11 February 2008

26. Mengapa Air dan Tanah Alat Utama untuk Bersuci ?

Ketahuilah ! Terdapat dua jalan bagi Manusia untuk sampai ke tujuan yang tinggi dari metoda mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci yaitu Allah SWT. Satu diantaranya ialah mempunyai kedudukan yang lengkap dan mendasar. Yaitu dengan mensucikan urusan Tubuh Zahiriah seseorang dengan Air atau Tanah. Rahmat Allah mengiringi kedua materi tersebut, sehingga mereka sanggup suci lagi mensucikan bagi yang lain. Ini semua, hanya untuk kepentingan Manusia, yang telah dinobatkan menjadi Khalifah Allah dimuka Bumi.
Dan kedua ialah Rahmat Allah mengiringi setiap maujud sampai kepada kesempurnaan yang sesuai dengan Qudrat dan Iradah Allah, salah satu bagian dari Rahmat dan Rahim-Nya adalah mengutus para Nabi dan Rasul-Nya kepada Manusia. Mereka-mereka adalah merupakan penunjuk jalan dan pembimbing orang-orang yang masih ketinggalan dalam perjalanan menuju ke liang Lahat. Sehingga sewaktu sampai ke haribaan Tuhan, manusia-manusia itu sudah dalam keadaan suci bersih dari Noda dan Dosa.
Menurut para Ahli Ma’rifah dan pemilik Qolbu, alam nyata ini merupakan gambaran dari Rahmat Allah Jalla Wa’azza. Semua makhluq senantiasa tenggelam dalam Samudra Rahmat Allah SWT. Namun … mereka tidak mengambil faedah.
Kitabullah Al-Qur-aan yang agung sengaja diturunkan dari Alam gaib Ilaahiyyah. Dengan maksud agar Manusia yang belakangan, mengambil faedah darinya. Dan yang masih terpenjara dengan Hawa Nafsunya, bisa selamat dari penjara Duniawi. Kita tidak pernah merasa bahwasanya Manusia itu terbelenggu oleh Kemauan-kemauan dari angan-angannya, dari Imajinasi dan Ilustrasi serta Ilusinya sendiri. Tanpa mengindahkan Perintah dan larangan Allah SWT.
Kitabullah Al-Qur-aan, berbentuk lafaz dan Kalimat-Kalimat. Kata-kata itu termasuk dari fenomena Rahmat Allah yang sangat besar dan Agung. Namun, kita ini adalah Manusia-manusia yang Tuli dan Buta, tidak mau mengambil faedah apapun dari Kitab tersebut. Malah disia-siakan, seakan-akan dijadikan contoh pembungkus Kacang goreng. Yang habis isi, bungkus dibuang, itulah kenyataan, jika dipandang dari segi Haqikat kebenarannya. Alangkah ruginya Manusia yang diberi kesempatan untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi mereka malah melorot ketingkat yang paling rendah dan hina.
Rasul terakhir dan Wali Mutlaq, yang kita junjung tinggi kehadirannya. Beliau datang dari Hadhrat Allah ‘Azza Wajalla Yang Maha Suci dan Maha Mulia ketempat ini, yakni tempat yang sangat asing dan menyeramkan. Beliau bergaul dengan orang-orang semacam Abu Lahab, Abu Jahal, Abu Nasar dan Abu-abu jelek lainnya. Yang lebih jahat peraturan dan tingkah lakunya. Tetapi walaupun hidup di dalam lingkungan yang demikian. Beliau masih sanggup menata dan membimbing Manusia hingga saat akhir Hayat. Beliau tidak pernah minder walau sedikit. Beliau tidak pernah berputus asa dalam perjuangannya. Beliau terus menerus membedah dan membelah Peraturan-peraturan yang tidak sesuai dengan Hukum Allah SWT. Dialah Nabi Muhammad Saw. Sehingga lahir pepatah :
”Dimana ada Muhammad. Disana ada Abu Lahab”.
Sungguh manusia luar biasa. Karena Beliau memiliki kemahiran dalam segala bidang.
Beliau adalah Saudagar yang gigih.
Beliau adalah Negarawan yang bijaksana.
Beliau adalah Panglima perang yang banyak Strategi.
Beliau Guru yang tangguh membimbing dan mendidik
Beliau adalah Suami yang bertanggung jawab.
Beliau adalah Penuntun umat yang sangat jenius.
Beliau adalah Manusia yang berakhlaq sangat tinggi.
Beliau adalah Contoh untuk menjauhi yang Haram.
Beliau Pedoman melaksanakan yang di Halalkan Allah.
Beliau adalah Ahli olah Haqikat yang tiada Tara. Pakar Ma’rifah yang tiada Bandingannya. Manusia ideal pada Zamannya. Dan merupakan Contoh teladan bagi kita pada zaman sekarang. Dan Tumpuan harapan Syafa’at Zaman akan datang.
Oleh karenanya, Manusia-manusia Muslim dan Mukmin yang ingin menuju dan mengharapkan Ridho Allah. Harus memandang penyucian dengan air Rahmat dari Allah. sebagai lambang untuk mengambil faedah dari Anugerah Allah SWT. Pada saat pengambilan faedah itu masih mudah, ia harus berikhtiar dengan segera. Karena akan datang saatnya kita tidak mampu meraihnya. Baik karena kelemahan diri, atau secara sengaja, atau karena disibukkan oleh keadaan yang sudah menggila dan semrawutnya Zaman. Lalu turunlah La’nat Allah SWT. Maka tidak bisa tidak. Kita harus menghadapinya dengan Kehinaan. Kemiskinan. Dan ketidak berdayaan sedikitpun. Ingatlah ! Tanah Alam ini, adalah Tanah Rahmat. Sehingga tanah tersebut menjadi salah satu alat bersuci dan tempat tumpuan Rahmat dari karunia Allah Jalla Wa’azza.
Maka sebaiknya manusia yang berjalan diatas muka Bumi ini, jangan mengandalkan kehendak Hawa Nafsunya. Mereka sangat pandai menyembunyikan kesombongannya. Karena merasa sudah banyak ‘Amalnya. Bukankah mereka pasti Binasa !
Ingatlah ! Kemungkinan dengan kesombongan tersebut ia tidak akan mendapat pertolongan dan Rahmat dari Allah SWT. Hal ini diterangkan oleh Hadits Qudsi :
”Bahwa Kebesaran. Dan Kecongkakan. Adalah Selendang-KU. Kesombongan itu adalah Pakaian-KU. Barang siapa yang mengambil dari AKU. Maka akan kumasukkan ia kedalam Neraka Jahannam”.
Untuk itu. Perhatikan sifat Tanah. Ia selalu dipandang Hina oleh makhluq-makhluq yang lain. Mereka tidak ingat. Bahwa mereka Kencing di Punggung Bumi. Berak sesuka hati diatas punggung Bumi. Berbuat ma’siat di atas kulit Bumi. Berbuat onar di atas Tanah. Mencangkul lahan di belakang kulit Bumi. Sadarlah ! Bahwa Tanah tersebut fitrahnya adalah suci dan bisa mensucikan bagi yang lain.
Sebaliknya di hadapan Allah Jalla Wa’azza. Janganlah Manusia mengandalkan kekuatan diri, jangan biasakan menunjukkan Kesombongan dan congkak terhadap sesama manusia.
Ingatlah ! Bahwa Fir’aun telah lebih dahulu menunjukkan Kesombongan ini. Namun seluruh karakter ubun-ubunnya ditarik Allah. sehingga ia menjadi lumpuh tiada berdaya ditelan oleh Lautan merah. Padahal jauh sebelumnya Fir’aun menentang Nabi Musa A.s. dengan seluruh kekuatan Tukang sihirnya. Namun kesemuanya itu hancur berantakan. Sirna tiada bekas.

اَمَّـنْ يـُّحِبُّ الْـمُضْطَــرَّ اِذَادَعَاهُ وَ يَـكْــشِـفُ السُّـوْءَ وَ يـَـجْــعَــلُـــكُـمْ خُــلَـــفَاءَ اْلاَ رْضِط ءَ اِلــهٌ مَّـعَ الـلّــــهِ ط قَــلِــيْـلاً مَّـا تَـــذَ كَّــرُوْنَ

“(Apakah orang yang mempersekutukan Allah itu lebih baik atau) Tuhan Yang mengabulkan Do’a orang yang dalam keadaan Ter-aniaya. Apabila ia memohon kepada-Nya. Yang menghilangkan kesulitan dan Yang menjadikan kamu Khalifah di muka Bumi ? Apakah di samping Allah ada Tuhan yang lain ? Namun Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran”. (Q.S An-Naml : 62)

Adapun sebab-sebab diperintahkannya Berwudhu’. Adalah agar seorang hamba berada dalam keadaan suci ketika berdiri di hadapan Yang Maha Kuasa, dalam saat-saat bermunajat kepada-Nya. Dengan penuh keta’atan terhadap seluruh Perintah-Nya. Suci dari segala Kotoran dan Najis, dan tidak bermalas-malasan, walaupun cuaca sangat dingin. Dan melawan rasa kantuk yang memberati pelupuk mata. Yang tidak kalah pentingnya adalah didorong oleh Kebersihan Hati. Semua itu ditujukan sewaktu kita berdiri dihadapan Qodhi Robbul Jalil Yang Maha Agung.
Hal ini mengingatkan kepada Ahli Haqikat dan Ma’ rifah Serta para Salik. Bahwa untuk berdiri di hadapan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung, tempat kita bermunajat dan DIA Yang Memenuhi segala Hajat, memerlukan serangkaian Adab yang mesti diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Tidak diragukan lagi. Bahwa yang berkaitan dengan kotoran-kotoran lahiriah itu termasuk tidak bersopan santun dan menunjukkan kemalasan yang menggayuti diri seseorang untuk Bersuci. Itu semua tidak layak dihadapkan ke Haribaan Allah SWT. Apalagi jika yang kotor itu adalah Hati. Dengan kotoran-kotoran Ma’nawi, yang merupakan sumber dari segala kotoran. Walaupun demikian penyucian lahiriah tidak berarti harus diabaikan. Lalu tidak perlu dikerjakan. Ini namanya orang Bodoh Tolol dan Keblinger.
Tingkat pertama dari segala kotoran, adalah ternodanya anggota-anggota lahiriah dengan perbuatan Ma’siat, yang berarti kita telah melalaikan Amanah Allah. Kita tidak menyadari bahwa itu adalah suatu jebakan Iblis La’natullah. Selagi manusia terperangkap dalam jebakan ini, maka dirinya akan terhalang dari limpahan Rahmat Allah Jalla Wa’azza. Lalu Taqarrub yang kita lakukan akan gagal total.
Jangan sekali-kali seorang Insan menduga-duga, bahwa ia akan mampu menaiki jenjang demi jenjang dari Maqam Haqikat Insaniahnya tanpa terlebih dahulu menyucikan anggota lahiriahnya. Perkiraan seperti ini, adalah salah satu tipu muslihat Setan dan Iblis. Jika demikian inilah pemikiran seseorang, maka kekeruhan dan kegelapan Hati kian bertambah dengan berbagai Ma’siat. Yang berarti kemenangan Iblis lebih dominan atas dirinya, ketimbang pengaruh Malaikat.
Ingatlah ! Selagi insan belum mampu menaklukkan kekuatan Jasadnya. Maka ia masih terhalang dari seluruh tersingkapnya Tirai batin (Al-Futuhat). Yang sering menjadikan orang kebingungan dalam memapaki Af’al Ilaahiyyah.
Jika beginilah pemikiran seorang hamba, maka semua anggota badan tidak akan suci, walaupun dibersihkan dengan air tujuh lautan, dan ditambah dengan tujuh lautan lagi. Bahkan Setan akan tetap mempunyai pengaruh atas dirinya. Dan pada akhirnya, manusia itu akan terusir dari Haribaan Yang Maha Agung.
Penyebab kerusakan sisi lahiriah, adalah Akhlaq yang sudah Binasa dan Karakter yang buruk. Karena itu, seorang insan yang belum dapat mengubah Karakter-karakter yang buruk pada dirinya dengan karakter-karakter yang baik, maka ia tidak akan terbebas dari Belenggu Syaithoniah. Kotoran Batin menyebabkan pencemaran (polusi) pada diri seseorang. Sehingga lamban dalam perjalanan untuk bisa ber ’Ubudiyah kepada Kholiq-Nya.
Oleh karena itu. Renungkanlah … diri. Mau dibawa kemana diri nan sebatang ini ??? ke- Neraka atau ke- Syurga ???
Para Ahli Ma’rifah berkata : Bahwa Alat bersuci itu adalah Air. Dan air adalah merupakan Rahasia kehidupan. Lewat ‘Ilmu Pengetahuan Manusia dapat menyaksikan. Bahwa ada Zat (Al-Hayyu Al-Qoyyum) Yang Hidup dan Yang Menegakkan di dalam Air tersebut. Itu jika kita mau mengamati dengan teliti. Barulah kita tahu, apa sebenarnya yang berada di dalam air itu. Sehingga makhluq yang bernyawa bisa hidup didalamnya.
Perhatikanlah ayat :

وَ هُوَ الَّـذِيْ اَرْسَـلَ الـرِّ يـْــحَ بُـشْــرًا بَــيْــنَ يَـدَيْ رَحْـمَــتِــه، وَ اَ نْــزَ لْــنَا مِنَ الـسَّــمَآءِ مَآءِطَــهُـوْ رًا لِـــنُحْيِ يَ بِــه بَــلْـدَ ةً مَّـــيِّــــــتًا وَّ نُـسْــقِـــيَـه مِـمَّاخَـلَــقْــنَآ اَ نْــعَا مًا وَ اَ نَـاسِـيَّ كَــثِــيْــرًا

“Dan DIA yang meniupkan Angin membawa kabar gembira, akan kedatangan Rahmat-Nya. Dan diturunkan-Nya dari Langit Air yang bersih sekali”. “Agar KAMI hidupkan dengan Air itu Negeri (Tanah) yang Mati (Tandus). Dan KAMI beri minum dengan Air itu Hewan Ternak dan Manusia yang banyak (Yang KAMI Ciptakan)”. (Q.S. Al-Furqoon : 48 - 49)

Sangat jelas keterangan ayat. Bahwa Allah menurunkan Rahmatnya yang berupa air yang suci dan bersih kepada seluruh makhluq-Nya.

وَ يـُـنَـزِّ لُ عَـلَــيْـكُمْ مِّنَ السَّـمَآءَ مَآءِ لِّــيُـطَــهِّـرَكُمْ بِـهِ وَ يُـذهِبَ عَـنْـكُـمْ رِجْـزَ الـشَّــيْـطَانِ وَ لــِيَـرْ بِـطَ عَـلىَ قُــلُـوْ بِكُـمْ وَ يـَـثَــبِّتَ بِـهِ اْلاَ قْـدَ ا مَ

“……Dan Allah menurunkan Air dari Langit. Untuk men sucikan kamu. Dan menghilangkan gangguan (rayuan) Setan. Lalu DIA meneguhkan Hatimu dan ditetapkan-Nya Telapak Kakimu (Pendirianmu)”. (Q.S. Al-Anfaal : 11)

Renungan Pertama arti ayat secara mendalam, pada hal dalam sehari semalam cukup banyak manusia menuangkan air ketubuhnya. Dari mulai mencuci tangan, cuci muka, cuci kaki dan mandi. Tetapi pekerjaan itu tidak bisa mengusir Setan.
Renungan kedua. Kalaulah tidak cukup syarat dan rukunnya, maka yakinlah kita. Bahwa Jin dan Setan tidak akan hilang dari tubuh seseorang. Karena sudah besubal Setan di dalam perut orang itu. Kalaulah tidak dengan Rahmat Allah, dan melalui Air wudhu’, yang disertai dengan Rukun dan Syaratnya yang sempurna. Insya Allah Setan tidak akan hilang dari benak seseorang.
Renungan ketiga. Bahwasanya manusia tidak terlepas dari sifat ketergantungannya kepada dua unsur tersebut, yaitu unsur Air dan Tanah. Sekiranya tak ada tanah, lalu dimana kita mau berpijak ? diatas air ?! atau diatas Awan ? Adapun Tanah adalah asal penciptaan manusia.
Sebagaimana Firman Allah :

مِـنْــهَاخَـلَــقْـنـكُـمْ وَ فـِـيْـهَا نُــعِــيْـدُ كُـمْ وَ مـِنْـهَا نُـخْـرِجُكُـمْ تَـارَ ةً اُخْـرى

“Dari Tanah KAMI Ciptakan kamu. Dan Kepadanya kamu KAMI kembalikan. Dan dari Tanah juga kamu KAMI keluarkan pada kali yang lain”. (Q.S. Thohaa : 55)

فَــلَـمَّ تَـجِدُوْ امَآ ءً فَــتَــيَـمَّـمُوْ ا صَـعِـيْـدًا طَــيِّــبًا ………`

“Bila kamu tidak mendapatkan Air, maka Bertayammumlah dengan Tanah yang baik lagi Suci”. (Q.S.An-Nisaa’: 43)

Semua itu, dimaksudkan agar manusia mau merenungkan dirinya, yang asal-usul dirinya itu, adalah dari Tanah. Dan sudah seharusnya manusia merenungkan. Siapa yang menciptakannya ? Dan dari apa Manusia diciptakan ? serta untuk apa Manusia diciptakan ? Dengan demikian kita akan merunduk malu, serta dengan rela hati membuang rasa ketakaburan yang berada di alam fikiran kita. Karena Tanah pada Haqikatnya adalah Hina dan Miskin
Ingatlah ! Bahwasanya sifat Tanah itu adalah Tawadhu’ kepada Allah SWT. Perhatikanlah ! Walaupun Tanah itu dianggap Hina dan Miskin, namun ia adalah tempat tumpuan Rahmat dari Allah dan Manusia juga yang menuai hasil dari Tanah tersebut.
Coba renungkan dalam-dalam ………
Apa saja yang kita buat di atas kulit Bumi itu, ia hanya diam saja. Tanah tidak pernah berontak kepada manusia. Sebab sepertinya Tanah tahu, bahwa Manusia itu pasti akan kembali kedalam perutnya. Nah … disitulah nanti Tanah akan membalas segala perbuatan yang kita perbuat di atas kuduknya. Manusia akan diramasnya sehingga bersatu antara rusuk kanan ke rusuk kiri, kaki akan bersatu dengan kepala. Sehingga semua tulang belulang akan bersatu di Pusat. Itulah kenyataan jika mau melihat orang yang membongkar kuburan.
Ketahuilah ! Bahwasanya Air hujan itu sangat lembut, sangat jernih, dan sangat tajam. Serta ia mempunyai satu tanda menurut makna Batiniah. Air adalah ‘ilmu Ladduni yang memiliki rasa kelembutan. Ia hidup serta akan menghidupkan bagi ikan dan sebangsangnya. Air itu suci, dan akan mensucikan bagi yang lain. Walaupun sifat air itu lemah gemulai. Tetapi ia bisa membunuh semua makhluq hidup.
Didalam satu riwayat. Bahwa suatu hari datang sekelompok Yahudi kepada Rasulullah Saw. seraya mereka bertanya berbagai hal di antaranya : “Hai Muhammad. Beritahukan kepada kami, apa sebabnya manusia diwajibkan Berwudhu’ dengan empat anggota tubuh ? Padahal ke-empatnya merupakan yang paling bersih ? Seraya Nabi Saw. menjawab : ”Ketika Setan membisikkan ke-“Telinga” Adam. Lalu Adam mendengar desir Pohon, dan melihatnya dengan “Mata”. Maka hilanglah cahaya mukanya (rasa malunya) Kemudian Adam berdiri dan berjalan dengan “Kaki-nya” menuju Pohon. Itulah Kaki yang pertama yang menuju kesalahan. Lalu Adam memetik sesuatu dari pohon itu dengan “Tangan-nya”. Dan memakannya dengan “Mulut”. Maka beterbanganlah semua hiasan-hiasan dan seluruh Pakaian dari Badannya. Kemudian Adam meletakkan Tangannya ke atas “Kepala-nya”. Lalu Adam menangis sejadi-jadinya (menyesali segala perbuatannya yang terlanjur).
Ketika mengampuni Adam. Allah mewajibkan pada Adam dan keturunannya untuk mensucikan ke-empat anggota Wudhu’ tersebut. Allah mewajibkan membasuh kedua Tangan sampai kedua sikunya. Karena ia mengambil sesuatu dari pohon dengan kedua tangannya. Allah mewajibkan membasuh Muka, karena di sana terdapat Mata untuk Melihat Pohon itu. Allah mewajibkan Mengusap Kepala, karena Adam Meletakkan Tangannya di atas Kepala. Dan Allah Mewajibkan mencuci Kakinya, karena dengan kedua Kaki itu Adam berjalan menuju kesalahan.
Demikianlah sekelumit riwayat Metoda Ahli Tasawwuf. Ialah metoda untuk membersihkan Qolbi dan Fuad. Siir dan Ihkfak. Shakhofa. Nafsu Natiqo serta Kullul Jasad. Semoga dengan secuil pandangan dari para orang-orang ‘Arif Billah di atas bisa menjadi Renungan yang mendalam bagi Pembaca. Kemudian bisa membuka Tabir kegalauan Hati. Sehingga hadir mesin penggerak ke dalam Jiwa. Selanjutnya jiwa akan merambat naik dari bawah sadar ke Alam atas sadarnya. Kemudian berjalan cepat kearah yang di-Ridhoi Allah ‘Azza Wajalla.

0 comments: