18 January 2008

11. Memetik Pelajaran dari Al-Quran

Ayat-ayat Al-Qur-aan, diturunkan kepada Rasulullah Saw. ialah untuk menjadi penerangan sesuatu masalah yang pada waktu itu Rasulullah Saw belum mengetahui hukum-hukum yang diridhoi Allah SWT.
Maka ayat-ayat Al-Qur-aan diturunkan karena ada sesuatu kejadian atau pertanyaan dari para Sahabat Nabi Saw yang Nabi sendiri belum mengetahui hukumnya. Sedikit sekali ayat Al-Qur-aan yang diturunkan dengan tiada sebab. Antara lain ayat-ayat yang didahului dengan Lafaz : Yas - aluanaka, "Mereka bertanya kepadamu …… misalnya :

يَـسْــئَــلُـوْ نَـكَ عَـنِ الْخَـمْرِوَ الْـمَــيْـسِـرِ قُـلْ فِــيْــهِـمَآ اِ ثْـمٌ كَـبِـيْـرٌ وَّ مَـنَافِـعُ لـِلـنَّاسِ وَاِثْــمُـهُـمَآ اَ كْــبَـرُمِنْ نَــفْـعِـهِـمَا وَ يــَسْـئَــلُـوْ نَـكَ مَاذَايــُـنْــفِــقُـوْنَ قُــلِ الْـعَـفْـوَ كَــذلـِكَ يــُـبَــيِّـنُ الـلّــــهُ لَـكُـمُ اْلا يَـاتِ لَــعَـلَّــكُــمْ تَــتَّــفَــكَّــرُوْنَ

"Mereka bertanya kepadamu (Hai Muhammad) Tentang Minuman Khamar (Segala macam Minuman yang memabukkan). Dan Berjudi. Katakanlah ! "Ke dua macam (perbuatan itu) Dosa besar. (kalaupun ada manfa’atnya) bagi manusia. Tetapi Dosanya jauh lebih besar daripada manfa’atnya”. Dan mereka bertanya kepadamu "Apakah yang akan kami Nafkahkan ? Katakanlah ! "Al-Afwu" (apa saja yang sudah lebih dari keperluanmu). Demikianlah Allah mene rangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, supaya kamu dapat memikirkannya”.
(Q.S. Al-Baqarah : 219)

وَ يــَسْــئَـــلُـوْ نَــكَ عَـنِ الْــيَــتَـمىط قَـلْ اِصْلاَ حٌ لَّــهُـمْ خَـــيْــرٌ وَ اِنْ تُـخَالِـطَــوْ هُمْ فَـاِخْـوَا نَـكُـمْ وَ الـلّـهُ يـَـعْـلَـمُ الْـمُـفْسِـدَ مِنَ الْـمُصْـلِـحِ وَلَـوْشَآءَ الـلّـــهُ َلاَعْــنَـتَـكُـمْ اِنَّ الـلّـــهَ عَزِ يْـزٌحَكِــيْـمٌ

"Dan mereka bertanya kepadamu (Hai Muhammad). Mengenai Anak-anak yatim. Katakanlah ! "Mengurus mereka (dengan pemeliharaan, pendidikan, Serta menjaga harta pusakanya agar jangan habis percuma). Adalah baik. Dan jika kamu bergaul dengan mereka (anak yatim), maka (perlakukanlah seperti) saudaramu. Karena Allah mengetahui siapa yang berbuat kerusakan. Dan siapa yang berbuat kebaikan. Jika Allah menghendaki. Niscaya DIA dapat (memberi pengasuh kepada anak yatim), namun bisa menyulitkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Q.S. Al-Baqarah : 220)


وَ يــَسْــئَــلُـوْ نَـكَ عَنِ الـرُّوْحِ قُـلِ الـرُّوْحُ مِنْ اَمْرِرَ بِّـيْ وَ مَـآ اَوْ تـِـيْـتُـمْ مِنَ الْـعِـلْـمِ اِلاَّ قَــلِــيْـلاً

"Dan (Manakala) mereka bertanya kepadamu. Tentang Ruh. Katakanlah ! Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku. Kamu diberi pengetahuan hanya sedikiiiit" (Q.S. Al-Israa’ : 85)

Ayat tambahan dibawah ini menjadi renungan kita :

وَ لَــئِـنْ شِئْــنَالَــنَدْهَـبَـنَّ بِـا لَّذِيْ اَوْحَــيْــنَآ اِ لَــيْـكَ ثُــمَّ لاَ تَـجِـدُ لَكَ بِـهِ عَـلَــيْـنَـاوَ كِــيْـلاً. اِلاَّ رَحْـمَـةً مِّنْ رَّ بِـّـكَ اِنَّ فَـضْــلَــه كَانَ عَـلَــيْـكَ كَـبِــيْــرً ا

"Dan kalau KAMI kehendaki, niscaya KAMI hilangkan apa yang telah KAMI Wahyukan kepada engkau. Kemudian kamu tidak memperoleh pelindung". (yang membelamu dari yang KAMI rencanakan). "Kecuali hanya karena Rahmat Tuhan-mu. Sesungguhnya karunia Allah kepadamu sangat besar sekali". (Q.S. Al-Israa’ : 86 - 87)

Kita kembali kepada pelajaran semula. Ketika seorang Sahabat yang bernama Al-Ghonawi. Mencintai dan ingin mengikat perkawinan dengan Wanita Musyriq. Maka ia mohon izin kepada Rasulullah Saw dan ketika itu Rasulullah Saw tidak dapat memberikan jawaban. Karena belum ada hukum yang menetapkan hal itu. Maka turunlah ayat :

وَ لاَ تَــنْـكِـحُـوا الْـمُـشْـرِكـتِ حَــتى يُــؤْ مِنَّ وَ لا َمَـةٌ مُّـؤْ مِــنَــةٌ خَــيْـرٌ مِّنْ مُّشْـرِكَــةٍ وَّ لَـوْ اَعْـجَــبَــتْــكُـمْ وَ لاَ تُــنْـكِـحُـوْا الْـمُشْـرِ كِــيْـنَ حَـتى يُــؤْ مِـنُـوْ ا وَ لَـعَـبْـدٌ مُّـؤْ مِنٌ خَــيْـرٌ مِّنْ مُّـشْـرِكٍ وَّ لَــوْ
اَعْجَــبَـكُـمْ اُولـــئِـكَ يَـدْعُـوْنَ اِ لـىَ الــنَّار، وَ الـلّـــــــهُ يَـدْعُوْ آ اِ لـىَ الْـجَــنَّـةِ وَ الْـمَـغْـفِـرَ ةِ بِـاِذْ نِــه وَ يــُـبَــيِّـنُ ا يـــتِــه لِلــنَّا سِ لَــعَــلَّــهُـمْ يــَـتَــذَ كَّــرُوْنَ

"Dan janganlah kamu mengawini wanita-wanita musyriq, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya hamba wanita yang Mukmin itu lebih baik dari wani ta musyriq, walaupun ia sangat menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan Pria musyriq (kepada wanita-wanita Mukmin). Sebelum mereka beriman. Seorang hamba yang Mukmin lebih baik, daripada seorang musyriq, walaupun ia sangat menarik hatimu. (karena) Mereka (cenderung) mengajak ke Neraka. Padahal Allah mengajak ke Syurga serta memberi ampunan dengan Ridho-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (Perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran". (Q.S. Al-Baqarah : 221)

Didalam Al-Qur-aan terdapat beberapa macam kedudukan ayat, antara lain :

1. Ada perintahnya jelas, tetapi caranya tidak jelas

وَ اَ قِــيْـمُوا الـصَّـلـو ةَ ………
"Dan dirikan Sholat" … … … (Al-Baqarah : 43)

2. Ada perintahnya jelas, tetapi ukurannya tidak jelas.

وَ اَ تُـوا الـزَّ كــو ا ةَ ………
"……… Dan keluarkanlah Zakat ………”

3. Ada yang tempatnya terang, misalnya tentang menyapu muka dan tangan dalam bertayamum, tetapi batasnya tidak jelas, sampai dimana yang disapu. Firman-Nya

فَــتَــيَــمَّـمُوْاصَـعِـيْـدً اطَــيِّــبًافَـامْسَحُـوْا بـِـوُجُـوْ هِكُمْ وَ اَ يْـدِ يْـكُمْ مِّــنْـــهُ

"Maka bertayamumlah dengan Tanah yang suci. Maka sapulah mukamu dan Tanganmu dengan tanah itu". (Q.S. Al-Maidah : 6)

Jika kita menemui ayat-ayat semacam ini, maka perlu sekali adanya penjelasan lebih lanjut. Penjelasan tersebut tidak ada yang berhaq memberikannya. Kecuali Nabi Muhammad Saw. Jika kita tidak bertemu dengan junjungan Alam yaitu, Nabi Muhammad Saw. karena telah berlangsung 1415 Tahun yang lalu. Tetapi banyak Hadits-hadits Beliau pada jaman sekarang sangat mudah mendapatkannya di Toko-toko Buku.
Kendatipun telah kita dapatkan Kitab atau Buku-buku yang berkaitan dengan Hadits-hadits Rasulullah Saw. Namun kita masih memerlukan para Tabi’in. Ta bi’it-Tabi’ihim. Para ‘Ulama. Para Ustadz. Para Mursyid. Yang ahli untuk menerangkan keadaan Hadits-hadits tersebut, agar lebih jelas dan gamblang dalam melaksanakan anjuran yang berada didalam Hadits-hadits tersebut.

تَــرَ كْتُ فِــيْـكُـمْ أُ مْرَ يْـنَ، لَـنْ تُــضِلُّـوْا. مَاتَــمـَسـَّــكْـــتُـمْ بِـــهِـمَـا، كِــتَـابَ الـلّـــهِ وَ سُـــنَّـــةَ رَسُــوْ لِ الـلّـــــهِ

"Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang dengannya, yaitu Kitabullah (Al-Qur-aan) dan Sunnah Rasulullah. Saw. (H.R. Muslim)

اَلـعِـلْـمُ خَـزَا ئِــنُ مُـفَا تِــيْحُـهَاالسُّــؤَ الِ فَاسْـئَــلُـوْا فَـإ ِنَّــهُ يـُـؤْ جَـرُ فِــيْــهِ أَرْ بَــعَـةٌ ، اَلـسَّـائِــلُ وَ الْـعَـالِـمُ وَ الْـمُسْـتَـمِـعُ وَ الْـمُحِبُّ لَــهُمْ

"Ilmu itu (adalah) Gudang. Kuncinya adalah bertanya. Maka bertanyalah. Sesungguhnya padanya diberi pahala empat orang, yaitu Penanya. Orang yang berilmu. Pendengar. Dan orang yang senang kepada mereka". (Ibnu ‘Abdil Baar. Hadits dari Abu Dzaar)

فَـاسْــئَــلُـوْ ا اَهْـلَ الـذِّ كْـرِ اِنْ كُـــنْــتُـمْ لاَ تَــعْـلَــمُـوْ نَ

Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu pengetahuan. Jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl : 43)

Demikian ini kita perbuat, karena merasa bahwa kita benar-benar kurang ilmu dalam hal ini. Dan menginginkan kebersihan dari terkontaminasi unsur-unsur lain yang masuk kedalam Hadits tersebut. Maka datang wajibnya bagi kita untuk bertanya, atau belajar kepada Ahlinya dalam mendalami Hadits. Sehingga terpelihara dengan baik Sunnah-sunnah Rasulullah Saw. yang akan kita jadikan pedoman dalam pelaksanaan seluruh Ibadah.
Demikian ini karena memperhatikan ………

… وَ اَ نـزَ لْـــنَآ اِلَـيْـكَ الَّـذِكْــرَ لِـتُــبَــيِّـنَ لـِلــنَّاسِ مَـانُــزِّ لَ اِلَــيْــهِـمْ وَ لَــعَـلَّــهُمْ يـَـتَــفَــكَّـرُوْنَ

“…………. Dan kepadamu (Muhammad) KAMI turunkan Al-Qur-aan, agar kamu terangkan kepada semua umat manusia (isi Al-Qur-aan) yang diturunkan kepada mereka. Dan supaya mereka memikirkan nya" (Q.S. An-Nahl : 44)

مَنْ تَــفَــقَّـهَ فِى دِ يْـنِ الـلّــــــــــــــهِ عَـزَّ وَجَـلَّ كَــفَاهُ الـلّـــــه تَــعَــلى مَا أَ هَـمَّـهُ وَرَزَ قَــهُ مِنْ حَــيْثُ لاَ يـَحْــتَـسِـبُ

“Barangsiapa memahami tentang Agama Allah ‘Az za Wajalla. Maka Allah Ta’ala akan mencukupinya terhadap sesuatu yang menjadi kepentingannya. Dan DIA (Allah) akan memberi rezeqi dari arah yang tidak diperhitungkannya”.
(Al-Khatib dalam Tarikh dari Hadits‘Abdullah Juz I)

Nabi Saw bersabda :

مَـنْ حَـمَـلَ مِنْ أُ مَّــتِى أَرْ بـَـعِـيْــنَ حَـدِ يْــثـالَـقِـيَ الـلّـــهَ عَـزَّ وَ جَــلَّ يَــوْ مَ ا لْــقِــيَا مَــةِ فَــقِــيْــهَـا عَا لِــــمًا

“Barang siapa dari umatku (sanggup) menghafal Empat puluh buah Hadits. Niscaya ia akan bertemu dengan Allah Azza Wajalla pada hari Qiyamat seba gai seorang Faqih yang ‘alim”.(H.R.Ibnu ‘Abdil Baar,dari hadits Anas bin Malik)

أَ فْـضَــلُ الــنَّاسِ الْـمُـؤْ مِنُ الْــعَـالِـمُ الَّـذِيْ إِنِ اجْــتَـــيْــجَ إِ لَـــيْــهِ نَــفَــعَ وَ إِ نِ اسْـتَــغْــنَى عَــنْــهُ أَ غْــنَى نَــفْـسَــهُ

“Seutama-utama Manusia, adalah orang Mukmin yang ‘Alim. Yang jika dibutuhkan (Tenaga/Fikirannya) maka ia berguna. Dan jika ia tidak dibutuhkan. Maka ia akan mencukupkan dirinya”. (H.R.Al-Baihaqi, dari Abu Darda sanad lemah)

اَ لْــعُــلَــمَـاءُ وَ رِ ثَـــةُ اْلأَ نــبِـــيَآءِ

“Ulama itu. Adalah pewaris para Nabi”. (H.R.Abu Daud. At-Tirmidzy. Dll)

Kedudukan orang yang ber’ilmu itu sangat tinggi pada pandangan para Malaikat dan seluruh Makhluq Allah. Sehingga mereka sibuk mendo’akan semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka :

يَــسْــتَــغْــفِـرُ لـِلْــعَالِــمِ مَافِى ا لسَّــمـوَ اتِ وَ اْلأَ رْ ضِ

“Semua yang ada di Langit dan di Bumi memohonkan ampunan bagi orang ‘Alim (ber’ilmu) (Al-Bukhary dan Muslim. Dari riwayat Mu’awiyah)

0 comments: