03 March 2008

17. Sunnat di dalam Sholat

1. Sunnat Ab'ad.
Sunat Ab’ad ini jika kelupaan, maka harus diganti dengan Sujud Sahwi.
1. Tasyahud awal serta duduknya.
2. Shalawat atas Nabi dalam Tasyahud awal.
3. Shalawat atas keluarga Nabi dalam Tasyahud akhir
4. Qunut, serta berdirinya dalam Sholat Subuh atau Sholat Witir.
5. Shalawat atas Nabi dan Keluarganya serta Sahabatnya dalam akhir Do’a Qunut.

2. Sunnat Hai'at.
Gerakan-gerakan dalam Sholat
Empat tempat dalam mengangkat tangan. Jika lupa maka tidak perlu mengulang atau mengganti dengan Sujud Sahwi.
1. Mengangkat Kedua belah Tangan setentang dengan dua telinga ketika :
a) Takbirotul Ihram.
b) Takbir Intiqol katika mau Rukuk,
c) Takbir Intiqol katika mau I’tidal.
d) Takbir Intiqol ketika mau berdiri setelah Tasyahud Awal.
2. Meletakkan Tangan yang Kanan di atas yang Kiri, di atas dada atau diatas perut? ketika berdiri.
3. Membaca Do’a Iftitah hingga akhir.
4. Membaca Ta’awuz.
5. Membaca Aamiin setelah membaca Al-fatihah.
6. Membaca salah satu Surah dari Al-Qur-aan.
7. Menyaringkan suara ketika membaca Al-Fatihah, Surah atau Takbir pada Sholat Maghrib, Isya’ atau Subuh. Dan merendahkan suara pada waktu Sholat Zuhur dan ‘Ashar.
8. Membaca Takbir Intiqol ketika perpindahan dari Rukun ke Rukun yang lain.
9. Membaca “Sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari rukuk. Dan membaca Robbana Walakal hamdu ketika I’tidal.
10. Membaca Tasbih dalam Rukuk.
11. Meletakkan kedua Tangan di atas Paha ketika duduk Tasyahud awal dan akhir. Serta menunjukkan jari telunjuk ketika menyebut Illallah.
12. Duduk Iftirasy pada semua duduk Tasyahud awal.
13. Duduk Tawarruk, seperti duduk Tasyahud akhir.
14. Membaca Do’a Tasyahud akhir.
15. Salam yang kedua serta berpalingnya ke kanan atau ke kiri.
16. Khusu’ Tawadhu’ dalam Sholat yakni merendahkan diri dan memperhatikan segala apa yang di baca.

Kita lampirkan pelajaran dan metoda ini, agar kita mengetahui, walau keterangannya belum lengkap. Tetapi bisa Tuan-tuan tanyakan kepada yang faham. Metoda ini jika belum faham, maka jangan marah atau bingung, jika ada yang memakai metoda ini, itu karena ia telah faham dengan ilmunya. Jika belum faham jadikanlah ia suatu perbendaharaan ilmu bagi kita, dan bertanyalah kepada yang lebih tahu tentang pembagian serta maksud dan tujuan dari Metoda demikin ini. Semoga kita kaya dengan perbendaharaan ‘Ilmu yang manapun.
Bagi yang kurang mau dengan Metoda di atas, mereka memakai Metoda ini secara Etimologie. Sunat (Sunnah) berarti jalan yang dilalui atau juga suatu pekerjaan yang sudah menjadi tradisi. Adapun menurut pengertian Ahli hukum Islam. Sunat itu di Ta’rifkan atau batas pengertiannya ialah “Suatu pekerjaan yang dituntut oleh Syara’, agar setiap Muslim melaksanakannya dengan perintah yang tidak menunjuk kepada Musti atau wajib”. Dengan kata lain, kita dianjurkan untuk melaksanakannya. Diberi pahala jika dilaksanakan. Dan tidak dihukum berdosa orang yang meninggalkannya. Hanya saja, orang yang tidak melaksanakannya mungkin dianggap tercela. Karena tidak memenuhi tujuan Agama melalui hukum Syara’. Dan dapat diartikan : “Lebih baik dilaksanakan daripada meninggalkannya”.

Sunat itu juga disebut dengan Mandub. Dalam bahasa Arab artinya ialah : “Pekerjaan yang dipuji orang yang melaksanakannya. Dan tidak dicela orang yang meninggalkannya”. Pekerjaan yang mandub ini, ialah pekerjaan yang dikekalkan oleh Syara’ untuk dilaksanakan. Misalnya Sholat Rawatib, Sholat Dhuha, Sholat Witir, Sholat Malam (Lail). Ahli Fiqih menyatakan : Pekerjaan yang tetap di laksanakan Nabi Muhammad Saw. Tetapi kalau ada ‘Uzur (halangan) lalu pekerjaan itu Beliau tinggalkan. Itu dinamakan Sunat, yaitu pekerjaan yang tidak tetap Beliau kerjakan. Kadang-kadang Beliau kerjakan, kadang-kadang Beliau tinggalkan. Itu dinamakan “Mustahabb”. Pekerjaan yang lebih banyak Beliau laksanakan itu dinamakan “Mandubb”. Disamping itu Ahli Ushul Fiqih (Dasar-dasar Hukum Islam) mengemukakan “Mandubb ialah segala jenis pekerjaan yang dianjurkan untuk melaksanakannya dengan cara yang tidak dimestikan”.

Demikian beberapa pengertian tentang Sunat. “Mandubb, Mustahabb, Tathowwuk”. Yang kalau disimpulkan artinya adalah pekerjaan-pekerjaan yang sangat dianjurkan kepada Muslim untuk melaksanakannya. Diberi pahala jika dikerjakan. Dan tidak berdosa kalau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari di Indonesia kita menyebutkannya : ”Sunat”. Dalam membedakan antara Wajib dan Sunat ini. Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali menerangkan dalam : “Ihya’ Ulumuddin” bertalian dengan masalah mana yang Wajib dan mana yang Sunat dalam beribadah Sholat yang kita lakukan sehari-hari. Maka Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali didalam Kitabnya “Ihya’ Ulumuddin” menyatakan : Marilah kita jelaskan dengan satu perumpamaan. Seorang manusia barulah dinamakan manusia yang sempurna bila mempunyai nyawa dan anggota tubuh dan seluruh alat-alatnya. Nyawa ialah Ruh yang memberi hidup. Dan anggota tubuh dengan alat-alatnya. Di antara anggota ini ada yang vital dan tanpa anggota tubuh tersebut manusia akan menjadi mayat, seperti Jantung, Hati, Ginjal dan Otak. Dimana hidup akan lenyap tanpa mereka-mereka. Namun ada juga anggota tubuh itu, walaupun tanpa ada alat-alat itu, hidupnya tidak akan lenyap. Tetapi tujuan hidup akan hilang bila ia tidak ada seperti Mata, Lidah, Tangan dan Kaki. Sebagian anggota lagi, jika ia tidak ada, tidaklah akan meniadakan hidup. Tetapi hilang keindahan rupa, seperti Alis Mata, Kumis, Janggut, Kemulusan Kulit. Dan sebagian lagi, walaupun ia tidak ada, maka tidak akan mengganggu keindahan, hanya akan mengurangi keindahan saja, seperti Rambut yang hitam berkilat, Kumis dan Janggut yang hitam pekat. Serta ketampanan potongan dan warna kulit yang kuning langsat, hitam manis, putih kuning dan lain sebagainya. Semua itu bertingkat-tingkat nilainya. Begitu pulalah keadaan manusia dalam beribadah yang mempunyai bentuk menurut rupa yang diadakan oleh Agama. Dan kita beribadah dinilai menurut kadar, berkurang atau berlebihan bentuk yang dihasilkan. Nyawa Ibadah yang menghidupkannya ialah Khidmatnya Hati hanya kepada Allah. Selanjutnya Pemasangan Niat. Dan Pemusatan fikiran (Tawadhu’, Tawarru’, Khusu’). Serta ke-Ikhlasan yang sungguh dalam ber’amal.
Saat kita sedang mengkaji anggota tubuh dari Ibadah ini, maka Berdiri, Rukuk, Sujud, dan semua Rukun Sholat adalah seumpama Jantung, Kepala dan Hati. Karena akan hilang wujud Sholat seseorang jika tanpa Rukun yang Wajib ini. Dan hal-hal yang sunat ialah seperti Mengangkat Tangan sampai kepada Do’a Iftitah. Dan Tasyahud pertama diumpamakan sebagai Kaki, Tangan dan Matanya. Maka Sholat akan dianggap Sah tanpa melaksanakan yang sunat-sunat ini. Sebagaimana hidup tidaklah berakhir dengan lenyapnya anggota-anggota tadi. Tetapi orang yang tanpa kaki dan tangan, serta tanpa mata. Maka ia akan menjadi manusia yang cacat. Bulat dan terguling-guling saja, serta bisa menjadi beban orang lain, demikian ini sudah pasti tidak disukai oleh siapapun.
Begitulah perumpamaan dengan orang yang hanya mencukupkan diri dengan Rukun Sholat saja secara minimum. Maka samalah artinya seperti seseorang yang mempersembahkan kepada Rajanya seorang Khadam yang hidup. Tetapi tanpa Kaki dan Tangan serta Buta.

Adapun cara-cara utama yang berada dibalik hal-hal sunat, adalah keadaannya seperti syarat-syarat keindahan tubuh. Seumpama bulu mata yang lentik. Janggut dan alis mata yang indah. Warna kulit yang serasi. Leher jenjang seludang. Pipi pauh melayang. Rambut lembut mengurai mayang. Demikianlah perumpamaan bacaan yang diucapkan pada hal-hal yang sunat tersebut, adalah bagaikan penyempurnaan kecantikan seperti yang disebutkan diatas.

Sholat adalah satu persembahan kita untuk mendekatkan diri ke hadapan Raja dari segala Raja. Bagaikan seorang pesuruh atau Khadam yang menghadiahkan sesuatu kepada Rajanya. Oleh karena itu, jika bisa, maka inginlah rasanya Khadam tersebut mempersembahkan sesuatu persembahan yang bisa menyenangkan Hati sang Raja. Untuk urusan dunia saja manusia ingin mempersembahkan yang paling baik menurut ukurannya. Padahal yang kita uraikan ini adalah untuk persembahan kepada sang Maha Raja dari segala Raja. Dimana kelanjutan persembahan akan dibawa menghadap kehadirat Tuhan Pencipta seluruh Alam. Tetapi oleh karena DIA adalah Maha Raja Yang Maha Kaya, maka kemudian semua persembahan itu dikembalikan kepada kita pada hari Mahsyar. Kita boleh memilih akan memberikan persembahan wajah yang cantik atau wajah yang buruk. Karena wajah yang cantik dan molek itu nantinya akan dikembalikan untuk kebaikan kita juga.
Jika jelek kita persembahkan, ia akan kembali untuk kita juga. Justru oleh larena itu, janganlah hendaknya pengetahuan kita mempelajari Fiqih hanya dapat membagi-bagi mana yang wajib dan mana yang sunat saja. Dan setelah kita fahami dari urusan-urusan yang sunat-sunat itu, lantas kita tinggalkan. Kalau demikian kejadiannya, maka sama saja halnya dengan anggapan seorang Dokter bahwa orang yang buta matanya tidak batal menjadi manusia. Padahal sekiranya dihadiahkan seorang pesuruh tapi buta kepada sang Dokter, mungkin Dokter tersebut tidak mau. Dan malah semakin murka kepada yang memberi.

Beginilah hendaknya cara kita memahami kedudukan tingkat-tingkat sunat yang menjadi tatacara utama dan Adab Sholat tersebut. Setiap kita Sholat, yang disempurnakan adalah Ruku’ dan Sujudnya. Sebab mereka akan menjadi musuh nomor wahid bagi kita. Dan disuatu saat Sholat itu akan melaknat kita dengan ucapan ”Semoga engkau disia-siakan Tuhan. Sebagaimana engkau menyia-nyiakan aku”. Untuk itu semua, sangat baik kita simak Hadits-hadits yang menunjukkan dan menuntun ke arah Sholat yang baik. Demikian renungan para Pakar Agama.

Perbuatan-perbuatan yang makruh di dalam Sholat.
1. Menahan Hadats, buang hajat besar dan kecil
2. Melihat ke kanan atau ke kiri.
3. Meludah ke muka, ke kanan atau ke kiri.
4. Memalingkan muka.
5. Memejamkan mata.
6. Menutup mulut rapat-rapat.
7. Melihat ke arah langit atau ke atas.
8. Mengangkat kepala atau menurunkannya sangat keras ketika Ruku’atau Sujud.
9. Menahan telapak tangan di lengan baju ketika Takbiratul Ihram, ketika Ruku’ dan Sujud.
10. Melaksanakan Sholat dengan berkacak pinggang.
11. Melakukan Sholat di kuburan atau di biara atau di gereja.

Yang demikian ini dipersilahkan bertanya kepada Para Ustadz-ustadz dan ‘Alim Ulama dimana saja kita mengadakan Musyakarah Agama atau Pengajian. Sebab dengan pertanyaan itu akan lebih banyak perbendaharaan ilmu bagi kita yang mau bertanya.

Sunnat Mu'akad.
Sunat Mu’akad ini ialah masalah sunat yang sangat dianjurkan oleh Nabi Saw. dan Beliau selalu melaksanakannya, seperti :
1. Sholat sunat sebelum dan sesudah Sholat Fardhu
2. Sholat sunat ‘Idul Fitri-‘Idul Adha (Khoiru Mu’akad)
3. Sholat sunat Tahajjud (Khoiru Mu’akad)
4. Sholat sunat Tasbih (Khoiru Mu’akad)
5. Sholat sunat Tarawih (Khoiru Mu’akad)
6. Sholat sunat Witir (Khoiru Mu’akad)
7. Sholat sunat Dhuha (Khoiru Mu’akad)
8. Sholat sunat Fajar (Khoiru Mu’akad)
9. Sholat sunat Berjama’ah di Masjid atau di Musholla.
Dan banyak lagi jenis-jenis Sholat sunat Mu’akad dan Khoiru Mu’akad ini. Kita teliti dengan baik, dan sekurang-kurangnya mau bertanya kepada para Ustadz-ustadz.
Wahai insan !!!
Kita sangat yakin. Bahwasanya Tuan dan Puan sudah banyak menerima pelajaran yang berkaitan dengan Sholat-Sholat Fardhu maupun Sunat. Serta telah banyak mengerti tentang ilmu Fiqih dan Tauhid. Namun dalam pelajaran ini, kami hanya mengingatkan yang mungkin terlupa.

0 comments: