27 February 2008

12. Sholat Merupakan Ukuran Keimanan Seseorang

Sholat adalah ibadah yang sangat utama untuk membuktikan keislaman seseorang. Dan bisa untuk mengukur keimanan. Hal ini diperhatikan oleh orang lain dari kerajinan seseorang dalam mendirikan Sholat. Yang tidak terlihat adalah keikhlasan seseorang dalam melaksanakan Sholat, sebab ia berada di dalam batin seseorang.
Islam memandang Sholat sebagai tiang agama dan inti sari Islam terletak pada Sholat, sebab dalam Sholat tersimpul seluruh Rukun Agama. Hal ini dapat kita lihat dari Hadits Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda :

اَلصَّـلاَ ةُ عِـمَادُ الدِّ يْـنَ، فَـمَـنْ أَ قَامَـــهَا فَــقَـدْ أَ قَامَ الـدِّ يْـنَ، وَ مَنْ تَــرَ كَـــهَا فَــقَـدْ هَـدَ مَ الـدِّ يْـنَ

“Sholat itu (adalah) Tiang Agama ! Barangsiapa yang mendirikannya, maka sesungguhnya ia telah mendirikan Agama. Dan Barangsiapa yang meninggalkannya. Maka sesungguhnya ia telah meruntuhkan Agama”. (H.R. At-Tirmidzy)

Iman dan Islam tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain. Iman membenarkan dan patuh serta ta’at dalam melaksanakan segala yang dikehendaki oleh kepercayaan Hati, yaitu mematuhi segala Perintah Allah. Dan menjauhi segala Larangan Allah SWT. Jelasnya, manakala seseorang mengaku beriman, tetapi ia tidak pernah melaksanakan Sholat, maka pengakuannya itu adalah bohong. Dan tidak dibenarkan oleh Syara’.
Iman dalam arti yang sebenarnya adalah merupakan totalitas ‘Ilmu, Yakin dan ‘Amal. Tidak mungkin orang akan dikatakan beriman tanpa ‘ilmu. Sebab dengan ‘Ilmu mereka akan mengetahui kebenaran dan dapat merasakan apa yang dihayatinya. Karena ilmu itu adalah merupakan Pokok dari “Iman”. Walaupun ada ilmu, tetapi tidak yakin terhadap kebenaran ilmu, maka bisa dikatakan ia tidak beriman. Walaupun ada ilmu dan keyakinannya bertambah, tetapi ia tidak ber‘Amal. Ini juga belum dikatakan beriman. Kemudian banyak ‘Amalnya, tetapi tanpa ‘ilmu. Golongan ini dikategorikan belum Beriman. Oleh sebab itu Rasulullah Saw. Bersabda :

لَــيْسَ اْلإِ يْـمَانُ بِـالـتَّــمَــنِّى وَ لــكِـنْ مَاوَ قَـرَ فِىالْـقَـــلْب وَصَـدَّ قَـهُ الْـعَـمَـلُ ، وَ إِنْ قَـوْ مًاغَرَّ تَـــهُمُ اْلأَ مَانـِى حَـتَّى خَـرَجُـوْامِنَ الـدُّ نْــيَا وَ لاَحَسَــنَــةَ لَــهُـمْ وَ قَالُــوْا : نَـحْـنُ نُـحْــسِـنُ الـظَّـنَّ بِـالـلّــــهِ وَ كَــذُّا بُــوْ ا، لَــوْ أَحْسَــنُـوْ االـظَّـنَّ ِلأَحْـسَـــنُــوْ االْــعَــمَــلَ

“Bukanlah Iman itu hanya dengan berangan-angan. Tetapi apa yang telah tetap didalam Hati. Lalu dilanjutkan dan dibuktikan dengan ‘Amal. Dan sesungguhnya ada golongan yang terpedaya oleh angan-angannya sendiri. Sehingga mereka keluar dari Dunia (yang fana ini). Tanpa membawa sesuatu kebaikan yang mereka miliki. Namun mereka berkata : “Kami adalah orang yang baik sangka terhadap Allah. Tanpa disadarinya mereka telah berdusta. Sebab, kalau mereka baik sangka, sudah pasti mereka akan ber’amal (dengan baik)”. (H.R.Bukhari)

Orang beriman serta melaksanakan Sholat.
Mereka akan berpaling dari segala sesuatu yang tidak berguna. Mereka tidak mau melibatkan diri dalam urusan dan perbuatan yang tidak berfaedah. Mereka akan menjaga lidahnya dari membicarakan yang tidak berarti. Apa lagi membicarakan keburukan orang lain. Tidak perlu kita buang-buang waktu hanya untuk mengurus yang tidak jelas persoalannya. Nihil alias Nol besar. Mereka hanya disibukkan oleh pemusatan perhatian dan konsentrasi fikiran. Menghimpun perasaan serta kemauannya hanya untuk Mengingat Allah SWT. Dan di dalam melaksanakan Sholat mereka akan menghimpun sekalian Pengenalan yang menuju kepada Keridhoan Allah semata-mata. Sebab di dalam mendirikan Sholat itu sering datang lintasan-lintasan di permukaan fikiran yang tidak kita harapkan. Maka jauh sebelum melaksanakan Sholat, kita dianjurkan jangan banyak membicarakan yang tidak berguna. Sebab manakala kita berdiri untuk Sholat, segala pembicaraan di luar Sholat akan datang bergulir satu persatu kedalam Hati Sanubari. Rasulullah bersabda :

مِنْ حُـسْـنٍ إِ سْــلاَ مِ الْـمَــرْ ءِ تَــرْ كُـــهُ مَا لاَ يَــعْــنِـــيْــهِ

“Termasuk Iman Manusia yang baik-baik. Ialah mereka meninggalkan apa saja yang tidak berguna” (H.R. At-Turmudzy)

Baik kita perhatikan Hadits dari Anas bin Malik Ra. Beliau berkata : “Pada suatu waktu, wafatlah seorang laki-laki, maka berkatalah salah seorang lelaki yang lain. Pada saat itu Rasulullah Saw. mendengar perkataan orang itu ”Gembirakanlah ia dengan syurga”.
Maka bersabda Rasulullah Saw : “Tahukah engkau ? Boleh jadi ia membicarakan sesuatu yang tidak berguna, atau bakhil (bodoh) dengan sesuatu yang tidak mengurangi kekayaannya” (H.R At-Turmudzy)

Hadits di atas menjelaskan, boleh jadi dengan seringnya orang mempercakapkan sesuatu yang tidak berguna atau memang karena bakhilnya. Sebab ia sendiri tidak bisa melihat, penghuni Surga atau penghuni Neraka yang wafat tadi. Tetapi lidahnya dengan spontan berkata : “Gembirakanlah ia dengan surga”.
Bukankah yang berhaq berkata demikian itu adalah Rasulullah Saw. ? Oleh karena itu, di dalam ajaran Agama, kita selalu diingatkan kalau berbicara. Bicaralah yang baik dan berguna. Kalau tidak ada yang baik yang akan dibicarakan, maka sebaiknya diam ! Ingatlah ! Jika yang tergelincir itu adalah kaki, belum tentu orangnya akan mati. Tetapi jika yang tergelincir itu adalah lidah, maka Insya Allah akan menyebabkan maut bagi orangnya. Oleh karena itu hati-hatilah menjaga lidah !

0 comments: