Jika diteliti keadaan Umat Islam dewasa ini terhadap pelaksanaan Sholat, maka dapat dibagi dalam tiga bagian :
a. Golongan yang Sholat.
b. Golongan kadang-kadang Sholat. Dan kadang-kadang tidak Sholat.
c. Golongan yang tidak Sholat.
Dari ketiga kelompok ini, sebenarnya memerlukan Terapi atau obat dan resep yang ampuh. Apakah itu merupakan injeksi-injeksi atau suntikan, agar dapat menyembuhkan jiwa dan batinnya yang telah mulai brengsek ? atau erosi oleh keadaan lingkungan yang lebih banyak mempengaruhi jiwa mereka-mereka. Sehingga mereka terlena dan ikut hanyut dibawa oleh arus kemajuan zaman yang sudah mulai menggila sekarang ini.
Apabila kita perhatikan betul-betul keadaan orang yang Sholat, maka terpampang di depan mata kita, bahwasanya kebanyakan manusia melahirkan berbagai macam sifat, tingkah laku dan perangai yang sangat mengecewakan. Kemudian jika kita renungkan sejenak, maka secara refleks kita akan menarik nafas dan mengurut dada, karena merasa sedih dan pilu, terenyuh bercampur gundah. Mengingat betapa nasib Sholat yang disia-siakan oleh umat yang melaksanakan Sholat itu sendiri.
a. Golongan yang Sholat.
b. Golongan kadang-kadang Sholat. Dan kadang-kadang tidak Sholat.
c. Golongan yang tidak Sholat.
Dari ketiga kelompok ini, sebenarnya memerlukan Terapi atau obat dan resep yang ampuh. Apakah itu merupakan injeksi-injeksi atau suntikan, agar dapat menyembuhkan jiwa dan batinnya yang telah mulai brengsek ? atau erosi oleh keadaan lingkungan yang lebih banyak mempengaruhi jiwa mereka-mereka. Sehingga mereka terlena dan ikut hanyut dibawa oleh arus kemajuan zaman yang sudah mulai menggila sekarang ini.
Apabila kita perhatikan betul-betul keadaan orang yang Sholat, maka terpampang di depan mata kita, bahwasanya kebanyakan manusia melahirkan berbagai macam sifat, tingkah laku dan perangai yang sangat mengecewakan. Kemudian jika kita renungkan sejenak, maka secara refleks kita akan menarik nafas dan mengurut dada, karena merasa sedih dan pilu, terenyuh bercampur gundah. Mengingat betapa nasib Sholat yang disia-siakan oleh umat yang melaksanakan Sholat itu sendiri.
Kelompok a-1.
Kelompok yang Sholat. Tetapi semau-maunya saja. Tidak memperdulikan kesempurnaan Syarat dan Rukunnya. Juga tidak mengacuhkan yang Sunat-sunat dalam Sholat. Serta tidak memperhatikan urusan yang Makruh-makruh dalam pelaksanaan Sholat tersebut.
Tegasnya ! mereka tidak mau tahu.
Apakah perbuatannya itu Rukun ?
Ataukah perbuatannya itu Syarat ?
Apakah ucapannya itu Wajib.
Atau ucapan Sunat ? Mereka kira kalau sudah melaksanakan Sholat, kemudian membaca Surah Al-Fatihah dan Ayat. Kemudian Rukuk dan Sujud, kemudian Salam. Maka pelaksanaannya sudah cukup sempurna Sholatnya. Dan beres persoalan Sholat, yang penting sudah masuk ke Masjid lalu Sholat berjama ’ah. Kelompok demikian ini telah diterangkan Allah dalam Firman-Nya :
يـآ اَ يُّــهَا الَّـذِ يْـنَ امَــنُـوْ الاَ تَــقْـرَ بــُوْا الصَّــلاَ ةَ وَ اَ نْــتُــمُ سُـكَـارى حَـتَّى تَــعْــلَــمُوْ ا مَا تَــقُــوْ لُــوْ نَ
"Hai orang-orang yang Beriman ! Janganlah kamu dekati Sholat jika kamu dalam keadaan mabuk. Hingga kamu mengerti apa yang kamu katakan".
(Q.S. An-Nisaa’ : 43)
Kalimat mabuk di atas, menurut kebiasaan orang mabuk maka ia tidak mau tahu tentang apa yang dikerjakannya. Dan tidak peduli apa hasilnya, yang penting beres untuk saat itu, lantas ia tidur pulas di parit.
perhatikanlah ayat :
وَ لاَ تَــكُــنْ مِّنَ الْـــغَا فِـــلِــيْــنَ
"Dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang lalai". (Q.S. Al-A’raaf : 205)
Kelompok a-2.
Kelompok Orang yang Sholat karena pengaruh kebiasaan dan pengaruh tradisi. Karena itu Sholatnya sama saja dikala ia masih muda belia sampai tua renta. Mereka samakan sewaktu ia masih dikepit Ibu-Bapaknya, saat ia berdiri di samping Ayahnya ketika Sholat di Masjid atau Musholla.
Kelompok Orang yang Sholat menurut cara yang diperolehnya sewaktu belajar di waktu kecil dahulu, yakni jauh dari sempurna ! Namun mereka malu atau tidak mau mengulang belajar untuk menambah ilmu tentang Sholat dan mendalami cara-cara Sholat yang baik.
عَن أَبِـى هُـرَ يْـرَ ةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَـنْـهُ قَالَ : قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْــهِ وَسَــلَّـمَ : أُسْـوَ أَلــنَّـاسِ سَــرِقَــةً الَّـذِيْ يـَسْـرِقُ صَــلاَ تَــهُ ، قَالَ : وَ كَـــيْـفَ يـَسْـرِقُ صَـلاَ تَـــهُ ؟ قَالَ : لاَ يــُـتِــمُّ رُ كُــوْ عَــهَا وَ لاَ سُـجُــوْ دَ هَـا
"Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda : "Orang yang paling jahat dalam melakukan kejahatan adalah orang yang mencuri (dalam) Sholatnya. (Abu Hurairah) bertanya : "Bagaimana orang mencuri Sholatnya itu ? Sabda Beliau : "Yaitu orang yang tidak menyempurnakan Rukuk dan Sujudnya". (H.R. Ibnu Hibban)
Tegasnya ! Mereka tidak memahami sedikitpun pengertian tentang Sholat. Ia tidak tahu untuk apa ia laksanakan setiap hari. Mereka anggap itu sudah menjadi kebiasaan Ayah dan Ibu semasih hidupnya, aku hanya meneruskannya saja. Dan mereka tidak ingin tahu apa makna yang diperbuatnya itu. Kelompok demikian ini termasuklah yang diperingatkan. Firman :
فَـوَ يْـلٌ لّـِلْـمُصَــلِّــيْـنَ ، ا لَّـذِ يْـنَ هُمْ عَنْ صَــلاَ تِــهِـمْ سَاهُـوْ نَ
"Celakalah bagi orang-orang yang Sholat. Yang mereka itu lalai dari (meneliti dan memantapkan) Sholatnya”. (Q.S. Al-Ma’uun : 4 - 5)
Dimaksud lalai disini ialah tidak mau memahami apa yang dikerjakannya. Mereka tidak mau mengulang pelajaran, untuk apa kebenaran Rukuk dan I’tidal, Sujud serta Salam. Mereka mengira gerakan-gerakan dalam Sholat itu sama saja dengan gerakan-gerakan di luar Sholat.
Kelompok a-3.
Kelompok yang Sholat. Tetapi dengan cara meniru-niru kerja orang lain. Diawali Sholat di Masjid saat orang Sholat berjama’ah, maka iapun ikut serta, lalu terfikir olehnya. Oh… Begini kiranya cara Sholat itu ! Lalu perhatiannya dicurahkan untuk melanjutkannya dalam praktek Sholat berikutnya. Orang Ruku’, iapun ikut Ruku’. Namun ia tidak mau belajar kepada Guru-guru atau Ustadz-ustadz maupun Faqih yang faham mengenai hal-hal Sholat dan yang dapat membimbing untuk Sholat yang baik. Maka sudah tentu dalam pelaksanaan Sholatnya terjadi tunggang balik serta awut-awutan. Dan pada saat yang demikian, anaknya turut pula ber-Imam kepadanya. Lantas Anaknyapun menuruti apa yang dikerjakan Ayahnya. Demikian berlanjut terus menerus ke anak cucu. Maka tanggungkanlah ‘Azab Api Neraka Wail………
Kelompok a-4.
Kelompok Orang yang Sholat. Namun Wudhu'nya kurang sempurna. Bahkan jauh dari sempurna. Jika kita perhatikan Perintah Allah dalam Surah Al-Maidah ayat 6 menyatakan bahwa orang berwudhu' itu seharusnya membasuh dari jari tangan ke siku. Tetapi kebanyakan manusia malah terbalik. Mereka menyiramnya dari siku ke tangan. Demikian pula kaki. Diperintahkan Allah dari jari kaki ke mata kaki. Namun orang membasuhnya dari mata kaki ke jari kaki. Allah memerintahkan agar membasuh atau menyapu kepala. Namun manusia menyapu dahinya. Yang demikian ini kita perhatikan pada tayangan Televisi-televisi yang dipantau mereka pada Masjid-masjid yang ternama di seluruh kota besar. Dan ditayangkan pada saat Azan Maghrib tiba atau pada Masjid-masjid ketika hari Jum’at. Bahkan perbuatan demikian itu, mereka lakukan sehingga sampai tua renta. Apakah mereka tidak mau belajar, atau malu bertanya, atau memang blo'on kian dari sononya.
Sadarlah ! Jika perbuatan kita terasa tidak serasi dengan orang lain, sebaiknya robahlah. Boleh-boleh saja kita belajar dari keadaan. Tetapi yang baik adalah bertanya kepada Guru, Ustadz dan Ulama yang meng ’amalkan ilmunya.
Kelompok a-5.
Kelompok Orang yang Sholat. Tetapi mereka condong membenarkan Golongan yang mereka sanjung-sanjung dan mereka Kultur. Mereka menganggap bahwa Kelompok dan Golongan merekalah yang paling baik dalam pelaksanaan Sholat. Sehingga mereka tidak mau masuk ke dalam Masjid orang lain. Karena mereka anggap Masjid tersebut hanya tempat pelaksanaan Bid’ah-bid’ah. Penghuninya lebih banyak berbuat syirik. Demikian anggapan orang yang tinggi hati, congkak dan sombong.
Dan yang sangat tragis. Pada tahun 1986. Suatu ketika Penulis pernah memasuki suatu Masjid di pinggiran Kota Medan. Ingin menumpang untuk melaksanakan Sholat ‘Ashar, kebetulan para Jama’ah telah selesai melaksanakan Sholat ‘Ashar. Penulis juga sadar diri, bahwa setiap orang menumpang harus menghormati manusia-manusia yang ada di dalam Masjid. Maka dengan mengucapkan Salam seadanya, kemudian berwudhu', lantas berjalan dari tempat berwudhu' ke tempat yang telah tersedia. Kemudian Sholat Fardhu ‘Ashar hingga selesai. Namun aneh bin ajaib Penulis rasakan, begitu penulis selesai Sholat, kiranya di belakang Penulis telah berdiri Nazir Masjid. Ia membawa seember air dan alat pengepel, berupa sebatang kayu yang ujungnya terikat sumbu kompor, lalu membersihkan tapak bekas Penulis Sholat tadi. Kemudian mengikuti ke mana Penulis berjalan sembari menyorong alat pel tersebut, tidak berhenti menyapu bekas tapak kaki yang Penulis lewati hingga sampai ke luar Masjid. Apakah begini cara-cara Muslim ………?
Setelah Penulis sampai di luar Masjid. Kemudian Penulis bertanya kepada Nazir.
“Mengapa Tuan pel bekas yang saya lewati, padahal tidak ada kotoran di sana.
Jawabnya, ”Masjid golongan kami, tidak boleh dimasuki oleh orang-orang yang ber-Najis. Jika mereka memaksa masuk juga, maka kewajiban kami untuk menyamaknya”.
Tanya : "Dari sudut mana Tuan lihat saya ber-Najis ?"
Jawab :“Yang bukan satu golongan dengan kami berarti Najis !”. Kemudian Penulis jawab,
“Pandanglah diri Anda. Bukankah itu gentong tai ! Apakah bukan Najis ? Dari mulai ketombe, tai kuping, tai mata, tai hidung, tai badan namanya daki. Tai dubur dan qubul”.
Matanya melotot memandang kepada Penulis.
Penulis sadar, rasanya tidak perlu diteruskan dialog, sebab hanya akan menimbulkan pertengkaran. Penulis beranjak pulang dengan berfikir panjang ……. Kiranya masih ada Kelompok dan Golongan-Golongan di dalam Islam ? Dan mereka menganggap bahwa Golongan dan Kelompoknya yang paling benar. Orang lain semua salah. Apakah demikian kebenaran Islam itu ???????Setelah ditanya, kiranya adalah Masjid Kelompok Ahmad Qadian yaitu Kelompok Gulam Ahmad.
Kelompok a-6.
Kelompok Orang yang Sholat dengan berkeyakinan bahwa apabila dilaksanakan secara rutin, niscaya Allah akan menerimanya. Maka tidak perlu lagi belajar untuk urusan-urusan yang sepele. Bukankah Allah itu Maha Pengampun kepada hamba-Nya ?! Inilah suatu keyakinan yang lebih buta dari orang yang paling buta !!!
Sebab manakala manusia berfikiran demikian ini, maka tidak akan pernah tumbuh keinginannya untuk belajar mendalami ilmu-ilmu tentang masalah Sholat. Walaupun ia pasrah kepada Allah. Tetapi kepasrahannya tersebut pasrah yang tidak berilmu, alias pasrah bodoh. Maka termasuk ke dalam golongan Munafiq.
Kelompok a-7.
Kelompok Orang yang Sholat. Tetapi tidak memerlukan Khusu’ dalam Sholat. Mereka Sholat dengan tergesa-gesa seakan-akan sedang dikejar Setan. Atau seperti orang yang sedang menahan buang hajat, sebagaimana kita ketahui, orang begini akan berjuang mati-matian, dari desakan yang akan memancar keluar. Maka dengan sendirinya hilanglah Khusu’nya dalam melaksanakan segala sesuatu perbuatan. Yang tinggal dalam pekerjaan itu, hanya rupa dan gerakan yang tidak indah. Orang lain melaksanakan Sholat, disertai dengan Wirid-wiridnya akan memakan waktu lima menit. Tetapi ia melaksanakan Sholat hanya sekitar dua menit. Maka pekerjaan itu semua, tidak akan mendapat nilai tambah dari Allah. Besar kemungkinan malah akan mendapat Murka-Nya. karena pelaksanaannya tidak mengikuti seperti yang di perintahkan Allah dan Rasul.
Kelompok a-8.
Kelompok Orang yang Sholat dikarenakan oleh suatu tujuan keperluan dunia. Seperti mereka Sholat agar diperhatikan oleh orang lain. Kemudian orang banyak akan mengatakan bahwa ia sangat Ta’at dan Wara’ dan akan menganggap ia adalah orang yang jujur, lantas akan mendapat kepercayaan untuk memegang suatu jabatan yang tertentu dikalangan manusia. Padahal tujuan orang yang semacam ini, adalah agar ia lekas naik jabatan atau memangku jabatan-jabatan penting. Lalu bisa diselewengkannya untuk kekayaan pribadinya.
Atau dalam angan-angannya, agar nanti ia diberi fasilitas modal oleh Investor. Dengan demikian ia akan mudah menjadi kaya raya. Padahal menurut kebiasaannya, setelah kaya-raya ia enggan untuk berinfaq dan bersedekah, persis seperti Tsak Labah pada zaman Nabi Saw. Malah ia pergunakan kekayaannya untuk membunuh kemerdekaan lawan politiknya, dengan menghambur-hamburkan uangnya membiayai Gangster dan Sindikat Mafia yang memang sudah menjamur di seluruh kota-kota besar dunia. Padahal jika ia baca sejarah bagaimana matinya Onasis Siraja Minyak Italia yang terkenal, yang menikahi mantan istri Presiden Kennedy. Maka ia tidak akan sanggup berbuat demikian.
Kemudian ada kelompok yang Sholat, agar dilihat oleh orang kaya atau bakal mertuanya bahwa ia adalah orang yang ta’at. Sehingga dinikahkan dengan anaknya, kemudian hidupnya menjadi senang. Demikianlah seterusnya.
Kelompok b-1. Yang tidak Sholat.
1. Seandainya kita pandang dengan Haqikat ‘Ilmu, maka terlihat kesibukan demi kesibukan pada zaman sekarang, yang dikatakan orang sudah semakin maju dalam tatanan hidup dan didampingi dengan ilmu pengetahuan yang canggih. Sehingga manusia tidak pernah tidak sibuk. Walaupun itu pada waktu Sholat Maghrib maupun pada waktu Sholat Jum’at. Manusia masih saja hilir mudik kesana kemari, sesuai tujuannya masing-masing.
Mereka tidak perduli dengan seruan Azan. Baik Azan Zuhur maupun ‘Ashar. Kita perhatikan mereka berdagang di muka atau di samping Masjid. Namun pada hari Jum’at, mereka tetap tidak beranjak dari tempat mereka berjualan. Mereka seenaknya saja melelang dagangannya, seakan-akan tiada beban untuk melaksanakan Sholat Jum’at. Ketika kita bertanya kepada mereka. ”Apakah Anda Muslim ? ”Mereka menjawab dengan pesat “Ya. Saya Muslim sedari kakek-kakek saya”. Lalu sambil melangkahkan kaki kitapun berfikir. Bagaimana mungkin seorang Muslim, pada hari Jum’at mereka tidak mau melangkahkan kakinya masuk ke dalam Masjid ? Apakah sudah dapat keringanan ? Tetapi kapan pula ada keringanan bagi Laki-laki. Bukankah lelaki tidak pernah dapat Bulan ? Begitulah manusia dunia. Kendatipun mereka setiap saat membawa-bawa Nikmat Allah Jalla Wa’azza. Kemana mereka pergi, yaitu nikmat mata bisa melihat. Nikmat telinga bisa mendengar. Nikmat mulut bisa makan, minum dan berbicara. Nikmat otak bisa dibawa berfikir. Nikmat tangan bisa memegang. Nikmat kaki bisa melangkah. Dan setiap detik mereka menghirup udara. Setiap waktu mereka mereguk air. Setiap saat mereka memakan makanan yang ditumbuhkan Allah di muka bumi. Setiap waktu mereka memijak bumi. Tetapi … mereka enggan menghambakan diri kepada Allah. Pencipta seluruh Alam.
Bukankah mereka telah diberi Allah nikmat kesehatan sehingga dengan kesehatan itu, mereka bisa berusaha. Dan mereka diberi tenaga dan kekuatan. Dengan tenaga dan kekuatan tersebut, mereka bisa bekerja walau pun berat.
Selayang pandang mengarahkan perhatian. Maka sadarlah kita. Bahwa sudah banyak manusia terjangkit penyakit kronis. Jiwa mereka sudah terkena virus yang sangat ganas dan membahayakan keselamatan Haqikat Islam. Agama yang disanjung-sanjungnya.
Ke-Islaman mereka hanya tertera pada KTP. Mereka membaca Dua Kalimah Syahadat hanya satu kali saja, itupun di muka P 3 N Kadhi untuk Nikah. Dalam Mengucapkannyapun dengan terbata-bata. Seandainya mereka tidak Nikah. Mungkin selama hidupnya tidak pernah membaca Dua kalimah Syahadat. Golongan demikian ini jika Menyunat Rasulkan Anaknya, atau Kematian keluarganya baru nampak bahwa mereka adalah orang Islam. Jika tidak ada sesuatu yang terjadi di dalam keluarganya, mereka tidak pernah dekat dengan Islam. Apakah mereka ini yang tergolong dinamakan orang “Nat - Win - Ti”, yakni Sunat - Kawin - Mati. Dalam hal demikian ini Allah telah berfirman di dalam Al-Qur-aan :
يـَآ اَ يُّـهَاالَّـذِ يْـنَ امَـنُواادْخُـلُـوْا فِى السِّـلْمِ كـآ فَّــةً ، وَ لاَ تَــــَّبِـعُـوْا خُطُـوَ اتِ الـشَّــيْـطَانِ اِ نَّـــه لَــكُـمْ عَـدُوٌ مـٌّـبِــيْــنَ
“Hai orang-orang yang beriman ! Masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh. Janganlah kamu turutkan rayuan gombal setan. Sesungguhnya setan itu musuhmu yang sangat nyata. (Q.S. Al-Baqarah : 208)
2. Salah sangka dan salah persepsi kemudian salah menilai. Ada kelompok yang tidak mau Sholat. Disebabkan mereka berpendapat bahwa Sholat itu Ibadah yang dilaksanakan untuk meluruskan Akhlaq dan Budi pekerti bagi orang-orang yang tidak mempunyai kecerdasan sama sekali. Justru yang berpendapat begini adalah manusia-manusia yang telah menyetorkan uangnya keperguran tinggi di Eropa (Barat).
Kemudian mereka mendapat Titel ilmuwan. ”Prof. Falsafah Timur dan Barat”.“Prof. Ilmu Teknologi Barat”. “Prof. Dr. Luar Angkasa Barat”. Prof. Dr. Kandungan Tanah dan Air dari Barat”. Apakah ini yang digambarkan oleh legendaris Tiongkok Sun-Go-Kong yang juga mengambil Kitab ke Barat ?
Pokoknya bagi mereka sangat takjub dengan urusan dari Barat. Mereka menyangka, seakan-akan ilmu dari Barat itu bisa membuat orang menjadi kaya raya, sehingga ilmu-ilmu dari Timur tidak perlu di pusingkan.
Dengan demikian, bagi mereka-mereka yang telah memiliki ilmu dari Barat. Tidak memerlukan Sholat lagi. Karena Sholat itu hanya untuk orang-orang Surau, seperti Pak Haji dan Pak Kiyai. Pak Tani dan Nelayan. Pak Qadhi dan Masyarakat Jembel-jembel yang tidak mempunyai pengetahuan alias Dungu-Bodoh-Kumuh dan Kampungan …….
Yang sangat menyengat fikiran kita, ialah masih ada kelompok yang mengatakan bahwa Sholat itu untuk menghubungkan diri kepada alam gaib. Mereka tidak perlu mempunyai kepercayaan yang berhubungan dengan alam gaib. Mereka telah tertipu oleh kebendaan yang menyesatkan mereka ke lembah Neraka Jahannam. Sungguh mereka tertipu ! Kelompok ini tidak saja meninggalkan Sholat. Bahkan mencibirkan bibir dengan urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan Sholat.
3. Kelompok tidak Sholat, tetapi tidak merasa berdosa. Berhubung mereka tidak mengerti sama sekali dengan kepentingan Ibadah Sholat. Oleh karena itu mereka berani meninggalkan Sholat. Sebab mereka dilahirkan, hidup dan dibesarkan dalam masyarakat yang tidak pernah melaksanakan Sholat. Mereka tidak pernah melihat orang tuanya melaksanakan Sholat. Demikian pula masyarakatnya. Hanya sesekali mereka wirid atau membaca do’a selamat di rumahnya. Hanya itu, selebihnya tidak. Kemudian mereka terbawa arus berlomba-lomba mengejar kekayaan materi dan kemewahan dunia lainnya, selanjutnya, itulah yang menjadi dambaan hatinya sehingga ajal melabrak nyawanya. Orang yang demikian ini, tidak akan pernah merasa berdosa jika mereka tidak Sholat. Walaupun cerita dan berita dosa itu sering di dengarnya di kafe-kafe atau di dalam media televisi. Para Ustadz menyampaikan masalah dosa, itu semua dianggap angin lalu. Karena tak ada yang harus difikirkan tentang dosa itu. Hidup bersenang-senang. Mati ditanam. Habis perkara.
4. Kelompok Tidak Sholat, karena pengaruh Malas.
Mereka mengakui ada Fardhu atau Wajib Sholat. Namun oleh karena pengaruh malas lebih dominan di dalam dirinya, maka hilanglah keinsyafan dan kesadarannya untuk menghubungkan diri kepada Allah. Sehingga mereka tidak memperdulikan akibat yang akan dihadapinya nanti di Yaumil Mahsar. Kalaupun ada datang rasa insaf yang menggebu-gebu ke dalam dirinya. Maka mereka mencari pelarian kepada minuman memabukkan.
5. Tidak Sholat, karena pengaruh masa muda.
Sebagian Muda-Mudi merasa bahwa urusan Sholat adalah urusan orang Tua-tua. Itu adalah pakaian orang yang telah veteran dan pensiun. Sholat adalah pakaian bagi mereka-mereka yang sudah tidak suka kepada dunia lagi. Kelompok ini berpendapat bahwa masa muda itu harus dipergunakan sesuai dengan forsinya, yaitu untuk mencapai kenikmatan dan semua keinginan syahwat, dan mencapai segala yang diinginkan oleh fitrah diri. Mumpung masih muda. Selagi masih boleh dimakan dan diminum, maka makan-minumlah. Selagi bisa dipakai, maka pakailah walaupun pakaian itu transparan. Mereka tidak perduli apa kata orang, dan mereka anggap Ayah-Ibunya sebagai Tunggul lapuk yang sedikit lagi ambruk digerogoti oleh masa.
Yang sangat menyengat fikiran kita, ialah masih ada kelompok yang mengatakan bahwa Sholat itu untuk menghubungkan diri kepada alam gaib. Mereka tidak perlu mempunyai kepercayaan yang berhubungan dengan alam gaib. Mereka telah tertipu oleh kebendaan yang menyesatkan mereka ke lembah Neraka Jahannam. Sungguh mereka tertipu ! Kelompok ini tidak saja meninggalkan Sholat. Bahkan mencibirkan bibir dengan urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan Sholat.
3. Kelompok tidak Sholat, tetapi tidak merasa berdosa. Berhubung mereka tidak mengerti sama sekali dengan kepentingan Ibadah Sholat. Oleh karena itu mereka berani meninggalkan Sholat. Sebab mereka dilahirkan, hidup dan dibesarkan dalam masyarakat yang tidak pernah melaksanakan Sholat. Mereka tidak pernah melihat orang tuanya melaksanakan Sholat. Demikian pula masyarakatnya. Hanya sesekali mereka wirid atau membaca do’a selamat di rumahnya. Hanya itu, selebihnya tidak. Kemudian mereka terbawa arus berlomba-lomba mengejar kekayaan materi dan kemewahan dunia lainnya, selanjutnya, itulah yang menjadi dambaan hatinya sehingga ajal melabrak nyawanya. Orang yang demikian ini, tidak akan pernah merasa berdosa jika mereka tidak Sholat. Walaupun cerita dan berita dosa itu sering di dengarnya di kafe-kafe atau di dalam media televisi. Para Ustadz menyampaikan masalah dosa, itu semua dianggap angin lalu. Karena tak ada yang harus difikirkan tentang dosa itu. Hidup bersenang-senang. Mati ditanam. Habis perkara.
4. Kelompok Tidak Sholat, karena pengaruh Malas.
Mereka mengakui ada Fardhu atau Wajib Sholat. Namun oleh karena pengaruh malas lebih dominan di dalam dirinya, maka hilanglah keinsyafan dan kesadarannya untuk menghubungkan diri kepada Allah. Sehingga mereka tidak memperdulikan akibat yang akan dihadapinya nanti di Yaumil Mahsar. Kalaupun ada datang rasa insaf yang menggebu-gebu ke dalam dirinya. Maka mereka mencari pelarian kepada minuman memabukkan.
5. Tidak Sholat, karena pengaruh masa muda.
Sebagian Muda-Mudi merasa bahwa urusan Sholat adalah urusan orang Tua-tua. Itu adalah pakaian orang yang telah veteran dan pensiun. Sholat adalah pakaian bagi mereka-mereka yang sudah tidak suka kepada dunia lagi. Kelompok ini berpendapat bahwa masa muda itu harus dipergunakan sesuai dengan forsinya, yaitu untuk mencapai kenikmatan dan semua keinginan syahwat, dan mencapai segala yang diinginkan oleh fitrah diri. Mumpung masih muda. Selagi masih boleh dimakan dan diminum, maka makan-minumlah. Selagi bisa dipakai, maka pakailah walaupun pakaian itu transparan. Mereka tidak perduli apa kata orang, dan mereka anggap Ayah-Ibunya sebagai Tunggul lapuk yang sedikit lagi ambruk digerogoti oleh masa.
Setelah tua renta. Setelah bangkotan beruban. Barulah mereka mau taubat. Seakan-akan disanalah alam mereka untuk membayar hutang-hutang yang telah dilewatkan selagi masih muda dahulu. Dan disitulah mereka akan berkifrah dalam Agama sebanyak mungkin untuk menebus kesilapan dan kesalahan yang telah lalu. Demikian buah fikiran yang tumbuh dalam benak mereka.
Bukankah itu fikiran dan perasaan mereka ? Apakah mereka sudah dapat mengkalkulasikan usia yang ada pada mereka ? Bukankah besok seseorang bisa mengalami maut ? Lalu kapan kesempatan untuk Taubat seperti yang diimpi-impikannya itu ? Dan sering kita lihat, orang yang demikian terlanjur sering durhaka kepada Allah SWT sehingga maut datang menjeput. Karena telah merasa keenakan dengan tidak melaksanakan Sholat tersebut. Pada hari tua mereka tinggal makan dan minum menghabiskan materi yang telah dikumpulkan. Sesekali kita lihat mereka membuka-buka Kitab kecil, kita kira itu adalah Surah Yaa-Siin. Kiranya kitab Erek-erek Jakarta. Demikianlah jika Allah hendak menyesatkan seseorang, mereka tidak akan mendapat petunjuk :
Bukankah itu fikiran dan perasaan mereka ? Apakah mereka sudah dapat mengkalkulasikan usia yang ada pada mereka ? Bukankah besok seseorang bisa mengalami maut ? Lalu kapan kesempatan untuk Taubat seperti yang diimpi-impikannya itu ? Dan sering kita lihat, orang yang demikian terlanjur sering durhaka kepada Allah SWT sehingga maut datang menjeput. Karena telah merasa keenakan dengan tidak melaksanakan Sholat tersebut. Pada hari tua mereka tinggal makan dan minum menghabiskan materi yang telah dikumpulkan. Sesekali kita lihat mereka membuka-buka Kitab kecil, kita kira itu adalah Surah Yaa-Siin. Kiranya kitab Erek-erek Jakarta. Demikianlah jika Allah hendak menyesatkan seseorang, mereka tidak akan mendapat petunjuk :
لَـه مُـعَــقِّـبتٌ مِّنْ بـَــيْـنِ يَـدَ يــْهِ وَمِنْ خَـلْـفِـه يَـحْـفَـظُـوْ نَـه مِنْ اَمْرِ الـلّـهِ اِنَّ الـلّــهَ لاَ يــُـغَــيِّـرُ مَـابِـقَـوْ مٍ حَـتَّى يُــغَــيِّــرُوْ ا مَـابـِـأَ نْــفُـسِــهِـمْ وَ اِذآ اَرَ ادَ الـلّــهُ بِـقَـوْ مٍ سُوءً فَـلاَ مَرَ دَّ لَــه ، وَ مَا لَــهُمْ مِّنْ دُوْ نِـه مِنْ وَّ الٍ
“Bagi manusia ada Malaikat-malaikat yang menjaganya bergiliran. Di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya dengan Perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum. Sehingga kaum itu merobah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kehancuran sesuatu kaum. Maka tidak ada yang sanggup mencegahnya. Dan tidak ada Pelindung mereka selain Allah”. (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Perhatikan dan simaklah ayat Al-Qur-aan di atas. Semoga bisa membangkitkan semangat belajar bagi kita yang masih memerlukan ilmu pengetahuan. Tidak ada masalah kedaluarsa dalam bidang menuntut ilmu. Walaupun sudah tua. Namun kita masih memerlukan bimbingan dalam segala bidang. Dan tidak tertutup kemungkinan, bahwa kita memang belum punya ilmu.
6. Kelompok Tidak Sholat, karena pengaruh fikiran yang kacau.
Manusia pada zaman sekarang sangat banyak bermasalah dengan fikirannya, sehingga fikirannya selalau kacau balau. Dan Hatinya sedih tidak karuan. Apakah itu dikarenakan tertimpa musibah. Kematian Orang tua atau Anak. Ada juga yang keluarganya Broken Home, karena narkoba maupun keretakan hubungan Suami-Istri, sehingga keluarga jadi berantakan. Dan masih banyak masalah keluarga yang dijadikan kambing hitam, sebagai alasan meninggalkan Sholat tersebut.
Jika ditanya oleh Anaknya, "Ayah, mengapa tak mau Sholat ?", jawabnya, "Susah fikiran Ayah memikirkan Ibumu ! sudah pergi sana, engkau saja Sholat dahulu”
Lalu kitapun turut berfikir. Apakah musibah atau urusan rumah tangga yang berantakan dan lain sebagainya itu adalah Cobaan dan Ujian Allah, atau Laknat Allah ? Untuk selanjutnya Penulis serahkan kepada Anda pelaku semua Pemikir ………
7. Kelompok tidak Sholat karena takut akan hilang kesaktiannya.
Sewaktu usianya masih muda mereka telah menerima ilmu magic seperti ilmu Bolo Sewu, ilmu Kebal Panglima Nayan, Ilmu Ringin Sunsang, Ilmu Rawe Rontek, Ilmu Andam Dewi, Ilmu Gelap ngampar, Pupuh Bayu dan lain sebagainya. Pokoknya ilmu yang bukan lahir dari Al-Qur-aan dan Hadits. Manakala mereka Sholat, seakan-akan di tunjangkan orang dari belakang. Kemudian kepala akan pusing, semua tulang belulang akan terasa mendenyut tidak terkira. Maka merekapun berani meninggalkan Sholat.
Termasuk insan yang tak tahu diuntung ! Sebab ia lebih takut kehilangan kedigjayaannya. Daripada kehilangan Allah SWT yang telah menciptakan dirinya dan seluruh alam yang ada.
Lalu kitapun turut berfikir. Apakah musibah atau urusan rumah tangga yang berantakan dan lain sebagainya itu adalah Cobaan dan Ujian Allah, atau Laknat Allah ? Untuk selanjutnya Penulis serahkan kepada Anda pelaku semua Pemikir ………
7. Kelompok tidak Sholat karena takut akan hilang kesaktiannya.
Sewaktu usianya masih muda mereka telah menerima ilmu magic seperti ilmu Bolo Sewu, ilmu Kebal Panglima Nayan, Ilmu Ringin Sunsang, Ilmu Rawe Rontek, Ilmu Andam Dewi, Ilmu Gelap ngampar, Pupuh Bayu dan lain sebagainya. Pokoknya ilmu yang bukan lahir dari Al-Qur-aan dan Hadits. Manakala mereka Sholat, seakan-akan di tunjangkan orang dari belakang. Kemudian kepala akan pusing, semua tulang belulang akan terasa mendenyut tidak terkira. Maka merekapun berani meninggalkan Sholat.
Termasuk insan yang tak tahu diuntung ! Sebab ia lebih takut kehilangan kedigjayaannya. Daripada kehilangan Allah SWT yang telah menciptakan dirinya dan seluruh alam yang ada.
Barang siapa yang telah terbiasa.
Dikala mudanya berkawan dengan jembalang.
Meninggalkan kebiasaan buruk, tidak kuasa.
Walau nyawanya sudah hampir melayang !
Dikala mudanya berkawan dengan jembalang.
Meninggalkan kebiasaan buruk, tidak kuasa.
Walau nyawanya sudah hampir melayang !
c. Golongan Kadang-kadang Sholat Kadang tidak.
Sebab-sebabnya banyak pula. Di antaranya disebabkan oleh kawan seiring jalan tidak Sholat. Maka iapun enggan melaksanakan Sholat sendirian, yang demikian ini menurut biasanya, mereka agak risih juga. Tetapi setelah beberapa waktu ditinggalkannya, maka ia sendiri ketagihan bahkan merasa enak tak Sholat. Katanya ini partisipasi kepada kawan. Tak disadari perbuatannya itu malah akan mendapat Laknat dari Allah.
Ada yang sibuk dan repot oleh ikatan Pekerjaan atau Dinas. Jika ditinggalkan sejenak untuk melaksanakan Sholat, maka akan tersita waktu kerjanya. Kemudian akan didamprat oleh atasan, atau dipecat dari pekerjaan.
Ingatlah !
Mukmin yang ta’at itu, tidak takut dipecat oleh Atasan. Ia lebih takut jika di pecat Allah selaku hamba-Nya. “Renungkanlah ……… “
Kemudian ada yang menyangka bahwa Sholat itu adalah sebuah alat untuk mencapai kesenangan dan kekayaan harta yang berlimpah ruah. Jika ini tidak didapatkannya, lalu ia tinggalkan Sholat dengan sengaja. Maka Sholatnya bubar ………
Karena capek malam nunggging siang nungging, buka buku tak ada debit kreditnya.
Bagaimana mungkin ada debit dan kreditnya, sebab buku yang dibukanya adalah Al-Qur-aan dan Hadits. Siang malam Rukuk dan Sujud di dunia ini tidak akan nampak hasilnya. Tetapi nanti di Yaumil Mahsyar hasilnya Surga Jannatun Na’iim.
Bagaimana mungkin ada debit dan kreditnya, sebab buku yang dibukanya adalah Al-Qur-aan dan Hadits. Siang malam Rukuk dan Sujud di dunia ini tidak akan nampak hasilnya. Tetapi nanti di Yaumil Mahsyar hasilnya Surga Jannatun Na’iim.
Wahai insan !
Sholat itu bukanlah alat untuk menjadikan orang kaya raya. Kegunaan Sholat itu adalah menjalin hubungan antara hamba kepada Tuhan-Nya. Dan merupakan terjemahan ucapan Syukur kepada Allah yang telah menciptakan seluruh alam dan semua yang ada, termasuklah dirinya.
Ada segolongan wanita, alasannya sibuk dan repot karena heboh menyusui anaknya yang masih bayi. Sering basah kuyub oleh air kencing dan beol si anak. Itu bukan suatu alasan. Sebab anak dan harta itu adalah suatu ujian bagimu. Apakah kamu termasuk golongan Beriman atau Fasiq ?!
Kemudian ada wanita yang berani meninggalkan Sholat dengan alasan karena suaminya Fasiq. Kemudian iapun meninggalkan Sholatnya. Wahai Wanita ! Ayah atau Ibu atau Suami yang membawa kepada kefasikan, tidak perlu kita ikuti tingkah lakunya. Karena kita tidak mau diseretnya ke dalam Neraka Jahannam. Yang baik, coba tunjukkan kepada mereka kegigihan kita dalam melaksanakan Ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sehingga mereka menyadari kesalahan yang telah mereka lakukan.
Contohnya adalah Nabi Ibrahim As. Beliau tidak sungkan-sungkan meninggalkan kedua orang tuanya, jika memang disuruh menyembah patung-patung Berhala buatan tangan mereka sendiri. "Allah lebih pantas untuk disembah"
Seribu satu alasan yang dikemukakan oleh manusia. Padahal itu semua hanya untuk mendustai dirinya sendiri. Allah Maha Tahu Zahir dan Batin.
Seribu satu alasan yang dikemukakan oleh manusia. Padahal itu semua hanya untuk mendustai dirinya sendiri. Allah Maha Tahu Zahir dan Batin.
Demikian secuil gambaran kehidupan manusia yang Hatinya berpenyakit !
Apa Resep Obat atau Terapi khusus, bagi yang Sholat tapi kurang sempurna ?
Apa Resep Obat atau Terapi khusus, bagi yang tidak melaksanakan Sholat ???
Apa Resep Obat atau Terapi khusus, bagi yang sekali Sholat sekali tidak ?????
Kami serahkan kepada Pakarnya. Para Ulama dan Ustadz-Ustadz serta para Mu’alimah … …
0 comments:
Post a Comment