وَ اَ شْـــهَـدُ اَنَّ مُـحَــمَّـدًا رَّسُــوْ لُ الـلّـــــــهُ
“Aku bersaksi/mengakui Bahwa Muhammad adalah utusan Allah”
Yang dimaksud dengan pengakuan kepada Rasul ialah merupakan Rukun Islam yang kedua. Pengakuan kepada Rasul yang artinya mengetahui, membenarkan. Serta dengan penuh keyakinan mengakui Bahwa Muhammad adalah Rasul dan utusan Allah. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk Perkataan dan Perbuatan. Dengan cara menerima apa yang dikatakan dan diperbuat maupun diamnya Rasul. Itu semua adalah akhlaq yang mulia dari utusan Allah SWT dan menjadi contoh teladan yang baik bagi seluruh umat Muslim dan Mukmin di seluruh Dunia. .
Pentingnya Rasul.
Jika kita renungkan tujuan Allah menciptakan manusia, sebenarnya untuk membawa kita pada puncak ketinggian maksud dan tujuan. Tetapi wajib dengan sukarela menerima dirinya adalah hamba Allah yang mulia. Sehingga manusia dinobatkan menjadi Khalifah-Nya di muka Bumi ini. Tetapi wajib melaksanakan tugas yang diperintahkan Allah SWT kepadanya yakni tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Dan Allah Berfirman : “Tidaklah AKU ciptakan Jin dan Manusia. Kecuali hanya untuk menyembah AKU”(QS- Az-Zaariyat : 56)
Apa jabatan Muhammad Saw. itu ? Dan tugas apa saja yang harus Beliau laksanakan ?
Jabatan Beliau adalah seorang Rasul yang diutus oleh Allah SWT. kepada seluruh manusia. Dan tugas-tugas yang wajib Beliau tunaikan adalah menyampaikan Perintah-perintah Allah kepada manusia. Ber’amar ma’ruf Nahi munkar. Serta mengenalkan kepada manusia bahwa Eksistensi Allah Yang Maha Esa dan tempat kita bermohon segala sesuatu. Agar kita bisa Bertaqorrub kepada Allah. Beliau juga menganjurkan agar manusia berhati-hati terhadap murka-Nya. Dan membimbing kita ke jalan kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Sebelum terpeleset jatuh ke jurang kehinaan yang pada akhirnya masuk ke lobang Neraka.
يـآ اَ يـُّـهَاالـنَّـبِـيُّ إِ نَّـآ أَرْسَـلْــنَاكَ شَاهِدً اوَّ مُـبَشِـرًا وَّ نَـذِ يْـرًا. وَّدَ اعِــيًا إِلىَ الـلّـــهِ بِـــإِذْ نِــه وَ سِـرَ اجًا مُّـنِــيْــرًا
وَ بَـشِّـرِالْـمُـؤْ مِـنِـيْـنَ بِـأَنَّ لَــهُـمْ مِّنَ الـلّـــهِ فَـضْـلاً كَــبِــيْــرً ا
“Hai Nabi ! Sesungguhnya KAMI mengutusmu untuk menjadi saksi. Dan Pembawa berita gembira serta Pemberi Peringatan”. “Dan untuk menjadi penyeru kepada (jalan yang diridhoi) Allah, dengan izin-Nya serta menjadi lentera yang bisa menerangi (manusia)”.”Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang Mukmin. Bahwasanya bagi mereka karunia Allah yang sangat besar” (Q.S. Al-Ahzab : 45 s/d 47)
Masyarakat Muslim wajib tegak dengan kukuh di atas sendi-sendi pemahaman Dua Kalimah Syahadat ini. Sehingga bisa merealisasikan semua perintah dan mengikuti Syari’at, serta menjadikan Syari’at itu sumber hukum dalam Masyarakat Islam. Perhatikan Firman Allah :
وَ مَآ ا تـكُـمُ الـرَّسُـوْ لُ فَـخُـذُوْ هُ وَ مَـا نَــهكُـمْ عَــنْـهُ فَا نْــتَـــهُــوْ ا، وَا تَّــقُـواالـلّـــــــــهَ اِ نَّ الـلّـــــــــهَ شَـدِ يْـدُ الْــعِـــقَـابِ
“Apa yang didatangkan (diperintahkan) Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan mana yang dilarangnya, hendaklah kamu tinggalkan. Serta bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (Q.S. Al-Hasyr : 7)
Dan perhatikan baik-baik ayat dibawah ini :
وَ مَآ اَرْ سَـلْــنَامِنْ رَّسُـوْلٍ اِلاَّ لِــيُطَاعَ بِــإِ ذْنِ الـلّـــهِ ط وَ لَـوْ اَ نَّـــهُـمْ اِذْظَّــلَــمُوْآ اَ نْــفُسَــهُـمْ جَـآءُوْ كَ فَاسْـتَــغْـفِـرُوْاالـلّـــهَ وَ اسْـتَــغْـفَـرَ لَـــهُـمُ الـرَّسُــوْ لُ لَــوْ جَـدُوْاالـلّـــهَ تَــوَّ ا بـًا رَّحِـيْـمًـا `
“Dan KAMI tidak mengutus seorang Rasul melainkan supaya dita’ati dengan seizin Allah. Dan sesungguhnya jika ketika mereka menganiaya diri mereka sendiri (karena tidak membenarkan ke-Rasulanmu). Lalu mereka datang kepadamu (Muhammad) lantas mereka memohon ampun kepada Allah. Dan Rasul memohon ampunan untuk mereka. Sudah barang tentu mereka akan mendapatkan ampunan dari Allah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S. An-Nisaa’ : 64)
وَ مَـنْ يُّـطِــعِ الـلّـــهَ وَالـرَّسُـوْ لَ فَــأُولـــئِــكَ مَـعَ الَّـذِ يْـنَ أَ نْــعَــمَ الـلّــــــــهَ عَـلَــيْــهِمْ مِّنَ الـنَّــبِــيِّـنَ وَالـصِّدِّ يْــقِــيْــنَ وَالـشُّــــهَــدَ آءِ وَ الصّـلِـحِــيْـنَ وَحَـسُـنَ أُولـــئِـكَ رَ فِــيْــقًـا
“Dan siapa yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya maka mereka akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberi Nikmat, yakni dari golongan para Nabi. Shodiqiin. Syuhada. Dan Sholihiin. Mereka itulah sebenarnya teman-teman yang baik”. (Q.S. An-Nisaa’ : 69)
يـآ اَ يـُّـهَاالَّـذِ يْـنَ أ مَـنُـوْااسْـتَـجِـيْــبُـوْ الِـلّــــهِ وَ لـِلــرَّ سُـوْلِ اِذَ ادَ عَا كُــمْ لِـمَا يُحْـيِــيْـكُـمْ وَ اعْـلَـمُوآ اَنَّ الـلّـــهَ يَـحُـوْ لُ بَــيْـنَ الْـمَـرْءِ وَ قَــلْــبِــه وَ اَ نَّـــه اِ لَـــيْــهِ تُـحْــشَـرُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman ! Patuhilah seruan Allah dan Rasul. Apabila Rasul menyeru kamu terhadap sesuatu yang menghidupkan (Rohani dan Jasmani) kamu ! Dan ketahuilah sesungguhnya Allah memberi batas antara manusia dan Hatinya. Dan sesungguhnya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan” (Q.S. Al-Anfaal : 24)
يـآ اَ يُّــهَاالَّـذِ يْـنَ ا مَــنُـوااتَّــقُـوْاالـلّــهَ حَــقَّ تُـــقــتِــهِ ، وَ لاَ تَــمُوْ تُــنَّ اِلاَّ وَ اَ نْـــتُـــمْ مُــسْــلِــمُـوْ نَ
“Hai orang-orang yang beriman ! Taqwalah kamu, dengan sebenar-benar taqwa. Dan janganlah kamu mati sebelum kamu Muslim”. (Q.S. Ali-Imran : 102)
Telah sangat jelas keterangan demi keterangan yang dikutip dari ayat Suci Al-Qur-aanul Kariim.
Wahai Muslim yang baik ! Kalau bukan Al-Qur-aan yang kita percayai, lalu Kitab apa lagi yang harus kita yakini ? pada zaman sekarang ini. Koran-koran sudah lebih banyak membadut menampilkan kelucuannya. Lalu Naskah dan Warkah yang mana lagi yang akan kita jadikan pedoman. Maka insyaflah dari sekarang. Dan untuk selanjutnya kembalilah kepada Al-Qur-aan dan Sunnah-sunnah Rasul-Nya Nabi Muhammad Saw.
Mari bersama kita perketat “AQIDAH ISLAMYAH” Amiin - Amiin……………………
Kewajiban Kita kepada Rasul.
Seorang Muslim mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap Rasul-rasul yang telah diutus Allah SWT. Di antara kewajiban-kewajiban itu ialah Mengakui Bahwa Muhammad adalah hamba dan Utusan Allah. Dan membenarkan Agama yang dibawanya. Patuh dan Ta’at atas anjuran yang disampaikan oleh Rasulullah. Baik merupakan perintah ber‘amal baik. Dan menjauhi segala Larangan yang disampaikannya.
Ketundukan dan keta’atan itu, hendaknya dengan keikhlasan yang murni. Bukan dibuat-buat.
Adapun diantara kewajiban-kewajiban kita terhadap Rasulullah Saw. antara lain :
1. Mencintai Rasul, melebihi rasa cinta kita terhadap diri, anak, keluarga, harta benda serta manusia seluruhnya. Dalam hal ini perhatikan Hadits di bawah :
Adapun diantara kewajiban-kewajiban kita terhadap Rasulullah Saw. antara lain :
1. Mencintai Rasul, melebihi rasa cinta kita terhadap diri, anak, keluarga, harta benda serta manusia seluruhnya. Dalam hal ini perhatikan Hadits di bawah :
لاَ يُــؤْ مِنْ اَحَـدُ كُـمْ حَــتَّى اَ كُــوْنَ اَحَـبَّ اِ لَــيْــهِ مِنْ نَــفْسِـهِ وَ وَ لَـدِ ه وَ مَا لِـه وَ الــنَّا سِ اَجْـمَـعِــيْـنَ
“Tidak sempurna iman seseorang. Sehingga aku dicintainya melebihi cintanya kepada dirinya. Anak anaknya. Keluarganya. Dan manusia seluruhnya”. (H.R. Muslim)
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa kecintaan yang sangat kepada Rasul terletak pada keikhlasan mengikuti segala yang disukai dan yang dianjurkan Rasulullah Saw. Dan menjauhi segala yang dilarangnya. Yang sesuai pula dengan apa yang di Firmankan Allah SWT :
يَـحْْـلِـفُـوْنَ بِـالـلّــهِ لَـكُـمْ لــِـيُــرْضُـوْ كُــمْ وَ الـلّـــهُ وَ رَسُــوْ لُــه اَحَــقُّ اَنْ يُّــرْضُـوْ هُ اِنْ كَـا نُــوْ ا
مُـؤْ مِـنِـيْـنَ
“Mereka bersumpah kepadamu, dengan (Nama) Allah untuk menyenangkan hatimu. Padahal Allah dan Rasul-Nya yang lebih pantas mereka cari kerelaan-Nya. Jika memang mereka orang yang Beriman” (Q.S. At-Taubah: 62)
2. Menghormatinya selagi masih hidup dan berlaku juga setelah Nabi Saw wafat.
لاَ تَـجْــعَــلُـوْادُعَـآءَ الـرَّ سُـوْ لِ بَــيْــنَـكُـمْ كَـدُعَـآءِ بَــعْـضِكُـمْ بَــعْضًا قَـدْ يـَــعْـلَـمُ الـلّـــهُ الَّـذِ يْـنَ يَــتَـسَــلَّــلُــوْنَ مِـنْـكُـمْ لـِـوَ اذً ا، فَــلْــيَـحْـذَ رِ الَّـذِ يْـنَ يُـخَـالـِفُـوْنَ عَنْ اَمْرِ ه َانْ يـُصِيْــبَــهُـمْ فِــتْـــنَــةٌ اَ وْ يـُصِيْــبَـــهُـمْ عَــذَابٌ اَ لـِـــــيْــمٌ
“Janganlah kamu memanggil Rasul seperti memanggil sesama kamu. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang keluar satu demi satu dengan diam-diam. Maka hendaklah orang-orang yang melanggar perintah Rasul itu merasa takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa ‘Azab yang berat”. (Q.S. An-Nuur : 63)
Rasul bukanlah seperti manusia biasa. Beliau adalah seorang Rasul Allah. Karena itu, sesuai dengan kedudukan itu, hendaklah manusia selalu menghormatinya. Sehingga dalam panggilan harus dengan kata-kata yang lemah lembut dan sopan, seperti dengan kalimat : “Wahai Rasulullah”. “Wahai Nabi Allah”. Dan kalimat-kalimat yang indah serta lemah lembut lainnya. Juga termasuk salah satu cara menghormatinya, dengan tidak mendahuluinya dalam berkata-kata. Firman Allah :
يَـآ اَ يُّــهَاالَّـذِ يْـنَ ا مَــنُـوْا لاَ تُــقَـدِّ مُـوْ ا بَــيْـنَ يَــدَ يِ الـلّــــــــــــــهِ وَرَسُـوْ لـِـه وَ تَّــقُـوْ االـلّـــهَ اِنَّ الـلّــهَ سَـمِـيْـعٌ عَــلِـــيْــمٌ . يَـآ اَ يُّــهَا الَّـذِيْـنَ امَــنُـوْالاَ تَـرْ فَـعُـوْآ اَصْـوَ اتَــكُـمْ فَـوْقَ صَـوْتِ الـنَّـبِـيّ وَ لاَ تَـجْــهَـرُوْا لَـــهُ بِـالْــقَــوْ لِ كَـجَــهْـرِ بَـعْضِكُـمْ لــِـبَــعْـضٍ اَنْ تَـحْــبَـطَ اَعْـمَالُــكُـمْ وَ اَ نــتُـمْ لاَ تَـشْــعُـرُوْنَ . اِنَّ الَّـذِيْـنَ يَـغُـضُّوْنَ اَصْـوَ ا تَـــهُـمْ عِـنْـدَرَسُـوْ لِ الـلّـــهِ اُولــئِـكَ الَّـذِيْنَ اَمْـتَـحَـنَ الـلّـــهُ قُــلُـوْ بَــهُـمْ لـِلـتَّــقْـوى ط لَـــهُـمْ مَــغْــفِــرَ ةٌ وَّ اَجْـرٌ عَـظِـــيْـمٌ
“Hai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Dan ber-Tawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. “Hai orang -orang yang Beriman ! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi. Dan janganlah kamu berbicara kepadanya dengan suara yang keras. Sebagaimana kerasnya suaramu berbicara sesamamu. Agar jangan sampai hapus (pahala) ‘Amalanmu. Sementara kamu tidak menyadarinya”. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya disisi Rasulullah. Mereka-merekalah yang Hatinya telah diuji Allah untuk bertaqwa. Maka bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” (Q.S. Al-Hujuraat : 1 s/d 3)
Kewajiban menghormati Rasulullah masih tetap berlaku kendatipun Beliau telah wafat. Oleh karena itu, kita tidak boleh meninggikan suara ketika masuk ke dalam Masjid Madinah, atau ketika masuk ke Maqam Rasulullah Saw. Dan begitu juga tatkala mendengar orang-orang membacakan Hadits-haditsnya. Apabila seseorang Muslim mendengar kalimat “Rasulullah Saw. bersabda“. Maka seseorang itu harus menanamkan keyakinan dan mengakui bahwa tidak ada suatu perkataan yang sebaik dari Hadits tersebut. Dan ia juga harus dengan sungguh-sungguh mendengarkan dan memperhatikan isi perkataan Hadits itu. Serta merta ia bersedia untuk melaksanakannya.
3. Menjauhi segala yang dianggap menyinggung kehormatan Rasulullah Saw.
وَ الَّـذِ يْنَ يُـؤْ ذُ وْنَ رَسُـوْ لَ الـلّــــهِ لَـــهُـمْ عَـذَ ابٌ اَ لـِــيْـمٌ
“Dan bagi mereka yang menyakiti Hati Rasulullah. Maka bagi mereka ‘Azab yang sangat pedih”. (Q.S. At-Taubah : 61)
وَ مَاكَـانَ لَـكُـمْ اَنْ تُـــؤْ ذُوا وَ رَ سُــوْ لَ الـلّـــــــهِ
“Dan tidak boleh kamu menyakiti (Hati) Rasulullah” (Q.S. Al-Ahzab : 53)
0 comments:
Post a Comment