23 February 2008

10. Memperhatikan Kewajiban Sholat

Sholat menurut bahasa artinya adalah Do’a. Namun menurut Syara’ berarti Menghadapkan Jiwa dan Raga kepada Allah SWT. karena Taqwa seorang hamba kepada Tuhan-nya serta meng-Agungkan kebesaran-Nya dengan Khusu’ dan Ikhlas, dalam bentuk perkataan serta perbuatan, yang dimulai dari Takbir dan diakhiri dengan Salam menurut cara-cara yang telah ditentukan oleh Islam, dan sesuai serta cukup pula Rukun dan Syaratnya.

Dalil-dalil Untuk Pegangan yang Mewajibkan Sholat Bagi Orang Muslim.
Dalil-dalil yang menunjukkan atas wajibnya Sholat bagi umat Islam sangat banyak. Baik yang merupakan Ayat Al-Qur-aan dan Hadits-hadits Nabi Saw :

يـآ اَ يـُّـهَاالَّـذِ يْـنَ امَــنُوْاارْ كَــعُوْ اوَاسْجُــدُوْاوَاعْــبُــدُوْا رَ بـَّـكُـمْ وَ افْـعَـلُـوْا الْـخَــيْـرَ لَـعَـلَّـكُمْ تُــفْـلِحُـوْ نَ . وَجَاهِدُوْا فِى الـلّـهِ حَـقَّ جِهَادِ ه هُوَ اجْـتَــبـكُـمْ وَ مَـاجَـعَـلَ عَـلَـيْـكُـمْ فِى الدِّ يْـنِ مِنْ حَـرَ جٍ مِّــلَّـــةَ أَبِــيْـكُمْ إِ بْـرَ اهِـــــــــــــــيْـمَ هُـوَ سَــمّــكُـمُ الْـمُـسْـلِـمِـيْـنَ، مِنْ قَـبْـلُ وَ فِيْ هــذَا لــِيَـكُـوْنَ الـرَّسُوْ لُ شَـهِـيْدًا
هــذَا لــِيَـكُـوْنَ الـرَّسُوْ لُ شَـهِـيْدًا عَـلَــيْـكُـمْ وَ تَـكُــوْ نُـوْا شُـهَـدَآءَ عَــلَى الــنَّاسِ، فَــاَقِــيْـمُوْاالصَّــلـوةَ
وَ اَ تُـواالـزَّ كـوةَ وَاعْـتَـصِيْـمُـوْا بِـالـلّــهِ هُـوَ مَـوْ لــكُـمْ فَـنِــعْـمَ الْـمَـوْ لى وَ نـِــعْـمَ الـنَّـصِـيْـرُ


“Hai orang-orang yang beriman ! Rukuk dan Sujudlah. Sembahlah Tuhan-mu, dan laksanakanlah kebaikan, agar kamu beruntung” (memperoleh kemenangan) “Dan berjihadlah sungguh-sungguh pada jalan Allah. DIA telah memilih kamu (menjadi umat yang terbaik), dan DIA tidak menjadikan kesulitan dalam Agama. Agama-mu ialah Agama bapakmu Ibrahim. Allah telah menamakan kamu (umat) Muslimin. Dari dahulu dan juga di dalam (Al-Qur-aan) ini agar Rasul menjadi saksi (Bahwa ia telah menyampaikan risalahnya) Dan kamu telah menjadi saksi kepada semua manusia. Maka dirikanlah Sholat Dan bayar Zakat. Serta berpeganglah pada tali (Agama) Allah. DIA-lah pelindung yang terbaik. Dan DIA-lah Penolong yang sangat baik”. (Q.S. Al-Hajj : 77 - 78)

Jihad pada jalan Allah itu ada beberapa macam :
1. Mengangkat senjata bertempur di medan perang. Ini hanya Jihad kecil.
2. Menegakkan Agama dengan ulet. Tidak mundur karena rintangan yang berat.
3. Melawan Hawa nafsu yang selalu menggoda.
Ini termasuk jihad akbar. Hanya saja, banyak mereka-mereka yang non Muslim salah mengartikan kalimat Jihad di dalam Islam ini. Mereka mengira. Bahwa Jihad itu hanya untuk memerangi musuh saja, sehingga mereka selalu menyudutkan umat Islam. Kemudian menggusur dan membunuhi orang Islam, seperti terjadi di Palestina dan Iraq juga Negara lain.

Wasiat Rasulullah Saw. kepada umatnya, ketika Beliau hendak wafat, mengingatkan agar Ummatnya memelihara Sholatnya. Sebab urusan Sholatlah yang akan dipertanggungjawabkan paling awal di hadapan Allah SWT pada hari Qiyamat nanti. Dan Sholat tersebut adalah untuk membersihkan jiwa manusia. Dan menjadi tali penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Jika diumpamakan bangunan, maka Sholat tersebut adalah Tiangnya. Serta merupakan peringatan yang kontinu untuk menyadarkan diri manusia, bahwa ia adalah hamba Allah. Semua manusia menyadari bahwa Allah itu Maha Suci. Maka orang yang Sholat sudah tentu harus lebih dahulu Bersuci. Karena ia ingin menjalin hubungan kepada Yang Maha Suci.

Dalam hal Sholat ini. Banyak yang terkait untuk kebaikan dan kebersihan bagi manusia Muslim seperti Sholat tidak sah jika tidak ber-Wudhuk. Maka dengan berwudhuk, sudah jelas manusia itu akan bersih dari Hadats kecil setiap saat. Dan tidak sah Wudhu' jika istinjaknya tidak bersih.
Maka ia wajib memperhatikan istinja’ serta membersihkannya dengan sungguh-sungguh istinja' nya tersebut. Dan tidak sah Wudhu' jika ia masih dalam keadaan Junub. Maka dengan sendirinya wajib meneliti dirinya, apakah ia sudah bersuci dari Hadats besar, alias mandi Junub ? Kalau belum Junub ? Maka segera laksanakan Mandi Junub yang betul, hingga suci.

Bagi orang yang tidak Sholat. Maka ia tidak memperdulikan, apakah ia sudah mandi Jenabat atau belum. Karena di dalam benaknya tidak ada yang memberati urusan mandi atau tidak. Sebab walau ia tidak mandi. Toh ia rasa masih biasa-biasa saja, setelah makan ia masih merasa kenyang. Walaupun ia tidak mandi junub. Ketika berdagang, toh dagangannya malah jadi laris. Dan ketika ia berjalan, toh masih gagah. Tidak merasa pening atau sempoyongan. Jadi, tak perlu pusing-pusing untuk memikirkan urusan Mandi Junub segala. Mungkin demikianlah metoda orang yang mandinya setahun sekali, yakni baru boleh mandi jika pada setiap Bulan Suro.

Jika mereka renungkan sejenak dengan hati yang jernih, maka fahamlah ia. Bahwa jika demikian pola hidupnya, berarti sama halnya dengan orang-orang kumpul kebo. Dan yang lainnya, karena setelah kumpul alias senggama dengan lawan jenis, mereka tidak perlu mengingat atau melaksanakan Mandi Junub lagi. Sebab kerbau atau lembu tidak perlu pusing-pusing memikirkan Mandi Jenabat atau Mandi Junub. Toh mereka masih aman-aman saja. Tiada kurang suatu apapun.

Dari hal-hal diatas, ambillah menjadi i’tibar atau pelajaran. Bahwa orang yang melaksanakan Sholat itu, sudah tentu akan menjaga kebersihan dengan teliti. Hadits Nabi Saw. telah menerangkan : “Bahwa kebersihan adalah sebagian dari Iman”.
Dan “Kebersihan itu, adalah pangkal kesehatan”.

إِنَّ الـلّــهَ طَـيِّبٌ يـُحِبُّ الـطَّــيِّبَ، نَـظِــيْـفٌ يـُحِبُّ الـنَّـظَافَــةَ، كَـر ِيْـمٌ يـُحِبُّ الْـكَــرَ مَ جَـوَ ادٌ يـُحِبُّ الْـجُـوْ دَ، فَــنَــظِّــفُـوْا أَ فْـنِـيَــتُــكُـمْ وَ لاَ تَــشَــبَّــهُــوْ ا بِـالْــيَــهُـوْدِ

"Sesungguhnya Allah baik, dan menyukai kebaikan. Bersih. Dan menyukai kebersihan. Murah hati dan menyukai kemurahan hati. Dermawan, dan menyukai Kedermawanan. Karena itu bersihkanlah Halaman rumahmu. Dan jangan meniru-niru orang orang Yahudi (H.R. At-Turmudzy)

Hikmah Sholat.
Sholat mengandung Rahasia dan Hikmah yang sangat banyak. Sehingga hanya sebagian dari Hikmah tersebut yang dapat kita raba. Salah satu Hikmahnya ialah
1. Orangnya akan selalu bersih dari segala kotoran dan suci dari hadats besar dan kecil.
2. Dan Sholat akan dapat mempengaruhi jiwa orang yang melaksanakannya dengan Khusu’ dan teratur sesuai dengan Rukun dan Syaratnya. Sehingga jiwanya terundang untuk merenungkan isi kandungan Al-Qur-aan :

أُ تــلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَــيْـكَ مِنَ الْكِــتَاب وَ اَقـِـيْـمِ الصَّـلـو ةَ اِنَّ الصَّـلـوةَ تَـــنْــهـى عَـنِ الْــفَحْــشَآءِ وَ الْــمُــنْــكَــرِ وَ لَـزِكْــرُ الـلّــــــهِ اَ كْــبَــرُ، وَ الـلّــــهُ يَـعْـلَـمُ مَا تَـصْـنَــعُـوْ نَ

“Bacalah (selalu) Kitab (Al-Qur-aan) yang telah diwahyukan kepadamu ! Dan dirikan Sholat ! Sesungguhnya Sholat, dapat menghindarkan (kamu dari) perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah lebih besar (faedah dan kesannya). Dan Allah Mengetahui apa yang kamu lakukan”. (Q.S. Al-Ankabut : 45)

3. Orang yang Sholat. Ia akan berhati-hati menjaga Amanah. Dan Amanah ini ada dua macam :
a. Amanah dari Allah SWT. dan Rasul-Nya.
b. Amanah dari Manusia.
4. Orang yang Sholat itu. Ia akan selalu bermohon kepada Allah ‘Azza Wajalla untuk keselamatan dirinya dan orang lain. Yang demikian ini diperbuatnya, lewat terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Sebab ia tidak mengharapkan balas budi dari manusia. Ini menunjukkan solidaritas yang sangat tinggi sesama Muslim dan Muslimah.
5. Orang yang Sholat. Akan tumbuh dalam keinginannya untuk terus-menerus mendalami apa isi kandungan Sholat yang dilaksanakannya setiap hari. Itu berarti ia adalah seorang yang tidak pernah merasa bosan menuntut ‘Ilmu Ukhrowi, serta tidak pernah merasa jenuh menuntut ‘ilmu urusan Duniawi. Yang berarti ia adalah orang yang rendah hati. Sekiranya ia kurang faham, maka ia akan mudah bertanya. Dan dalam bertanya ia tidak pilih-pilih orangnya. Terkecuali kepada 4 macam kriteria manusia yaitu Orang Pikun, Orang Gila, Orang Mabuk dan Anak-anak Balita.
6. Orang yang Sholat. Sadar atau tidak sadar. Ia akan selalu memperbaharui ucapan Dua Kalimah Syahadat. Sehari semalam, sebanyak 9 kali. Demikian terus menerus diperbuatnya tanpa bosan dan jenuh hingga akhir hayatnya secara sengaja atau tidak. Jika usianya 63 thn lalu dipotong 10 thn, sebelum baligh. Maka selama 53 Thn x 12 Bln = 636 x 30 hari = 19. 080 x 5 waktu Sholat = 95. 400 x 9 Maka orang itu telah Bersyahadat sebanyak = 858.600.
Demikianlah orang yang Sholat secara kontinu (tidak pernah tinggal Sholatnya) telah dapat membaca Dua Kalimah Syahadat selama 53 Thn. Berjumlah : 858. 600 (Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Ribu Enam Ratus) kali. Ini berarti, setiap saat ia berbuat kesalahan. Maka ia akan merendahkan diri memperbaharui ke-Islamannya. Dan menyertakan permohonan kepada Allah dalam Do’anya : Semoga Allah SWT mengampuni segala Dosa yang diperbuatnya. Dan seterusnya ……………..

Kita petik sedikit kisah “Isra’ Wal Mi’raj” Nabi Muhammad Saw.
Menurut Hadits Al-Bukhari : “Rasulullah Saw, di Isra’kan dengan jasadnya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho di Baitul Maqdis. Dengan menaiki Buraq. Yang disertai oleh Jibril, lalu turun di sana. Dan melaksanakan Sholat meng-Imami para Nabi yang lain. Selanjutnya dari Baitul Maqdis Beliau naik ke Langit Dunia bersama Jibril. Lalu Jibril meminta izin agar dibukakan Pintu Langit. Maka terbukalah Pintu Langit baginya. Dan disana Nabi Saw. bertemu dengan Nabi Adam As. Bapak sekalian Manusia. Serta Nabi Adam As. menyambut kedatangan Beliau, serta menjawab Salam dan menetapkan Nubuwah Beliau. Allah menunjukkankan kepada Nabi Muhammad Ruh orang yang mati syahid berada di sebelah kanan. Dan Ruh orang yang sengsara berada di sebelah kiri Nabi Adam As. Kemudian Beliau naik ke Langit yang Kedua, bersama Jibril, setelah izin dan pintu terbuka, maka mereka masuk dan bertemu dengan Nabi Yahya bin Zakaria As. dan Nabi ‘Isa bin Maryam As. mereka menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Ketiga bersama Jibril. Dan bertemu dengan Nabi Yusuf As. Menyambut Salam serta menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Keempat bersama Jibril dan bertemu dengan Nabi Idris As. dan beliau menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Kelima bersama Jibril dan bertemu dengan Nabi Harun As. Bin Imran dan menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Langit Keenam bersama Jibril dan di sana bertemu dengan Nabi Musa As. bin Imran dan menetapkan Nubuwah Beliau. Dan ketika Nabi Saw. akan berlalu darinya, maka Nabi Musa As. menangis, dan ketika ditanyakan kepada Musa, maka jawabnya :”Aku menangis, karena ada seorang Pemuda yang diutus sesudahku, yang masuk surga bersama Umatnya dan lebih banyak dari Umatku yang masuk surga”.
Kemudian Beliau naik ke Langit Ketujuh bersama Jibril. Maka di sana Beliau bertemu Nabi Ibrahim As. Beliau mengucapkan Salam dan Ibrahim menjawabnya, serta menyambut kedata ngan Beliau dan menetapkan Nubuwah Beliau.
Kemudian Beliau naik ke Shidrotul Muntaha. Lalu dibawa naik ke Baitul Makmur. Kemudian dibawa naik menghadap Allah Yang Maha Perkasa. Dan mendekat kepada-Nya, hingga jarak nya hanya Dua Busur panah bahkan lebih dekat lagi”.
Selanjutnya Allah Mewahyukan apa yang di Wahyukan kepada hamba-Nya. Allah Mewajibkan kepada Beliau Sholat “Lima Puluh waktu dalam sehari semalam” dan Beliau kembali, sehingga bertemu dengan Nabi Musa As. lalu Musa As. bertanya : “Apa yang diperintahkan Allah SWT kepadamu ?” jawabnya : “Sholat Lima puluh Waktu”.
“Sesungguhnya Umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Maka kembalilah menemui Robb-mu, dan mintalah keringanan kepada-Nya bagi Umat-mu. Kemudian Beliau memandang ke arah Jibril, meminta pendapatnya. Maka Jibril mengisaratkan dengan ucapan “Itu benar, jika memang engkau menghendaki”. Bersama Jibril Beliau naik lagi, hingga menghadap Allah Yang Maha Perkasa. Dan menurut Riwayatnya hingga sampai Sembilan kali. Beliau turun naik mondar mandir menemui Musa dan Allah ’Azza Wa Jalla. Hanya untuk meminta keringanan bagi Umatnya. Hingga akhirnya bertemu Musa As. dan masih disuruh untuk meminta keringanan. Namun Beliau bersabda : ”Aku sudah malu kepada Robb-ku dan aku sudah Ridho dan bisa menerimanya”. Setelah beberapa saat terdengar seruan : “Kewajiban dari-KU telah KU-tetapkan. Dan Kuringankan bagi hamba-KU”.
7. Orang yang Sholat. Ditilik dari Kesehatan, di dalam Rukuk dan Sujudnya, serta I’tidal dan Duduk antara dua sujud itu, ada Senam (olah Raganya) bagi Jasmani dan Pengukuhan Iman bagi Ruhaninya. Maka kesehatan Jasmani kita dapatkan. Dan dilanjutkan dengan Kesehatan Ruhani. Dan kesehatan Hati.
8. Orang yang Sholat. Merujuk kepada pengetahuan, bahwa diri manusia itu dua macam yaitu Raga adalah Tubuh Lahir, serta Ruh adalah Tubuh Batin. Maka keduanya wajib mendapatkan makanan setiap harinya, agar mereka jangan kelaparan. Kebanyakan manusia hanya memikirkan makanan badaniahnya saja. Namun makanan ruhaniahnya selalu mereka abaikan. Sehingga jiwanya menjadi kosong melompong dari keimanan. Kemudian timbullah dalam fikiran mereka bahwa semua Agama itu sama. Jika dengan bermodalkan fikiran demikian ini, maka orangnya akan mudah menjadi Musyriq dan memudahkan seseorang untuk menuju Neraka Jahannam. Untuk itu, sudah sewajarnya kita memperhatikan adab-adab Qolbu dalam Sholat, sehingga Sholat yang dilaksanakannya bisa membebaskan ia dari segala pengaruh Fanatisme, karena sifat ini sering dibawah pengaruh Iblis la’natullah. Marilah kita renungkan ……..
9. Hikmah yang sangat besar bagi orang yang mau melaksanakan Sholat ialah hidupnya Hati ketika menunaikan Ibadah. Dengan cara pelaksanaan yang benar dan sebaik-baiknya. Sebab Haqikat kehidupan manusia bukan hanya sebatas kehidupan biologis semata. Sebagaimana halnya kehidupan hewan. Akan tetapi merupakan “Hidupnya Hati”. Seseorang berkarya dengan Cahaya Imannya. Sehingga ia bisa ber-Ma’rifat kepada Allah ‘Azza Wajalla. Serta dengan Aqidah Tauhid yang bersih. Mari Renungkan ………………. Ayat :

اَوَ مَنْ كَـانَ مَــيْـتًـا فَــاَحْــيَــيْــنـهُ وَجَـعَـلْــنَا لَــه نُــوْ رً ا يَــمْـشِى بِــه
فِى الــنَّاسِ كَــمَـنْ مَّــثَـــلُــه فِى الـظُّــلُـمَاتِ لَــيْـسَ بِـخَارِ جٍ مِـنْــهَاط كَــذَالـِكَ زُ يِّــنَ لـِلْــكــفِـرِ ِيْـنَ مَـاكَـا نُــوْ ا يَــعْـمَــلُـوْ نَ


"Apakah orang yang mati (Hatinya), kemudian KAMI hidupkan (Hatinya yang mati itu). Selanjutnya KAMI berikan kepadanya Cahaya yang terang (Al-Qur-aan untuk pedoman). Yang dengan Cahaya itu ia berjalan (lurus dalam pergaulan) ditengah-tengah masyarakat Manusia ! Akan sama halnya dengan orang yang berada di dalam gelap gulita, yang tidak mungkin bisa keluar dari kegelapan itu ? Demikianlah dihunjamkan (kedalam hati) orang orang kafir itu, sehingga ia merasa senang dengan perbuatan buruk yang mereka laku kan”. (Q.S. Al-An’aam : 122)

Pengertian “Mati” dalam ayat tersebut, adalah Buta Bashirah (mati hati). Kufur lagi sesat. Tetapi jika orangnya sadar terhadap perbuatannya yang melanggar hukum hukum Allah itu, lalu bangkit untuk ber-Taubat, maka Allah dengan Hidayah-Nya menghidupkan hatinya dan di tuntun-Nya Iman. Bersama petunjuk Hidayah Cahaya ke-Agungan-Nya. Maka hadirlah dalam hati orang tersebut pembeda antara yang Haq dengan yang Batil. Maka bermaknalah hidupnya sebagai manusia. Tidak seperti orang yang buta meraba-raba kian kemari. Berdasarkan Surah Az-Zariyaat 55-56, maka kita dapat menjadikan rumah kita sebagai Mihrab. Fakultas sebagai Mihrab. Pabrik sebagai Mihrab. Sawah dan Ladang sebagai Mihrab. Super Market sebagai Mihrab. Dimanapun kita berada bisa melaksanakan Sholat. Melalui segala aktivitas kita semuanya menjadi ibadah buat kita dan keluarga. Yang ditunggu hanya kesadaran manusianya. Apa kabar ? Belum sadar juakah selaku hamba Allah ?
10. Setelah mantap kehadiran Hidayah Allah ke dalam hatinya. Maka ia akan Sholat dengan Tawadhu’ dan Tawarru’, sebab ia mengaku fakir dan rendah serta sangat membutuhkan pertolongan-Nya selaku hamba Allah. Sementara Allah tidak membutuhkan apa-apa dari kita. Maka sujudkanlah dahi sejajar dengan tanah tempat kita berpijak. Di dalam Sholat kita mensucikan Allah dengan Munajat. Kita sucikan DIA dengan Kalam kalam-Nya. Kita Rukuk dan Sujud hanya untuk Allah. Kita hubungkan Ruh kita dengan Sang Maha Pencipta. Kita renungkan kembali asal kejadian kita yang berasal dari tanah serta unsur-unsur alam yang ada. Dari bahan baku tersebut Allah melengkapi dengan kemauan dan tenaga. Dan berbagai sarana dan prasarana. Sehingga mampu me-Maha Sucikan DIA. Dan mampu menjunjung tinggi tuntunan ibadah yang menghendaki tenaga dan fisik serta di Anugerahi Allah kesanggupan menundukkan syahwat. Dan dapat menjernihkan insting. Sehingga ia berikhtiar melawan penyimpangan-penyimpangan yang berkaitan dengan kemunkaran dan kekejian yang berlangsung. Serta kita tidak luput mengadukan hal-hal kita kepada Allah SWT. dengan berdo’a memohon semoga Allah memberkahi segala perjuangan dan memudahkan rezeki yang halal lagi baik ……………..

Wahai insan !
Jangan pilih-pilih guru yang memberi pelajaran yang baik untuk kita. Sebab setiap individu ada kelebihan dan ada kekurangannya. Demikianlah fitrahnya sebagai Manusia. Selanjutnya jangan terlalu mudah menuduh guru. Karena ia adalah sebagai pengganti Orang tua kita dalam hal belajar.

MOTTO PENULIS :
Hina di sisi manusia tidak mengapa
Karena hanya Allah Yang Maha Mulia
Ku-isyaratkan jalan petunjuk
Tapi aku sendiri belum memperoleh petunjuk
Meski aku uraikan Obat suatu penyakit
Namun … aku sendiri menderita penyakit

MOTTO PENUNTUT ILMU :
Merasa sudah jadi ... Berarti belum jadi
Lama masa di’amalkan ... Berarti belum jadi
Sudah dimahirkan ... Berarti belum jadi
Lama menderita ... Berarti belum jadi
Yakin dan Sabar …… Baru jadi !!!

Banyak kita lihat orang-orang yang terburu-buru di dalam menuntut ilmu, mereka ingin melejit langsung naik ke atas secara otomatis sehingga sampai pada point yang sangat tinggi, menurut ukuran Manusia. Dan setelah mereka dapat menggapai ketinggian yang mereka harapkan, selanjutnya mereka mengharapkan semua keadaan sebaiknya serba otomatis. Agar manusia jangan lagi banyak bergerak dan jangan lagi banyak berfikir, cukup hanya menekan tombol semua akan jadi beres.
Tetapi, sangat disayangkan.. Sebab Rukun dan Syarat yang bisa dijadikan Pondaman untuk mendapatkan ‘ilmu secara baik itu, tidak mereka lakukan. Padahal Akar atau Pedoman ‘ilmu itu adalah Agama. Kita perhatikan suatu pengalaman sejarah para pendahulu kita yang ‘ilmunya tidak dilambari dengan Agama, seperti Raja Namrudz yang zalim, pada zaman Nabi Ibrahim As. Raja Namrudz runtuh bersama kerajaan dan rakyat yang mempertuhankan berhala pada masa itu. Termasuklah di dalamnya Ayah Nabi Ibrahim A.s. Kemudian Raja Fir’aun yang zalim pada zaman Nabi Musa As. juga sama nasibnya. Fir’aun tenggelam di Laut Merah bersama bala tentaranya. Dan yang sezaman dengan Fir’aun ini, adalah Qorun, seorang fakir melarat yang diberi Allah kepadanya ‘ilmu melebur Emas dan Perak pada zaman itu. Tetapi karena tidak dilambari dengan ‘ilmu Agama yang baik dan kokoh, maka menjadi takabur lalu ditelan Bumi sehingga hilang lenyap hingga sekarang. Dan sampai sekarang masih di ingat orang. Manakala manusia mendapat harta yang digali dari tanah, maka akan dikatakan orang itu adalah Harta Qarun.

Wahai Saudaraku yang se-Iman !
Pelajarilah ‘ilmu dasar terlebih dahulu, sebab ilmu dasar itu akan mendorong orangnya naik ke atas untuk mendapatkan ‘ilmu yang lebih anggun. Coba bayangkan sejenak, jika kita adalah seorang Penerbang atau Pilot Pesawat Terbang. Setelah lepas landas dan terbang ke atas lalu dapat mengelilingi Bumi. Namun katika mau turun, tidak ada landasan sebagai sarana untuk landing ke bawah. Tidakkah Pilot akan kebingungan ? Dan akan menyebabkan kesibukan Co-Pilot dan Kapten Penerbang ? Kehancuran mungkin bisa saja terjadi setiap detik. Agar jangan terjadi kehancuran total pada pesawat, maka pesawat sebaiknya diterjunkan ke laut. Dan untuk selanjutnya terserah keadaan. Demikianlah pemikiran manusia-manusia yang menuntut ‘ilmu yang tinggi-tinggi itu. Namun lalai terhadap ‘ilmu dasar, maka jika mereka terdesak oleh keadaan, mereka akan mengambil keputusan yang bisa merugikan dirinya sendiri.
Itu adalah suatu contoh kepada kita, di dalam menyongsong ‘ilmu yang paling dasar. Seperti ‘ilmu untuk meneliti Rukun Bersuci, Rukun Wudhu', Rukun Mandi Junub. Ilmu demikian ini sering kita abaikan, karena terlalu rendah. Padahal sekiranya kita tidak faham terhadap ilmu-ilmu dasar ini. Maka semua urusan Sholat akan menjadi batal. Maka rugi jadi orang yang tidak faham dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Sungguh.. Pelajaran pada kolom ini, adalah pelajaran yang sangat rendah. Dan kami sangat yakin, bahwa Tuan dan Puan sudah cukup banyak menerima atau mendengar serta mengulas ‘ilmu-‘ilmu yang jauh lebih tinggi dari Ilmu yang saat ini berada di hadapan Anda. Namun rasanya perlu untuk mengulang-ulang kaji. Agar mendapat ketenteraman di dalam Hati Sanubari.

0 comments: