seperti Tulang memang khusus untuk makanan para Jin.
3. Sekurang-kurangnya dengan Tiga kali sapuan dan sampai bersih betul.
4. Najis yang mau dibersihkan itu belum kering.
5. Najis itu tidak pindah tempat dari keluarnya, misalnya pindah ke paha atau pindah ke kaki dsb.
6. Najis itu belum bercampur dengan Benda lain, walaupun Benda itu suci, misalnya tidak terpercik oleh air kepadanya.

Hal-hal di atas tersebut dapat kita lihat pada Hadits yang telah tertuang pada Halaman terdahulu. Dan dapat pula Tuan renungkan segala isi Hadits tersebut. Lalu bertanya kepada yang Mustahaq.
Semoga pelajaran yang sedikit ini, bisa memadai untuk mengingatkan kita semua dalam masalah Beristinja’ dengan Benda, seperti Batu atau Daun yang kesat.

Perhatikan Hadits Anjuran Rasulullah Saw. dalam bersuci :

عَـنْ أَبِـى هُــرَ يْــرَ ةَ عَـنِ الـنَّـبِــيِّ صَــلَّى الـلّـــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَـــلَّـمَ قَالَ : لاَ يـَــبُـوْ لَـنَّ أَحَــدُ كُـمْ فِى الْـــمَآءِ الـدَّ ا ئِـــمِ ثُـــمَّ يـَــغْــسِـــلُ مِـــنْـــهُ

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya : “Bersabda Rasulullah Saw. “Janganlah buang air kecil salah seorang diantara kamu pada air yang tergenang, kemudian ia mandi di dalamnya”. (H.R. Muslim Juz I)

عَـنْ عَـا ئِــشَــةَ قَـالَتْ ، قَـالَ رَسُــوْ لُ الـلّـــــهِ صَــلَّى الـلّـــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ : عَــشْــرٌ مِـنَ الْــفِــطْــرَ ةِ قَــصُّ الــشَّا رَبِ وَ إ ِعْـــــفَـاءُ الـلِّـحْــيَــةِ وَ الـسِّــوَ اكِ وَ اسْــتِــنْــشَاقُ الْــمَاءِ وَ قَـصُّ اْلأَ ظْــفَارِ وَ غَـسْــلُ الْــبَــرَ اجِــمِ وَ نَـــتْــفُ اْلإِ بْــطِ وَحَــلْــقُ الْــعَـانَـــةِ وَ ا نْــتِــقَاصُ الْــمَاءِ قَالَ زَ كَــرِ يَّـاءِ قَـالَ مُــصْــعَـبٌ وَ نَــسِــيْـتُ الْــعَا شِــرَ ةَ إِ لاَّ أَنْ تَــكُــوْ نَ الْـــمَــضْــمَــضَــةَ

“Dari ‘Aisyah r.a. katanya : “Bersabda Rasulullah Saw : “Sepuluh macam dari tuntutan agama yaitu : Menggunting kumis, memelihara janggut, membersihkan gigi, membersihkan lobang hidung, mengerat kuku, membersihkan ruas-ruas jari, mencabut bulu ketiak, mencukur ari-ari, ber istinja’, dan berkumur-kumur”. (H.R Muslim Juz I Hal : 192. Terjemah H.A Razaq. Penerbit Al-Husna Jakarta).

عَنْ سَــعِـيْـدِا بْـنِ الْـمُـسَــبِـبْ عَـنْ أَ بِـى هُـرَ يْــرَ ةَ عَـنْ رَسُـوْلُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ : قَـالَ : أَ لْــفِــطْــرَ ةِ خَــمْــسُ اْلإِ خْـــتِـــتَـانُ وَ اْ لإِ سْـتِـحْـدَ ادُ
وَ قَصُّ الـشَّــرَ بِ وَ تَـــقْــلِــيْــمُ اْلأَ ظْــفَـارِ وَ تَــنْــفُ اْلإِ بْــطِ

“Dari Sa’id Ibnu Musayyib dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah Saw. bersabda : “Fitrah itu ada lima : Berkhitan, mencukur Bulu kemaluan, mencukur Kumis, memotong Kuku, dan mencabut Bulu ketiak”.
(H.R. An-Nasa’iy : Juz I halaman 5. Terjemahan Bey Arifin dan Yunus Ali Al-Muhdhor)

عَـنْ أَ بِـى عِـمْـرَ انَ الْـجَـوْ نِـيْ عَـنْ أَ نَـسٍ ابْـنِ مَالِكْ قَالَ وَ قَتْ لَــنَارَ سُـوْ لُ الـلّـــــهِ صَــلَّى الـلّـــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَـــلَّـمَ ، فَِيْ قَـصُّ الــشَّارِبِ وَ تَــقْــلِــيْـمَ اْلأَ ظْــفَارِ، وَخَــلَــقَ الْــعَا نَــةَ وَ نَــتْــفِ اْلإِ بْــطِ أَنْ لاَ تَــتْــرُ كَ أَ كْــثَــرَ مِـنْ أَرْ بـَـعِــيْــنَ يَــوْ مًا، وَ قَالَ مَــرَّ ةً أُخْـرى أَ رْ بـَــعِــيْــنَ لَـــيْـــلَـــةً

“Dari Abi Imran Al-Jauni dari Anas bin Malik katanya “Rasulullah Saw. memberi waktu kepada kami untuk mencukur kumis, memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, mencabuti bulu ketiak, tdak lebih dari 40 hari atau 40 malam”. (H.R. An-Nasa’iy Juz I halaman 7)

0 comments: